Migas: 13,9 miliar dollar AS
Listrik: 5,8 miliar dollar AS
EBTKE: 1,5 miliar dollar AS
Minerba: 7,46 miliar dollar AS
Migas: 15,6 miliar dollar AS
Baca juga: Kementerian Investasi Sebut Indonesia Bisa Jadi Pusat Bursa Karbon
Menurut publikasi Indonesia Energy Transition Outlook 2024 dari Institute for Essential Services Reform (IESR), Indonesia membutuhkan antara 30-40 miliar dollar AS per tahun untuk transisi energi.
Akan tetapi, realisasi investasi untuk energi baru selalu lebih rendah dari kebutuhan, termasuk tahun 2023.
Menurut IESR, ada beberapa hambatan yang menjadi penyebab sedikitnya investasi Indonesia seperti rendahnya suku bunga kredit nasional, hambatan kebebasan investasi, dan kebijakan yang tidak jelas.
Selain itu, kesiapan sosial juga masih belum berubah. Kesadaran masyarakat cukup tinggi tetapi tidak ada kemajuan signifikan dalam persiapan sumber daya manusia dalam transisi energi.
Di sisi lain, ada berbagai sumber pendanaan potensial untuk pembiayaan transisi energi di Indonesia seperti dukungan bilateral dan multilateral, sukuk hijau, pajak karbon, dan pasar karbon.
Namun, masih diperlukan berbagai perbaikan dalam hal kepastian peraturan, kelayakan proyek, transparansi dan kredibilitas, serta perlindungan lingkungan dan sosial untuk membuka potensi pembiayaan ini menjadi proyek-proyek yang nyata.
Baca juga: Ekspor dan Investasi Jadi Kunci Indonesia Capai Negara Maju
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya