Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Dokter Hewan di NTT Dilatih Tangani Wabah Penyakit pada Ternak

Kompas.com - 21/03/2024, 09:00 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Sebanyak 30 dokter hewan yang menjadi tenaga kesehatan garis depan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menjalani pelatihan pengembangan profesional. 

Kegiatan itu digelar Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, bekerjasama dengan Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI) serta Indonesia-Australia Read Meat and Cattle Partnership (IARMCP) di hotel Timore Kota Kupang, Rabu (20/1/3/2024).

Acara itu dibuka Ketua AFKHI Teguh Budi Pitojo. Hadir pula Dekan Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana Kupang Chistina Olly Lada dan Program Manager Indonesia Australia Red Meat & Cattle Parthnership (IARMCP), Petrus Widyantoro. 

Baca juga: 10 Provinsi dengan Dokter Terbanyak di Indonesia

Dekan Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana Kupang Chistina Olly Lada, mengatakan, kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia dan Indonesia-Australia Read Meat and Cattle Partnership (IARMCP)

"Ini merupakan rangkaian kegiatan yang sudah dilaksanakan dari tahun lalu. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan untuk mendeteksi penyakit menular," kata Chistina.

Misalnya jika ada kejadian luar biasa pada hewan bisa cepat tertangani, supaya bisa mengisolasi penularan penyakit pada hewan. 

Menurutnya, yang dilatih adalah tenaga kesehatan hewan dokter hewan dan profesi yang bekerja di lini depan dari kesehatan hewan di NTT.  

"Kegiatan ini batch kedua yang sebelumnya sudah melibatkan 30 peserta dari setiap batch nya. Selain itu juga ada pelatihan untuk mahasiswa dan dari Undana ada 90 peserta," jelasnya. 

Baca juga: 10 Provinsi dengan Dokter Paling Sedikit, Mayoritas di Indonesia Timur

Dengan kegiatan itu, ada peningkatan keterampilan dan pengetahuan. Namun yang lebih penting yakni keterampilan.

"Karena biasanya kalau ada sesuatu kejadian luar biasa di lapangan, kan orang bingung mau apa dulu. Mau lapor ke mana dan sebagainya. Sehingga butuh keterampilan," katanya. 

Dengan pelatihan ini, para peserta sudah waspada dan mampu melakukan langkah-langkah mitigasi untuk mengisolasi atau memperkecil permasalahan dan juga deteksi dini. 

Dia berharap, para dokter hewan yang sudah ikut pelatihan itu nanti melakukannya pelatihan di tempat mereka.

Mereka menjadi trainer di institusi mereka masing-masing dan dinas di kabupaten bisa membiayai kegiatannya sendiri karena sudah ada trainer yang terlatih.

Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana Kupang, Yohanes Simarmata, mengatakan, pelatihan ini digelar untuk menyamakan kompetensi dokter hewan dalam menanggulangi penyakit pada ternak.

Baca juga: Mayoritas Dokter Menumpuk di Jawa, Papua Paling Sedikit

"Ini yang mau kita samakan, bagaimana cara investigasi dan penanggulangannya sehingga perlu ditingkatkan kompetensi dokter hewan, salah satunya dengan bikin pelatihan," ujar Yohanes. 

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Masyarakat Jabodetabek Butuh Hutan Sebagai Penyangga, Tapi Alih Fungsi Lahan Kian Masif

Masyarakat Jabodetabek Butuh Hutan Sebagai Penyangga, Tapi Alih Fungsi Lahan Kian Masif

Pemerintah
Eksekutif Perusahaan Setuju Aktivitas Keberlanjutan Bisa Dongkrak Penjualan

Eksekutif Perusahaan Setuju Aktivitas Keberlanjutan Bisa Dongkrak Penjualan

Swasta
Walhi Laporkan 47 Perusahaan yang Diduga Rusak Lingkungan ke Kejagung

Walhi Laporkan 47 Perusahaan yang Diduga Rusak Lingkungan ke Kejagung

Pemerintah
RUU Masyarakat Adat: Janji Politik atau Ilusi Hukum?

RUU Masyarakat Adat: Janji Politik atau Ilusi Hukum?

Pemerintah
Jakarta Jadi Pionir Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon

Jakarta Jadi Pionir Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon

Pemerintah
Jakarta dan Hangzhou Alami Dampak Paling Parah akibat Perubahan Cuaca Ekstrem

Jakarta dan Hangzhou Alami Dampak Paling Parah akibat Perubahan Cuaca Ekstrem

Pemerintah
Pemasangan Panel Surya Global Dinginkan Bumi Hingga 0,13 Derajat C

Pemasangan Panel Surya Global Dinginkan Bumi Hingga 0,13 Derajat C

LSM/Figur
Pemerintah Wacanakan Bangun Hutan Wakaf untuk Ibadah dan Pelestarian Alam

Pemerintah Wacanakan Bangun Hutan Wakaf untuk Ibadah dan Pelestarian Alam

Pemerintah
Pemerintah Akan Evaluasi PLTSa, dari 12 Kota Hanya 2 yang Beroperasi

Pemerintah Akan Evaluasi PLTSa, dari 12 Kota Hanya 2 yang Beroperasi

Pemerintah
Sedekah Sampah Ala Hanan Attaki, Masyarakat Bisa Jual Plastik di Masjid

Sedekah Sampah Ala Hanan Attaki, Masyarakat Bisa Jual Plastik di Masjid

LSM/Figur
Jakarta Kembali Masuk 10 Besar Ibu Kota Paling Berpolusi di Dunia Sepanjang 2024

Jakarta Kembali Masuk 10 Besar Ibu Kota Paling Berpolusi di Dunia Sepanjang 2024

LSM/Figur
Indonesia Disebut Berpeluang Pasarkan Jasa Penyimpanan Karbon ke Luar Negeri

Indonesia Disebut Berpeluang Pasarkan Jasa Penyimpanan Karbon ke Luar Negeri

Pemerintah
Pemerintah Targetkan 30 Kota Kelola Sampah Jadi Listrik 4 Tahun Lagi

Pemerintah Targetkan 30 Kota Kelola Sampah Jadi Listrik 4 Tahun Lagi

Pemerintah
Terbukti Cemari Lingkungan, Pengelola TPA Ilegal Dikenakan Pidana

Terbukti Cemari Lingkungan, Pengelola TPA Ilegal Dikenakan Pidana

Pemerintah
Mikroplastik Hambat Fotosintesis Tanaman, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

Mikroplastik Hambat Fotosintesis Tanaman, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau