Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Danur Lambang Pristiandaru
Wartawan

Content Writer Lestari Kompas.com
Alumnus Prodi Ketahanan Energi Universitas Pertahanan

Mengapa Kita Harus Khawatir Peningkatan Gas Metana?

Kompas.com - 25/04/2024, 16:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sejauh ini, berdasarkan penghitungan yang dilakukan IEA, metana berkontribusi sekitar 30 persen atas kenaikan suhu Bumi sejak Revolusi Industri.

Sedangkan menurut penelitian yang dipimpin Profesor Emeritus Euan Nisbet dari Royal Holloway University of London, peran metana terhadap iklim jauh lebih dominan.

Dalam penelitian Nisbet, metana menjadi biang keladi utama di setiap mencairnya periode zaman es.

Saat ini, emisi metana Bumi meningkat dengan cepat sejak 2006. Emisi metana dalam kurun 2006 sampai 2022, alias 16 tahun, setara dengan peningkatan metana mencairnya zaman es terakhir sekitar 12.000 tahun lalu.

Karena fenomena tersebut, kemungkinan besar Bumi akan mencapai iklim yang lebih hangat lebih cepat, sehingga membawa perubahan besar terhadap iklim planet ini.

Saking berbahayanya metana terhadap iklim di Bumi, berbagai pihak mulai meluncurkan satelit khusus untuk memantau secara akurat dan siapa yang harus bertanggung jawab.

Terbaru, raksasa teknologi Google bekerja sama dengan Environmental Defense Fund meluncurkan satelit bernama MethaneSat yang melacak kebocoran metana secara lebih presisi dari sektor energi fosil, utamanya minyak dan gas.

Aktivitas manusia

Menurut data IEA, peningkatan emisi metana secara drastis saat ini tidak bisa dilepaskan dari campur tangan manusia.

Pada 2022, dari total emisi metana yang lepas ke atmosfer, 40 persen di antaranya berasal dari proses alamiah.

Sisanya, 60 persen emisi metana yang lepas ke atmosfer disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penggunaan energi, pertanian, sampah, pembakaran, dan lainnya.

Sektor pertanian dan energi menjadi kontributor terbesar pelepasan emisi metana akibat aktivitas manusia.

Sementara itu, lima negara penghasil metana terbesar di dunia adalah China, India, Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Brasil.

Secara keseluruhan, kelima negara tersebut bertanggung jawab atas hampir separuh emisi metana secara global.

Di sisi lain, komunitas internasional sebenarnya sudah menyepakati traktat pengurangan emisi metana bernama Global Methane Pledge.

Perjanjian antarnegara yang diluncurkan pada 2021 bertepatan COP21 tersebut menargetkan dapat memangkas emisi metana setidaknya 30 persen pada 2030 dengan baseline 2020.

Namun, tersisa tujuh tahun lagi untuk mencapai target tersebut, sedangkan tingkat emisi metana dari tahun ke tahun justru semakin meningkat.

Tanpa adanya komitmen dan aksi iklim yang ambisius dari para pemangku kepentingan, target yang diikrarkan hanya sebatas janji. Dan Bumi tempat kita hidup hanya ada satu.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

LSM/Figur
PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

Pemerintah
BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah
Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Pemerintah
IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

Swasta
WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

LSM/Figur
Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Pemerintah
Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Pemerintah
5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

Pemerintah
UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

Pemerintah
Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

LSM/Figur
Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

LSM/Figur
90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Pemerintah
Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

LSM/Figur
Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau