Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 27 Januari 2024, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - China dan India diprediksi menjadi pasar penjualan motor listrik terbesar pertama dan kedua dunia pada 2030.

Sedangkan Indonesia bakal menjadi pasar dengan penjualan motor listrik terbesar ketiga di dunia.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Asosiasi Industri Motor Listrik Indonesia (Aismoli) Abdullah Alwi sebagaimana dilansir Antara, Jumat (26/1/2024).

Baca juga: Target 50.000 Unit, Baru 181 Insentif Konversi Motor Listrik pada 2023

"Untuk pasar sepeda motor listrik sendiri Indonesia akan menjadi nomor tiga terbesar di dunia tahun 2030. Dan ini tidak hanya pasar, tapi peluang basis industri," kata Abullah.

Abdullah menjelaskan, saat ini mulai banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang berusaha mengembangkan motor listrik di Tanah Air.

Tidak hanya menjadi basis industri, Abdullah juga memprediksi Indonesia akan mampu menjadi pengekspor motor listrik ke depan .

Menurut catatannya, jumlah sepeda motor listrik di Indonesia sudah mencapai 74.988 unit per Januari 2024.

Baca juga: Realisasi Konversi Motor Listrik 2023 Masih Jauh dari Target, Baru 1.000 Unit

"Dan ini merupakan peningkatan jumlah yang signifikan, melihat tahun 2020 jumlahnya masih hanya ratusan unit," ucap Abdullah.

Hal serupa juga diungkapkan, Peneliti dan Ekonom Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus.

Ahmad menuturkan, penggunaan kendaraan roda dua di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di ASEAN, mencapai skala satu unit sepeda motor per empat penduduk.

Artinya, peluang untuk mengonversi ke sepeda motor listrik sangat memungkinkan, selain strategis dari segi pasar dan bisnis industri.

Baca juga: Serapan Subsidi Motor Listrik Cuma 5,77 Persen, Menperin Ungkap Sebabnya

Untuk mencapai netralitas karbon atau net zero emission (NZE) pada 2060, salah satu strateginya mengonversi sepeda motor bensin ke versi listrik.

Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang belum yakin terhadap konversi motor listrik dan motor listrik itu sendiri.

Meski adopsi motor listrik di Indonesia naik beberapa tahun terakhir, jumlah tersebut masih jauh dari target pemerintah yakni 13,5 juta unit pada 2030.

"Terdapat tantangan yang saat sampai saat ini itu masih dirasakan. Tidak hanya hal-hal yang bersifat teknis seperti infrastruktur secara keseluruhan, tapi persepsi masyarakat yang masih ragu terkait dengan nanti isi dayanya bagaimana, kemudian daya tahannya, purnajual, dan seterusnya," ujar Ahmad.

Ahmad menyarankan baik pemerintah maupun produsen berupaya lebih gencar dalam mengedukasi masyarakat Indonesia tentang motor listrik, untuk membentuk sebuah pemahaman yang berujung kepercayaan.

Baca juga: Albert Soerjonoto, Sempat Magang di Tesla, Kini Presdir Produsen Baterai Motor Listrik

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IEA: Dunia Menjadi Lebih Hemat Energi, tetapi Belum Cukup Cepat
IEA: Dunia Menjadi Lebih Hemat Energi, tetapi Belum Cukup Cepat
Pemerintah
Intensifikasi Lahan Tanpa Memperluas Area Tanam Kunci Keberlanjutan Perkebunan Sawit
Intensifikasi Lahan Tanpa Memperluas Area Tanam Kunci Keberlanjutan Perkebunan Sawit
Swasta
Industri Penerbangan Asia Pasifik Siap Penuhi Target 5 Persen Avtur Berkelanjutan
Industri Penerbangan Asia Pasifik Siap Penuhi Target 5 Persen Avtur Berkelanjutan
Pemerintah
Indonesia Ingin Bangun PLTN, tapi Geopolitik Jadi Pertimbangan Utama
Indonesia Ingin Bangun PLTN, tapi Geopolitik Jadi Pertimbangan Utama
Pemerintah
Cerita dari Pulau Obi: Reklamasi Tambang Tak Sekadar Menanam Ulang
Cerita dari Pulau Obi: Reklamasi Tambang Tak Sekadar Menanam Ulang
Swasta
Momen Haru, Orangutan Artemis dan Gieke Kembali ke Hutan Setelah Rehabilitasi
Momen Haru, Orangutan Artemis dan Gieke Kembali ke Hutan Setelah Rehabilitasi
Pemerintah
Survei Deloitte: Eksekutif Terus Berinvestasi dalam Keberlanjutan
Survei Deloitte: Eksekutif Terus Berinvestasi dalam Keberlanjutan
Swasta
Arktik Terdalam Memanas, Krisis Iklim Meluas
Arktik Terdalam Memanas, Krisis Iklim Meluas
Pemerintah
IESR: RI Belum Siap Transisi Energi karena Lembaga Pembayaran Gelontorkan Dana ke Energi Fosil
IESR: RI Belum Siap Transisi Energi karena Lembaga Pembayaran Gelontorkan Dana ke Energi Fosil
LSM/Figur
BMKG Perkirakan Hujan Terjadi di Sejumlah Daerah hingga 27 November
BMKG Perkirakan Hujan Terjadi di Sejumlah Daerah hingga 27 November
Pemerintah
Ancaman Pengasaman Laut di Perairan Paparan Sunda
Ancaman Pengasaman Laut di Perairan Paparan Sunda
Pemerintah
Perubahan Iklim Berisiko Tingkatkan Penyakit Pernapasan hingga Gangguan Mental
Perubahan Iklim Berisiko Tingkatkan Penyakit Pernapasan hingga Gangguan Mental
LSM/Figur
Bentrok dengan Komitmen Iklim, Reklamasi Surabaya Ancam 900 Hektar Mangrove
Bentrok dengan Komitmen Iklim, Reklamasi Surabaya Ancam 900 Hektar Mangrove
LSM/Figur
Satu Dekade RI Gagal Capai Target Bauran Energi Terbarukan, Penasihat Presiden: Memang Kita Negara Berkembang
Satu Dekade RI Gagal Capai Target Bauran Energi Terbarukan, Penasihat Presiden: Memang Kita Negara Berkembang
LSM/Figur
Pemerintah Dinilai Tidak Kompak Dorong Energi Terbarukan
Pemerintah Dinilai Tidak Kompak Dorong Energi Terbarukan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau