Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/04/2024, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Di sisi lain, banyak negara melangsungkan pemilu pada tahun ini. Pergantian rezim diharapkan dapat turut memengaruhi arah kebijakan iklim sebuah negara.

Baca juga: Perempuan Berperan Besar Memitigasi Perubahan Iklim

Meyer menuturkan, NDC yang ditetapkan tahun depan akan menentukan apakah dunia bisa mencapai jalur pengurangan emisi yang diperlukan untuk menghindari krisis iklim yang jauh lebih buruk dibandingkan saat ini.

Para ilmuwan sebelumnya menegaskan, emisi global dikurangi setengahnya pada akhir dekade ini guna memenuhi target Perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat celsius.

CEO Climate Analytics Bill Hare mengatakan, sayangnya masih banyak pemerintah di dunia yang justru mendukung pengembangan bahan bakar fosil baru.

"Kita perlu melihat tindakan yang lebih kuat sekarang –peningkatan yang lebih cepat dalam penggunaan energi terbarukan, kendaraan listrik, dan baterai– jika kita ingin melakukan pengurangan yang signifikan pada tahun 2030. Semakin lama kita menunggu, semakin besar biaya yang harus dikeluarkan," ucap Hare.

Baca juga: Sasi Laut, Penjaga Ketahanan Pangan di Tengah Ancaman Krisis Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com