Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidrogen Hijau Berperan Penting dalam Transisi Energi Dunia, Permintaan Bakal Melonjak

Kompas.com - 25/09/2023, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

 

KOMPAS.com – Mempercepat transisi energi memerlukan perluasan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan secara cepat.

Menurut skenario International Renewable Energy Agency (IRENA), pada 2050 variabel energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) akan berkontribusi sekitar 70 persen dari total pembangkit listrik global.

Saat ini, variabel energi terbarukan baru berkontribusi sekitar 9 persen total pembangkit listrik global.

Baca juga: Indonesia Berpotensi Besar Kembangkan Hidrogen Hijau, Ini Modalnya

Dalam konteks ini, green hydrogen atau hidrogen hijau muncul sebagai pelengkap utama dalam pemanfaatan produksi listrik energi terbarukan secara besar-besaran.

Hidrogen hijau adalah hidrogen yang dihasilkan dari listrik pembangkit listrik energi terbarukan. Saat ini, hidrogen dibutuhkan untuk sejumlah bidang seperti proses kimia atau pengilangan.

Dengan semakin meningkatnya tekanan untuk bertransisi energi, permintaan hidrogen hijau untuk menggantikan hidrogen biasa akan meningkat.

Selain itu, permintaan hidrogen hijau juga akan muncul dari sektor yang sulit dielektrifikasi seperti industri baja, penerbangan, transportasi darat, dan perkapalan.

Baca juga: PLTS Raksasa 2,6 GWp Dibangun di Australia, Produksi Hidrogen Hijau

“Mengingat peran tersebut, hidrogen diperkirakan akan mengalami pertumbuhan luar biasa dalam hal produksi,” tulis Irena dalam pers rilisnya, Rabu (20/9/2023).

Irena memperkirakan, agas sesuai dengan Perjanjian Paris dalam mencegah kenaikan suhu Bumi di atas 1,5 derajat celsius, hidrogen akan berkontribusi sebesar 14 persen dari konsumsi energi final global pada 2050.

Masifnya konsumsi hidrogen hijau di masa depan membutuhkan kapasitas terpasang pembangkit listrik energi terbarukan untuk memproduksinya mencapai 5.500 gigawatt (GW) pada 2050.

Selain itu, dibutuhkan input listrik sebesar 25.000 terawatt jam (TWh) untuk produksi hidrogen hijau pada 2050. Jumlah ini kira-kira setara dengan produksi listrik yang dikonsumsi dunia saat ini.

Baca juga: Malaysia Akan Punya Trem Bertenaga Hidrogen Pertama di Dunia

“Untuk benar-benar mendapatkan seluruh manfaat potensial, diperlukan transformasi penuh pada sistem energi,” tulis Irena.

Selain teknologi, dibutuhkan hal lain yang sama pentingnya yaitu pendekatan terpadu yang memerlukan pendekatan inovatif di berbagai bidang seperti regulasi, model bisnis, atau perencanaan dan pengoperasian sistem.

“Terciptanya pasar hidrogen global bergantung pada pendekatan sistemik ini, yang penting untuk mewujudkan nilai penuh dari ekonomi hidrogen yang ramah lingkungan,” papar Irena.

Baca juga: Peneliti Jerman dan Kanada Buat Alat Produksi Hidrogen dari Atap Rumah

Selain itu, identifikasi lokasi dengan potensi energi terbarukan yang tinggi akan menjamin beroperasinya produksi hidrogen yang hemat biaya.

Infrastruktur untuk mengangkut hidrogen atau turunannya ke lokasi konsumsi juga dianggap penting.

Salah satu pilar inti KTT iklim PBB COP28 pada November mendatang adalah mempercepat transisi energi dan mengurangi setengah emisi global pada 2030.

Baca juga: Dengan Jet Hidrogen, Perjalanan Keliling Dunia Paris-New York Cuma 90 Menit

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Jadi Champion Energi Bersih, India dan China Tetap Dominasi Proyek PLTU Baru
Jadi Champion Energi Bersih, India dan China Tetap Dominasi Proyek PLTU Baru
Pemerintah
Bawang Merah Jadi Bahan Berkelanjutan untuk Proteksi Panel Surya
Bawang Merah Jadi Bahan Berkelanjutan untuk Proteksi Panel Surya
LSM/Figur
Inisiatif Baru Bantu Perusahaan Gelar Event Bebas Sampah dan Karbon
Inisiatif Baru Bantu Perusahaan Gelar Event Bebas Sampah dan Karbon
Swasta
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Terjadi hingga 3 Hari ke Depan
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Terjadi hingga 3 Hari ke Depan
Pemerintah
Mungkinkah Kita Streaming Musik dengan Cara Ramah Lingkungan?
Mungkinkah Kita Streaming Musik dengan Cara Ramah Lingkungan?
LSM/Figur
Atasi Konflik Satwa-Manusia, Koridor Gajah Aceh Bakal Direplikasi di Lampung
Atasi Konflik Satwa-Manusia, Koridor Gajah Aceh Bakal Direplikasi di Lampung
Pemerintah
Tunggu Situasi Kondusif, KG Media Tunda Lestari Summit & Awards 2025
Tunggu Situasi Kondusif, KG Media Tunda Lestari Summit & Awards 2025
Swasta
Vandana Shiva Dorong Pertanian Organik, Guru Besar IPB Ingatkan Risikonya
Vandana Shiva Dorong Pertanian Organik, Guru Besar IPB Ingatkan Risikonya
LSM/Figur
Di Balik Demo Jakarta, 1.300 Petugas Dikerahkan untuk Angkut Sampah
Di Balik Demo Jakarta, 1.300 Petugas Dikerahkan untuk Angkut Sampah
Pemerintah
Krisis Iklim di Pakistan: Banjir adalah Normal Baru, Petani Berjudi dengan Alam
Krisis Iklim di Pakistan: Banjir adalah Normal Baru, Petani Berjudi dengan Alam
LSM/Figur
29 Bagian Tubuh Satwa Dilindungi Hendak Dijual, dari Kulit Beruang hingga Tengkorak Macan
29 Bagian Tubuh Satwa Dilindungi Hendak Dijual, dari Kulit Beruang hingga Tengkorak Macan
Pemerintah
Nikel dan Wajah Baru Morowali, dari Tanah Leluhur ke Pusat Industri Dunia
Nikel dan Wajah Baru Morowali, dari Tanah Leluhur ke Pusat Industri Dunia
Swasta
Dukung Pendidikan Inklusif, Garudafood Beri Beasiswa Santri Tunanetra hingga Anak Prasejahtera
Dukung Pendidikan Inklusif, Garudafood Beri Beasiswa Santri Tunanetra hingga Anak Prasejahtera
Swasta
Aliansi Perbankan Net Zero Hentikan Kegiatan Sementara
Aliansi Perbankan Net Zero Hentikan Kegiatan Sementara
Swasta
Paparan Logam dan Sulfat dalam Polusi Udara Berpotensi Tingkatkan Risiko Asma
Paparan Logam dan Sulfat dalam Polusi Udara Berpotensi Tingkatkan Risiko Asma
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau