"Tak hanya berkontribusi pada bauran energi terbarukan, tapi juga pengurangan emisi," ujar Moko.
Kendati memiliki manfaat dan keunggulan, Moko mengakui pembangkit terbarukan berbasis komunitas masih memiliki beberapa tantangan. Sehingga, perlu adanya pendanaan untuk meminimalisasi hal tersebut.
"Keterbatasan pada skala komunitas, itu juga soal keterbatasan skill teknis dan manajemen. Jadi penerima manfaat tidak memahami cara kerja teknologinya," terang dia.
Ia menjelaskan, beberapa daerah terpencil bisa jadi tidak memiliki teknologi yang dibutuhkan. Selain itu, tidak ada transfer pengetahuan kepada para pekerja. Sehingga, saat pembangkit dan jaringan ketenagalistrikan rusak, tidak ada bantuan untuk memperbaikinya.
Baca juga: Danamon Peduli Gandeng Komunitas Pasar, Dukung Keberlanjutan Lingkungan
Selain itu, pengaruh krisis iklim seperti banjir dan badai, juga dapat merusak pembangkit ketenagalistrikan yang rentan.
"Tantangan lainnya, soal pengembangan jaringan. Misalnya di Lumajang tadi, ada kebutuhan perluasan jaringan. Tapi untuk perluasan jaringan, kebutuhan pendanaannya juga besar," ujar Moko.
Dengan demikian, Moko menyebut pentingnya pendanaan dari pemerintah maupun swasta, untuk mendukung pembangkit terbarukan berbasis komunitas.
Beberapa alasannya, agar dapat memberikan akses listrik yang mudah dan murah bagi daerah pelosok tertentu yang masih susah dialiri listrik PLN.
Kemudian, dana untuk reaktivasi pembangkit listrik energi terbarukan yang sudah rusak, seperti PLTMH Kamanjara, Waekelo dan PLTB di Tanarara, Kalihi.
Kemudian, bantuan pembiayaan dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil, terutama jika pembangkit baru bisa dibangun di desa dan komunitas yang memiliki potensi
energi terbarukan.
Terakhir, dana untuk peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan, dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) bagi komunitas yang sudah memiliki pembangkit energi terbarukan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya