Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyambangi Hutan Harapan, Wana Dataran Rendah yang Tersisa di Sumatera

Kompas.com - 13/02/2024, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Ancaman perambah liar

Meski telah menjadi huta restorasi ekosistem, kelestarian Hutan Harapan masih dibayangi oleh berbagai ancaman yakni perambah liar, perburuan liar, ilegal logging, kebakaran, dan lain sebagainya.

Fajar mengungkapkan, dari sekian banyak ancaman tersebut, perambah liar merupakan salah satu ancaman yang paling besar.

Para perambah liar tersebut memasuki kawasan Hutan Harapan, membuka lahan, dan menanam tanaman perkebunan untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka tinggal secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari petugas.

“Salah satu tanaman yang mereka tanam adalah sawit karena nilai ekonominya yang paling besar,” kata Fajar.

Baca juga: Nusantara Green Pesantren, Upaya Wujudkan Visi IKN sebagai Kota Hutan

Berbagai aksi yang dilakukan oleh perambah liar membuat ratusan hektare tutupan Hutan Harapan menjadi rusak. Dan aksi yang mereka lakukan masih berlangsung hingga kini.

Fajar mengungkapkan, berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah masuknya perambah liar beserta upaya-upaya mereka yang memanfaatkan lahan di Hutan Harapan.

Beberapa yang dilakukan seperti menggandeng masyarakat Batin Sembilan dan aparat berwajib untuk ikut serta menjaga wana.

Namun, upaya tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan dan perjuangan untuk menangkal perambah liar masih berlanjut sampai sekarang.

Baca juga: Ada Kota Hutan Vertikal Pertama di China, Seperti Apa Bentuknya?

Menggantungkan hidup

Rumah pangung milik Rusman, salah satu tetua masyarakat Batin Sembilan, di Hutan Harapan, Jumat (9/2/2024).KOMPAS.com/DANUR LAMBANG PRISTIANDARU Rumah pangung milik Rusman, salah satu tetua masyarakat Batin Sembilan, di Hutan Harapan, Jumat (9/2/2024).

Salah satu tetua masyarakat Batin Sembilan, Rusman, mengatakan menjaga kelestarian tutupan hutan di wana tersebut sama saja mempertahankan kelangsungan hidup mereka.

Pasalnya, menurut pimpinan dari kelompok masyarakat adat Batin Sembilan Kandang Rebo Bawah Bedaro Anak Dalam Guli'an tersebut, warganya sangat menggantungkan hidupnya dari hasil alam yang ada di dalam hutan.

Beberapa hasil hutan yang biasa mereka dapatkan seperti madu, rotan, dan sebagainya yang merupakan hasil bukan kayu.

Hasil-hasil hutan yang mereka peroleh dijual dan uang yang didapatkan dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang dan pangan.

Rusman menuturkan, pihaknya beserta kelompoknya ikut serta menjaga Hutan Harapan dari ancaman kerusakan wana, termasuk dari perambah liar.

Selain memanfaatkan hasil hutan, Rusman dan hampir 100 KK yang berada di bawah kepemimpinannya juga ikut membudidayakan tanam seperti durian dan buah-buahan lain endemik dari Hutan Harapan.

Baca juga: Realisasi Ekspor Produk Hasil Hutan 128,5 Persen dari Target

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau