KOMPAS.com – Pada akhir 2022, muncul kabar mencengangkan dari Benua Antarktika, Kutub Selatan. Diperkirakan 10.000 anak penguin kaisar mati.
Kematian massal anak-anak penguin kaisar tersebut disebabkan oleh mencairnya bongkahan es laut tempat mereka berpijak.
Anak-anak penguin kaisar itu diperkirakan tenggelam atau mati kedinginan sebelum bulu-bulu tahan air mereka bertumbuh dengan sempurna.
Tragedi tersebut merupakan catatan mengenaskan akibat pemanasan global yang semakin parah. Akan tetapi, peristiwa memilukan tersebut kemungkinan bukanlah yang terakhir.
Baca juga: Akibat Pemanasan Global, Kemampuan Fotosintesis Hutan Tropis Dapat Berkurang
Seorang peneliti Antarktika dari British Antarctic Survey (BAS) Peter Fretwell menyampaikan, situasi yang lebih parah kemungkinan besar akan terjadi.
Pada akhir abad ini, diperkirakan 90 persen koloni penguin kaisar akan punah, seiring dengan mencairnya es laut musiman di benua tersebut akibat pemanasan global yang terus berlanjut.
Dilansir dari BBC, Kamis (24/8/2023), Fretwell menyampaikan bahwa penguin kaisar sangat bergantung terhadap es laut untuk siklus perkembangbiakan mereka.
“Ini (es laut) adalah tempat stabil yang mereka gunakan untuk membesarkan anak-anak mereka. Namun jika es tersebut tidak seluas yang seharusnya atau mencair lebih cepat, burung-burung ini akan berada dalam masalah,” ujar Fretwell.
Satu-satunya cara untuk mencegah kepunahan penguin kaisar adalah mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan pemanasan global.
“Masih ada harapan: kita bisa mengurangi emisi karbon yang menyebabkan pemanasan. Namun jika tidak, kita akan membawa burung-burung ikonik dan cantik ini ke ambang kepunahan,” kata Fretwell.
Baca juga: Target Pengurangan Emisi Indonesia Jauh dari Cukup untuk Redam Pemanasan Global
Kematian 10.000 anak penguin kaisar penguin pada akhir 2022 tersebut dilaporkan oleh Fretwell dan timnya dalam artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal Communications Earth & Environment.
Para ilmuwan melacak lima koloni di sektor Laut Bellingshausen Kutub Utara yakni di Pulau Rothschild, Verdi Inlet, Pulau Smyley, Semenanjung Bryan, dan Pfrogner Point.
Dengan menggunakan satelit Sentinel-2 Uni Eropa, mereka dapat mengamati aktivitas penguin-penguin tersebut dari kotoran yang mereka tinggalkan di es laut.
Berdasarkan pengamatan, penguin-penguin dewasa berbondong-bondong ke lautan es sekitar Maret saat musim kawin hampir tiba, mendekati musim dingin, di Kutub Selatan.
Setelah musim kawin dan bertelur, penguin-penguin dewasa itu mengerami telur-telur mereka hingga menetas menjadi bayi penguin yang harus diberi makan.
Baca juga: Gletser Gunung Cilo di Turkiye Mencair Cepat, Alarm Nyaring Pemanasan Global
Siklus ini berlangsung selama beberapa bulan hingga tiba waktunya bagi anak-anak penguin tersebut tumbuh besar dan dilepaskan untuk berenang.
Proses pelepasan anak-anak penguin untuk berenang di lautan biasanya terjadi sekitar Desember atau Januari.
Akan tetapi, lautan es di bawah tempat penguin kaisar bernaung tersebut mulai terfragmentasi pada November. Padahal, ribuan anak penguin belum mempunyai waktu yang cukup untuk mengembangkan bulu-bulunya yang diperlukan untuk berenang.
Akibatnya, ribuan anak penguin kaisar mati. Empat koloni penguin kaisar masing-masing di Verdi Inlet, Pulau Smyley, Semenanjung Bryan, dan Pfrogner Point mengalami kegagalan pembiakan total.
Hanya koloni penguin kaisar di Pulau Rothschild yang berhasil berkembang biak.
Baca juga: Bukan Hanya Pemanasan, Era Pendidihan Global Sudah Dimulai
Es laut musim panas di Antartika telah mengalami penurunan tajam sejak 2016. Total luas perairan beku di sekitar benua tersebut berkurang hingga mencapai rekor terendah baru.
Dua tahun terendah terjadi dalam dua musim panas terakhir, pada 2021-2022 dan 2022-2023, ketika Bellingshausen hampir seluruhnya tidak memiliki lapisan es.
Terlebih lagi, lambatnya pembentukan es laut dalam beberapa bulan terakhir membuat koloni penguin kaisar di sana mungkin tidak akan memproduksi setidaknya selama satu tahun lagi.
Pakar es laut Antarktika dari BAS, Caroline Holmes, menyebutkan adanya hubungan antara menurunnya es laut di sana dengan anomali suhu air laut di sekitar Benua Antarktika.
Baca juga: Tahun 1998, Ilmuwan Ini Memperingatkan Pemanasan Global Sudah Dimulai
“Penelitian di Kutub Utara menunjukkan bahwa jika kita bisa membalikkan pemanasan iklim, maka lautan es di sana akan pulih,” ucap Holmes.
“Apakah hal ini juga berlaku di Antarktika, kami tidak tahu. Tapi ada banyak alasan untuk berpikir bahwa jika cuaca sudah cukup dingin, es laut akan terbentuk kembali,” sambungnya.
Saat ini, penguin kaisar diklasifikasikan sebagai “Near Threatened” alias “Hampir Terancam” oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Akan tetapi, muncul usulan agar penguin kaisar dimasukkan ke dalam kategori “Vulnerable” atau “Rentan” karena bahaya pemanasan global terhadap hidup mereka.
Baca juga: Pemanasan Global dan El Nino Buat Bumi Makin Panas
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya