Pusat Adaptasi Global atau Global Center on Adaptation mendukmentasikan beberapa studi kasus tentang hubungan antara perubahan iklim, kerentanan, dan pendidikan.
Dalam Laporan bertajuk "State and Trends in Adaptation", pendidikan meningkatkan kemampuan adaptasi masyarakat, terutama anak-anak.
Kemampuan tersebut dibangun melalui keterampilan ramah lingkungan yang penting untuk aksi adaptasi.
Sebagai contoh, Afrika memiliki populasi muda yang besar dan terus bertambah, dengan sekitar 60 persen berusia di bawah 25 tahun.
Besarnya populasi muda ini menimbulkan tantangan dalam hal penyediaan pendidikan dan lapangan kerja.
Akan tetapi, banyaknya jumlah mereka juga membawa peluang besar dalam hal mempercepat pertumbuhan ekonomi, membangun ketahanan, dan mendorong adaptasi transformasional bila dimanfaatkan secara optimal.
Baca juga: Krisis Iklim Makin Parah, Dunia Berada di Titik Kritis
Perlawanan perubahan iklim bukan sekadar "konsultasi", namun membutuhkan pelibatan komunitas lokal sebagai arsitek utama aksi adaptasi.
Akan tetapi, ada banyak komunitas lokal hidup di daerah yang silit dijangkau karena kurangnya infrastruktur.
Butuh investasi pada pendidikan, penelitian, dan pembelajaran melalui kemitraan dengan berbagai universitas serta lembaga pelatihan dan penelitian lainnya.
Pendekatan seperti ini akan membantu membuka potensi nasional, memperkuat penelitian yang berbasis lokal, melibatkan solusi-solusi lokal, dan mendokumentasikan dengan lebih baik apa yang berhasil dan apa alasannya.
Baca juga: Gelar Pesta Rakyat Flobamoratas, Pemuda NTT Suarakan Krisis Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya