KOMPAS.com – Dibutuhkan tambahan investasi sebesar 360 miliar dollar AS (Rp 5.520 triliun) per tahun untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di dunia pada 2030.
Estimasi tersebut tertuang dalam laporan terbaru berjudul “Progress on the Sustainable Development Goals: The gender snapshot 2023” yang diluncurkan pada Kamis (7/9/2023).
Laporan yang disusun oleh dua badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), UN Women dan UN Department of Economic and Social Affairs (DESA), memberikan gambaran mengenai capaian kesetaraan gender dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Baca juga: Komunitas Waste for Change Dorong Kesetaraan Gender di Ambon
Laporan tersebut menganalisis kondisi kesetaraan gender di 17 tujuan SDGs sekaligus menyoroti tren dan kesenjangan menuju pencapaian kesetaraan gender pada 2030.
Dalam laporan tersebut, kesenjangan gender dalam posisi kekuasaan dan kepemimpinan rupanya masih mengakar.
Wakil Direktur Eksekutif UN Women Sarah Hendriks mengatakan, tersisa tujuh tahun lagi mencapai SDGs dan semua orang harus bertindak.
“Kita harus bertindak secara kolektif sekarang untuk memperbaiki dunia di mana setiap perempuan dan anak perempuan memiliki hak, peluang, dan keterwakilan yang setara,” kata Hendriks dalam siaran persnya.
Baca juga: Permasalahan Stunting Berkaitan Erat dengan Isu Gender
“Untuk mencapai hal ini, kita memerlukan komitmen yang teguh, solusi inovatif, dan kolaborasi di seluruh sektor dan pemangku kepentingan,” sambungnya.
Laporan tersebut mengungkapkan, perempuan lanjut usia (lansia) menghadapi tingkat kemiskinan dan kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan pria lansia.
Di 28 dari 116 negara yang memiliki data, kurang dari separuh perempuan lansia mempunyai dana pensiun. Di 12 negara, kurang dari 10 persen perempuan lansia mempunyai akses terhadap dana pensiun.
Laporan tersebut juga menunjukkan hanya ada dua indikator dari Tujuan 5 SDGs yaitu Kesetaraan Gender yang mendekati target.
Baca juga: Gender dan Perubahan Iklim Jadi Topik dalam Dialog Nasional yang Digelar KPPPA dan KLHK
Tidak ada satu pun indikator dari tujuan tersebut yang berada pada tingkat “target tercapai” atau “hampir tercapai”.
“Gender Snapshot 2023” mendesak upaya konkrit untuk mempercepat kemajuan menuju kesetaraan gender pada 2030.
Laporan tersebut juga menyerukan pendekatan terpadu, holistik, kolaborasi yang lebih besar antarpemangku kepentingan, pendanaan berkelanjutan, dan tindakan kebijakan.
Hal tersebut guna mengatasi kesenjangan gender sekaligus memberdayakan perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia.
Baca juga: 10 Negara dengan Kesetaraan Gender Terbaik di Dunia 2023
Laporan tersebut menyimpulkan, kegagalan dalam memprioritaskan kesetaraan gender saat ini dapat membahayakan seluruh perkembangan SDGs.
“Kesetaraan gender bukan hanya sekadar tujuan dalam,” kata Asisten Sekretaris Jenderal untuk Koordinasi Kebijakan dan Urusan Antar Lembaga UN DESA Maria-Francesca Spatolisano.
Spatolisano mengungkapkan, kesetaraan gender adalah landasan utama untuk masyarakat yang adil sekaligus menjadi tujuan yang harus menjadi landasan dari tujuan lainnya.
“Dengan mendobrak hambatan yang menghalangi partisipasi penuh perempuan dan anak perempuan di setiap aspek masyarakat, kita dapat membuka potensi yang belum dimanfaatkan yang dapat mendorong kemajuan dan kesejahteraan bagi semua,” tutur Spatolisano.
Baca juga: Laporan SDGs 2022: Kesetaraan Gender Jauh Panggang dari Api
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya