Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Literasi Papua Terendah di Indonesia, 30 Persen Siswa SD Belum Bisa Baca

Kompas.com - 17/05/2024, 13:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Wahana Visi Indonesia (WVI) mengungkapkan, secara umum, pulau Papua merupakan wilayah dengan angka literasi paling rendah se-Indonesia.

Hal ini sebagaimana dikatakan Education Manager WVI Marthen S. Sambo bahwa literasi masih menjadi isu utama bagi anak-anak di area terjauh dan tertinggal di pulau Papua, yaitu Asmat dan Wamena

“Kendala utamanya ada di akses dan keterbatasan guru menguasai literasi. Masih ada guru belum lancar membaca dan belum mampu mengajarkan literasi secara komprehensif," ujar Marthen, usai konferensi pers di Jakarta, Kamis (16/5/2024). 

Baca juga: Indonesia-Jerman Kerja Sama Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Industri

Selain itu, dampak dari keterbatasan akses adalah minimnya fasilitas pendukung. Sebagai contoh, untuk mengirimkan 1 kg buku saja dapat dikenakan harga hingga ratusan ribu. 

"Fasilitas pendukung juga sangat minim, seperti buku cerita, bahan ajar kontekstual, dan tempat mengajar kurang kondusif," imbuhnya. 

Sebagai gambaran, pada 2023, WVI mengumpulkan data di Jayapura, Biak, dan Jayawijaya. Dari 2.119 murid kelas 3 di 171 sekolah dasar (SD), baru 58 persen siswa membaca dengan pemahaman, 12 persen pembaca pemula, dan 30 persen bukan pembaca atau belum bisa membaca.

Data tersebut tidak jauh berbeda dengan data yang didapatkan dari Asmat dan Wamena.

Lletak geografis beberapa wilayah di Papua yang memang sulit dijangkau, menyebabkan keterlambatan beberapa daerah tersebut dalam menerima bantuan maupun informasi dari pusat. Termasuk dari hal literasi dasar. 

Jarang melihat tulisan

Marthen menambahkan, budaya tutur di masyarakat Papua pada umumnya telah turun-temurun, sehingga menjadi lebih kuat dibanding budaya membaca atau tulis.

Rata-rata siswa kelas 3 SD di Papua baru bisa membaca 31 kata per menit, di mana seharusnya 60-80 kata per menit.

Baca juga: Semakin Tinggi Pendidikan Orangtua, Kian Baik Kualitas Pengasuhan Anak

"Di sana rata-rata 31 kata per menit, artinya kan dalam satu kurang lebih 2-3 detik baru bisa tau. Salah satunya karena pengaruh tidak sering melihat tulisan, baik di sekolah dan rumah, kebanyakan memang hanya dengar," tambah Marthen.

Tidak ada anak yang lancar membaca jika tidak sering bertemu tulisan. Semakin terbiasa membaca teks, seorang anak akan semakin cepat mengenali dan memahami tulisan. 

Adapun dari lima area program WVI di Papua, anak-anak di Asmat memiliki keterampilan ‘membaca dengan pemahaman’ terendah, yakni hanya sekitar 11 persen. Di Asmat, rata-rata siswa kelas 3 SD hanya bisa membaca lima kata per menit.

"Sedangkan isu di Wamena lebih kepada kegiatan belajar mengajar di sekolah yang sering ditiadakan karena konflik sosial. Mereka bisa libur sekolah hampir dua minggu saat ada konflik," terangnya.

Baca juga: Pahamkan Anak Isu Keberlanjutan dengan Kurikulum Pendidikan Lingkungan

Oleh karena itu, pihaknya ingin membantu meningkatkan kemampuan literasi anak-anak di Papua, khususnya Asmat dan Wamena, dengan meluncurkan kampanye Run for The East (R4TE) yang berlangsung sejak Mei hingga September 2024

"Pemahaman literasi yang baik adalah pondasi penting dalam pendidikan. Pendidikan yang baik dan layak adalah kunci untuk masa depan yang lebih berkualitas bagi anak-anak dan masyarakat Papua," pungkas Marthen.

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lewat Hidrogen Hijau, Indonesia Bisa Hasilkan Energi Terbarukan 3.687 GW

Lewat Hidrogen Hijau, Indonesia Bisa Hasilkan Energi Terbarukan 3.687 GW

Pemerintah
Selain Pemerintah, Keterlibatan Swasta Penting Capai NZE

Selain Pemerintah, Keterlibatan Swasta Penting Capai NZE

Pemerintah
Teknologi Pendinginan Bisa Cegah 2 Miliar Ton Emisi Akibat Food Loss

Teknologi Pendinginan Bisa Cegah 2 Miliar Ton Emisi Akibat Food Loss

LSM/Figur
Kemenko Marves dan IGCN Kolaborasi Pusat Unggulan Rumput Laut

Kemenko Marves dan IGCN Kolaborasi Pusat Unggulan Rumput Laut

Pemerintah
Studi: Industri Peternakan Sapi Dapat Kurangi Emisi Hingga 30 Persen

Studi: Industri Peternakan Sapi Dapat Kurangi Emisi Hingga 30 Persen

Pemerintah
RGE Komitmen Dukung Transisi Energi Hijau, Targetkan 90 Persen Energi Bersih pada 2030

RGE Komitmen Dukung Transisi Energi Hijau, Targetkan 90 Persen Energi Bersih pada 2030

Swasta
Berkat Program CSR Vinilon Group dan Solar Chapter, Warga Desa Banuan Kini Merdeka Air Bersih

Berkat Program CSR Vinilon Group dan Solar Chapter, Warga Desa Banuan Kini Merdeka Air Bersih

Swasta
Kelola Limbah Plastik, Amandina Raih Penghargaan 'ESG Tech Environmental Services'

Kelola Limbah Plastik, Amandina Raih Penghargaan "ESG Tech Environmental Services"

Swasta
PBB: Planet yang Sehat  Disumbang dari Laut yang Juga Sehat

PBB: Planet yang Sehat Disumbang dari Laut yang Juga Sehat

LSM/Figur
Perlindungan Terhadap Biodiversitas Tingkatkan Perekonomian Bangsa

Perlindungan Terhadap Biodiversitas Tingkatkan Perekonomian Bangsa

Pemerintah
Pemerintah Ungkap Indonesia Punya Potensi Energi Surya 3.300 GW

Pemerintah Ungkap Indonesia Punya Potensi Energi Surya 3.300 GW

Pemerintah
Mengintip Strategi Efisiensi Energi Sido Muncul hingga Raih Lestari Awards 2024

Mengintip Strategi Efisiensi Energi Sido Muncul hingga Raih Lestari Awards 2024

Swasta
HUT Ke-70 SGM, Beri Dukungan Gizi dan Pendidikan untuk Generasi Indonesia

HUT Ke-70 SGM, Beri Dukungan Gizi dan Pendidikan untuk Generasi Indonesia

Swasta
Potensi Laut RI Melimpah, Tapi Baru Sumbang 7,9 Persen PDB

Potensi Laut RI Melimpah, Tapi Baru Sumbang 7,9 Persen PDB

Pemerintah
Standar Penegakan Hukum Jadi Katalis Investasi Keuangan Berkelanjutan

Standar Penegakan Hukum Jadi Katalis Investasi Keuangan Berkelanjutan

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau