KOMPAS.com – Kemampuan dedaunan di hutan hujan tropis dalam berfotosintesis, mulai dari Amerika Selatan hingga Asia Tenggara, dapat menurun karena tingginya suhu akibat perubahan iklim.
Kemampuan dedaunan berfotosintesis mulai menurun ketika suhunya mencapai sekitar 46,7 derajat celsius. Dan suhu dedaunan bisa jauh lebih panas dibandingkan suhu udara.
Laporan tersebut disampaikan dalam penelitian dari beberapa ilmuwan dari sejumlah negara termasuk AS, Australia, dan Brasil yang diterbitkan dalam jurnal Nature, Rabu (23/8/2023).
Baca juga: Target Pengurangan Emisi Indonesia Jauh dari Cukup untuk Redam Pemanasan Global
Para ilmuwan menggunakan data suhu yang dipancarkan dari sensor satelit termal di Stasiun Ruang Angkasa Internasional atau ISS, 400 kilometer di atas Bumi.
Mereka menggabungkan faktor tersebut dengan observasi lapangan dari eksperimen pemanasan dedaunan.
Salah satu penulis penelitian tersebut, Christopher Doughty, profesor ekoinformatika di Northern Arizona University, menuturkan suhu ekstem telah terjadi di hutan.
Suhu puncak rata-rata di kanopi hutan hujan antara 34 derajat celsius hingga 40 derajat celsius, sebagaimana dilansir CNN.
Baca juga: Gletser Gunung Cilo di Turkiye Mencair Cepat, Alarm Nyaring Pemanasan Global
Saat ini, 0,01 persen dedaunan melewati ambang batas suhu kritis sehingga kemampuan mereka untuk berfotosintesis menurun, menurut laporan tersebut.
Walaupun persentasenya masih kecil, namun ancamannya diperkirakan akan meningkat seiring dengan pemanasan dunia.
Lebih banyak daun yang tidak dapat berfotosintesis dapat membuat tanaman atau pepohonan mati, sehingga memperburuk penyerapan karbon dari hutan.
Hal tersebut lantas menimbulkan ancaman terhadap hutan tropis dunia yang saat ini mencakup sekitar 12 persen dari planet bumi dan menampung lebih dari separuh spesies dunia.
Baca juga: Bukan Hanya Pemanasan, Era Pendidihan Global Sudah Dimulai
Hutan hujan tropis juga berperan penting dalam menyedot dan menyimpan karbon serta membantu mengatur iklim global.
Meskipun angka-angka tersebut mungkin tampak kecil, namun risikonya cukup besar mengingat betapa pentingnya pohon-pohon di hutan tropis bagi kehidupan, sistem iklim, dan planet Bumi.
“Hampir semua kehidupan, termasuk manusia, bergantung pada fotosintesis untuk makanan baik secara langsung maupun tidak langsung,” kata Kevin Collins, dosen senior bidang lingkungan dan sistem di Open University, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Kepada Science Media Centre, Collins menuturkan temuan dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemanasan global membahayakan fotosintesis.
Baca juga: Tahun 1998, Ilmuwan Ini Memperingatkan Pemanasan Global Sudah Dimulai
Selain itu, ada beberapa kekhawatiran yang lebih mendesak terhadap hutan tropis. Contohnya adalah penggundulan hutan, kebakaran hutan, dan kekeringan.
Christopher Still, seorang profesor ekosistem hutan di Oregon State University, yang juga tidak terlibat dalam laporan ini, berujar penelitian ini memberikan beberapa wawasan baru.
Meskipun ada fokus besar pada dampak kekeringan terhadap hilangnya pepohonan, manusia juga perlu mewaspadai meningkatnya suhu terhadap kemampuan dedaunan dalam berfotosintesis.
“Saya tidak akan terlalu fokus pada persentasenya, dan lebih fokus pada dedaunan yang melawan kondisi suhu yang sangat tinggi ini dan seberapa sering hal ini terjadi,” tutur Still.
Para peneliti dalam laporan tersebut menuturkan, temuan mereka memberikan wawasan penting mengenai bagaimana hutan tropis akan merespons perubahan iklim.
Baca juga: Pemanasan Global dan El Nino Buat Bumi Makin Panas
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya