WAIKABUBAK, KOMPAS.com - Novita Magi Jala bergerak gesit mengatur 10 orang muridnya dari kursi peserta menuju bagian depan acara simposium literasi gemilang untuk Tanah Marapu, yang digelar di Aula Alfa-Omega Desa Kodaka, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (23/4/2024).
Perempuan berusia 34 tahun itu adalah guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lomana Padaka, Sumba Barat, yang akan melakukan cara membaca berimbang kelas awal untuk murid kelas satu.
Aktivitas itu digelar di hadapan Wakil Bupati Sumba Barat John Lado Bora Kabba, Pejabat dari Kabupaten Sumba Tengah, Program Direktur Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI) Putu Desy Apriliani, serta pejabat lainnya.
Baca juga: Indonesia-Jerman Kerja Sama Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Industri
Sebuah papan tulis berukuran kecil dengan tiga penyanggah berdiri kokoh di sisi kirinya. Satu kursi susun disiapkan untuknya. 10 anak didiknya duduk lesehan beralaskan karpet, sembari seksama menyimak gerak-gerik Novita.
Suaranya yang lantang nan teduh mengajak anak-anak mengulas kembali kartu huruf dengan menunjukkan beberapa kartu huruf.
Siswa-siswinya diajak menyebutkan bunyi kartu huruf yang ditujukannya. Mereka bersemangat mengikuti penyampaian Novita dengan gestur tubuh yang ceria.
Novita kemudian mengajarkan lagu bunyi huruf konsonan. Tak hanya anak-anak, tamu undangan, peserta yang hadir, termasuk Wakil Bupati Sumba Barat dan pejabat lainnya juga ikut bernyanyi. Mereka dipandu Novita. Suasana yang semula kaku, berubah cair.
Tak cukup di situ, kegiatan dilanjutkan dengan segmentasi penggabungan huruf menjadi suku kata sehingga membentuk satu kata.
Masing-masing siswa terlihat aktif dan beriteraksi dengan Novita. Mereka saling berlomba mengacungkan cari ke atas saat ditanya Novita.
Baca juga: Dukung Pendidikan Agama, Sinar Primera Group Gelar Kegiatan Wakaf Al Quran
Demo membaca berimbang itu menghibur ratusan peserta yang sebagai besar guru dan tenaga pendidik. Tepuk tangan bergemuruh usai Novita dan muridnya tampil sekitar 10 menit.
Novita mengaku, awalnya sempat gugup karena harus tampil di depan banyak orang, termasuk pejabat daerah.
Namun, karena terbiasa belajar mengajar dengan para muridnya di kelas, demo pun berjalan lancar sesuai rencananya.
"Karena saya sudah terbiasa setiap hari dengan anak-anak, sehingga awalnya gugup, akhirnya santai dan kami berhasil demo dengan baik," ujar Novita kepada Kompas.com di sela-sela kegiatan kegiatan simposium literasi gemilang.
Novita menuturkan, dia baru setahun menerapkan metode pengajaran fonik setelah sekolahnya bermitra dengan YLAI.
Fonik adalah metode pembelajaran yang mempelajari bunyi huruf dan cara menggabungkan bunyi huruf yang membentuk kata.
Baca juga: Semakin Tinggi Pendidikan Orangtua, Kian Baik Kualitas Pengasuhan Anak
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya