Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peningkatan Karbon Dioksida Capai Rekor Tertinggi dalam 500.000 Tahun

Kompas.com - 17/05/2024, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Oregon State University dan University of St Andrews, laju peningkatan karbon dioksida di atmosfer saat ini 10 kali lebih cepat dibandingkan dalam 50.000 tahun terakhir.

Kadar karbon dioksida di atmosfer sekarang juga 50 persen lebih tinggi dibandingkan sebelum dimulainya Revolusi Industri dan terus meningkat.

Studi tersebut diterbitkan pada Senin (13/5/2024) di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Baca juga: Hingga 30 April, Nilai Perdagangan Karbon Rp 35,31 Miliar

Dalam penelitian tersebut, para peneliti menganalisis inti es Antartika kuno mengandung gelembung udara yang terperangkap selama ratusan ribu tahun.

Spesimen tersebut mengandung catatan berharga mengenai kondisi iklim masa lalu, sebagaimana dilansir Earth.org.

Berdasarkan analisis, disimpulkan bahwa laju peningkatan karbon dioksida saat ini 10 kali lebih tinggi dibandingkan kenaikan alami sebelumnya yang tercatat dalam sejarah.

Para peneliti menyampaikan, fenomena tersebut sebagian besar disebabkan oleh emisi yang dihasilkan dari aktivitas manusia.

Baca juga: Studi: Hutan Dijadikan Alat Perdagangan Karbon Lemahkan Peran Rimba

"Mempelajari masa lalu mengajarkan kita betapa hari ini berbeda. Laju perubahan karbon dioksida saat ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya," kata Kathleen Wendt, asisten profesor di Oregon State University sekaligus penulis utama studi tersebut.

Karbon dioksida merupakan gas rumah kaca antropogenik utama di atmosfer dan bertanggung jawab atas sekitar tiga perempat emisi pemanasan global.

Peningkatan karbon dioksida di Bumi saat ini disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, biomassa, perubahan penggunaan lahan, dan proses industri.

Emisi karbon dioksida global dari bahan bakar fosil telah meningkat lebih dari 60 persen sejak 1990.

Baca juga: Perdagangan Karbon Dikebut, Pemerintah Bentuk Satgas Khusus

Antarktika

Temuan penelitian tersebut juga memiliki implikasi penting terhadap kemampuan Antarktika di Kutub Selatan dalam menyerap karbon dioksida yang dihasilkan manusia.

Antarktika memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim dengan menyerap sebagian karbon dioksida yang dihasilkan oleh aktivitas

Namun studi tersebut menunjukkan bahwa penguatan angin selatan, yang diperkirakan terjadi akibat perubahan iklim, dapat melemahkan kemampuan Antarktika dalam menyerap karbon dioksida di masa depan.

Baca juga: Reduksi Emisi Karbon, Djarum Foundation Tanam Trembesi di Tol Cisumdawu

Hal ini dapat memperburuk konsentrasi karbon dioksida global dan meningkatkan efek rumah kaca, sehingga menyebabkan dampak perubahan iklim lebih lanjut.

Ilmuwan iklim dan ahli geokimia James Rae menulis di X (sebelumnya Twitter), saat ini Antarktika menyerap karbon dioksida dari atmosfer.

"Pergeseran ke arah kutub di wilayah barat saat ini mungkin akan melemahkan penyerapan karbon dioksida di masa depan," kata Rae.

Temuan-temuan dari penelitian tersebut menyoroti keterkaitan sistem iklim bumi dan potensi perubahan iklim yang cepat dan meluas, serta menegaskan bahwa peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia.

Baca juga: Kembangkan Produksi Minim Karbon, SCG Alokasikan Rp 4,6 Triliun

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

LSM/Figur
PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

Pemerintah
BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah
Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Pemerintah
IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

Swasta
WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

LSM/Figur
Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Pemerintah
Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Pemerintah
5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

Pemerintah
UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

Pemerintah
Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

LSM/Figur
Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

LSM/Figur
90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Pemerintah
Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

LSM/Figur
Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau