Dia menyampaikan, sektor transportasi merupakan penyumbang emisi GRK terbesar kedua di Indonesia, dan menjadi yang terbesar di Jakarta.
“Pemerintah mau mendorong adopsi kendaraan nol emisi. Kendaraan paling sesuai dengan itu adalah kendaraan listrik baterai,” ujar Rachmat.
Baca juga:
Senada, Senior Researcher ICCT Aditya Mahalana menyebutkan, emisi dari sektor transportasi akan meningkat pada tahun-tahun mendatang.
“Menurut penghitungan ICCT, pada 2050 emisi dari sektor transportasi akan meningkat sebanyak dua kali lipat dari sekarang,” kata Aditya.
Ia menjelaskan, pengurangan emisi sektor tersebut dapat dicapai dengan adopsi kendaraan listrik baterai.
Selain itu, kata dia, kendaraan listrik baterai juga dapat mengoptimalkan pencapaian target pengurangan GRK bila disandingkan dengan peningkatan bauran listrik dari energi terbarukan.
Sebagai informasi, saat ini, sektor transportasi menyumbang 27 persen emisi GRK dan berpotensi naik pesat dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan adanya dekarbonisasi sektor transportasi, ada beberapa manfaat yang dirasakan. Contohnya adalah memudahkan populasi masyarakat yang rentan terhadap dampak buruk kesehatan dan produktivitas akibat pencemaran udara.
Lalu, mendukung tersedianya udara bersih untuk kesehatan manusia, dan mengurangi impor minyak dan anggaran pemerintah untuk subsidi BBM.
Baca juga: Indonesia-Vietnam Perkuat Kerja Sama, Bidik Kendaraan Listrik
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya