Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ABB Ajak Industri Ikut Gerakan Efisiensi Energi, Kejar Emisi Bersih

Kompas.com - 14/03/2024, 11:19 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam upaya mitigasi dampak perubahan iklim dan mewujudkan masa depan berkelanjutan, PT ABB Sakti Industri meluncurkan Gerakan Efisiensi Energi (Energy Efficiency Movement) sejak 2021 lalu. 

Vice President Head of Motion Business Area PT ABB Chen Kang Tan mengatakan, efisiensi energi harus dilakukan untuk mengejar penurunan emisi karbon atau nol emisi pada 2060 atau lebih cepat. 

"Efisiensi Energi adalah elemen paling penting," ujar CK Tan saat ditemui di kantor ABB, Jakarta, Rabu (13/3/2024).

CK Tan mengatakan, Gerakan Efisiensi Energi ABB di Indonesia menjadi penting salah satunya untuk menginspirasi dan merangsang tindakan kolektif kalangan industri Indonesia, menuju lebih berkelanjutan dan hemat energi.

Hal ini, diawali dari selama 100 tahun belakangan ini, transformasi kebutuhan energi secara global meningkat sebanyak kurang lebih 10 kali lipat. 

Adapun produksi energi, khususnya pada pembakaran bahan bakar fosil, menyumbang sekitar tiga perempat emisi gas rumah kaca global.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Baca juga: Jika Industri Gandakan Efisiensi Energi, Hemat Rp 7.000 Triliun Per Tahun

Dengan demikian, transisi energi sangat vital bagi misi global untuk melawan perubahan iklim dan mencapai keberlanjutan.

Terlebih Indonesia telah memiliki target untuk mengurangi emisi karbon berdasarkan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (Nationally Determined Contribution atau NDC) dengan meningkatkan target pengurangan emisi menjadi 31,89 persen pada tahun 2030, dan target Nol Emisi pada 2060.

"Perlu tiga kali lipat energi baru terbarukan atau peningkatan dua kali lipat efisiensi energi. Kita harus tambah itu untuk mencapai target (penurunan emisi) di 2030," ungkap CK Tan. 

Bahkan, perlu upaya lebih keras untuk mencapai target lebih ambisius pada 2060. Misalnya, dengan penggunaan 90 persen listrik dari energi terbarukan, kapasitas tenaga nuklir digandakan, dan konsumsi energi 50 persen terelektrifikasi. 

Pentingnya Gerakan Efisiensi Energi dan teknologi

Vice President Head of Motion Business Area PT ABB, Chen Kang Tan, setelah sesi diskusi dan temu media di kantor ABB, Jakarta, Rabu (13/3/2024).KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Vice President Head of Motion Business Area PT ABB, Chen Kang Tan, setelah sesi diskusi dan temu media di kantor ABB, Jakarta, Rabu (13/3/2024).

CK Tan mengungkapkan, teknologi yang tersedia mampu menghasilkan 80 persen dari pengurangan emisi pada 2030.

"Efisiensi energi, energi terbarukan, dan elektrifikasi memiliki peran sangat penting," ujar CK Tan.

Oleh karena itu, teknologi ABB hadir untuk mempercepat transisi energi. Dengan cara mendukung seluruh sektor industri untuk melakukan optimalisasi, elektrifikasi, dan dekarbonisasi. 

"Gerakan Efisiensi Energi adalah sebuah forum yang bertujuan untuk menyatukan para pemangku kepentingan dengan visi yang sama untuk bersama-sama berinovasi dan bertindak demi dunia yang lebih efisien secara energi," paparnya. 

Baca juga:

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Perusahaan Sawit Didenda Rp 282 Miliar Atas Kasus Kebakaran Lahan
Perusahaan Sawit Didenda Rp 282 Miliar Atas Kasus Kebakaran Lahan
Pemerintah
KKP Targetkan Produksi Ikan Naik Usai Revitalisasi Tambak Pantura
KKP Targetkan Produksi Ikan Naik Usai Revitalisasi Tambak Pantura
Pemerintah
DLH Jabar Denda Rp 3,5 Miliar Perusahaan yang Cemari Sungai Citarum
DLH Jabar Denda Rp 3,5 Miliar Perusahaan yang Cemari Sungai Citarum
Pemerintah
Kemenhut Dapat Dana Rp 4,93 Triliun, Terbesar untuk Konservasi SDA dan Ekosistem
Kemenhut Dapat Dana Rp 4,93 Triliun, Terbesar untuk Konservasi SDA dan Ekosistem
Pemerintah
Cegah Banjir di Jabodetabek, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca 24 Jam
Cegah Banjir di Jabodetabek, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca 24 Jam
Pemerintah
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Swasta
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
BUMN
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Pemerintah
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Pemerintah
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
LSM/Figur
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
LSM/Figur
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Pemerintah
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau