Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penggundulan Hutan Kawasan Konservasi Jadi Sinyal Bahaya, Terbanyak di Papua

Kompas.com, 29 Maret 2024, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Penggundulan hutan atau deforestasi di kawasan konservasi sepanjang 2023 mencapai 12.612 hektare menurut analisis yang dilakukan oleh Auriga Nusantara.

Angka tersebut setara 4,9 persen dari total deforestasi di Indonesia sepanjang 2023 yang mencapai 257.384 hektare.

Ketua Auriga Nusantara Timer Manurung mengatakan, deforestasi di kawasan konservasi harusnya menjadi perhatian lebih.

Baca juga: Sepanjang 2023, Indonesia Kehilangan Hutan Setara 238.318 Lapangan Sepak Bola

Sebab, kawasan konservasi merupakan wilayah yang dilindungi dengan sangat ketat.

Deforestasi di kawasan konservasi pada 2023 mencakup 142 unit yakni 31 taman nasional, 45 cagar alam, 26 suaka margasatwa, tiga taman buru, 11 taman hutan raya, 15 taman wisata alam, dan 11 lainnya.

"Cagar alam dan suaka margasatwa menjadi catatan. Karena semestinya wilayah itu adalah kawasan yang sangat terjaga," kata Timer dalam Rilis Data: Deforestasi Indonesia 2023, Senin (22/3/2023).

Dia mencontohkan, cagar alam dan suaka margasatwa bisa disandingkan dengan zona inti taman nasional.

"Orang riset saja harus hati-hati di sana. Bahkan wisata tidak diperbolehkan. Ini menjadi sinyal bahaya bagi kita," ujar Timer.

Baca juga: Pengembangan Bioenergi Ancam Deforestasi Lebih Luas

Dari seluruh kawasan konservasi yang mengalami deforestasi, Papua menjadi wilayah yang paling besar kehilangan hutan.

Bahkan empat kawasan konservasi yang mengalami deforestasi terbanyak terletak di Papua yakni Suaka Margasatwa Pegunungan Jayawijaya, Taman Nasional Lorentz, Suaka Margasata Mamberamo Foja, dan Suaka Margasatwa Pulau Dolok.

Menurut analisis Auriga Nusantara, berikut 10 kawasan konservasi yang mengalami deforestasi terbanyak.

  1. Suaka Margasatwa Pegunungan Jayawijaya: 1.591 hektare
  2. Taman Nasional Lorentz: 1.284 hektare
  3. Suaka Margasata Mamberamo Foja: 1.033 hektare
  4. Suaka Margasatwa Pulau Dolok: 825 hektare
  5. Taman Nasional Kerinci Seblat: 793 hektare
  6. Cagar Alam Pegunungan Tambrau Selatan: 714 hektare
  7. Taman Nasional Tesso Nilo: 471 hektare
  8. Taman Nasional Lore Lindu: 441 hektare
  9. Taman Nasional Gunung Leuser: 331 hektare
  10. Cagar Alam Faruhumpenai: 306 hektare

Baca juga: 10 Provinsi dengan Deforestasi Terparah 2023, Mayoritas di Kalimantan

Direktur Informasi dan Data Auriga Nusantara Dedy P Sukmara mengatakan, analisis yang dilakukan Auriga Nusantara didasarkan pada metodologi yang diterapkan oleh Universitas Maryland di Amerika Serikat (AS).

Data mentah yang didapatkan oleh Auriga Nusantara juga diambil dari data publik yang disediakan oleh Universitas Maryland.

Data deforestasi dari Auriga Nusantara pada 2022 tersebut berbeda dengan versi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yakni 104.000 hektare.

Menurut Auriga Nusantara, ada perbedaan besar dalam metodologi analisis menghitung deforestasi dengan KLHK.

Sehingga, data deforestasi tahun 2023 juga diyakini mengalami perbedaan dengan KLHK.

Baca juga: MUI Haramkan Deforestasi, Membakar Hutan, dan Lahan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kementerian PPN/Bappenas Apresiasi Praktik Baik Pembangunan lewat Indonesia’s SDGs Action Awards 2025
Kementerian PPN/Bappenas Apresiasi Praktik Baik Pembangunan lewat Indonesia’s SDGs Action Awards 2025
Pemerintah
Bappenas Gelar Konferensi Utama SAC 2025, Bahas Transformasi Pembangunan
Bappenas Gelar Konferensi Utama SAC 2025, Bahas Transformasi Pembangunan
Pemerintah
Industri Pelayaran Komitmen Atasi Krisis Polusi Plastik di Lautan
Industri Pelayaran Komitmen Atasi Krisis Polusi Plastik di Lautan
Pemerintah
Kritik Pedas SNDC Kedua: Cuma Lempar Beban Penurunan Emisi ke Pemerintahan Pasca 2029
Kritik Pedas SNDC Kedua: Cuma Lempar Beban Penurunan Emisi ke Pemerintahan Pasca 2029
LSM/Figur
Tropenbos: Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Berpotensi Suplai Menu MBG
Tropenbos: Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Berpotensi Suplai Menu MBG
LSM/Figur
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Pemerintah
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
BrandzView
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Pemerintah
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
Pemerintah
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Pemerintah
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
LSM/Figur
Pemerintah Bakal Bangun SPKLU di Desa untuk Perluas Penggunaan EV
Pemerintah Bakal Bangun SPKLU di Desa untuk Perluas Penggunaan EV
Pemerintah
Rencana Buka 600.000 Ha Lahan Sawit Baru, Solusi atau Kemunduran?
Rencana Buka 600.000 Ha Lahan Sawit Baru, Solusi atau Kemunduran?
LSM/Figur
Greenpeace: Komitmen Iklim Anggota G20 Tak Ambisius
Greenpeace: Komitmen Iklim Anggota G20 Tak Ambisius
LSM/Figur
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau