Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/07/2024, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Jejak karbon atau carbon footprint menjadi hal yang semakin diperhitungkan saat ini.

Pasalnya, jejak karbon menjadi salah satu elemen penting yang perlu dikendalikan untuk mengatasi pemanasan global.

Pengertian jejak karbon

Dilansir dari New York Times, jejak karbon atau carbon footprint adalah total emisi gas rumah kaca (GRK) dari sebuah produk atau jasa mulai dari produksi, pemakaian, hingga akhir masa pakainya.

Jejak karbon menghitung berbagai emisi GRK seperti karbon dioksida, metana, dinitrogen oksida, dan gas lain yang memerangkap panas di atmosfer.

Baca juga: Coldplay Sebut Jejak Karbon Tur Konser Turun 59 Persen

Sementara itu menurut profesor dari Lancaster University Mike Berners-Lee, jejak karbon adalah total seluruh emisi GRK dari suatu produk mulai dari awal produksinya hingga masa akhirnya.

Bahkan, masing-masing aktivitas dari produksi sebuah produk memiliki jejak karbon tersendiri.

Penghitungan jejak karbon juga diterapkan kepada manusia. Setiap aktivitas dari kita menghasilkan emisi GRK, sehingga perlu untuk dilacak dan dikurangi.

Contohnya seseorang yang sering menggunakan kendaraan pribadi akan memiliki jejak karbon yang lebih banyak daripada mereka yang menggunakan kendaraan umum.

Atau orang yang sering memanfaatkan perangkan elektronik pasti jejak karbonnya berbeda dengan orang-orang yang tidak bergantung dengan peranti tersebut.

Baca juga: DBS Indonesia dan Indorama Kolaborasi Keberlanjutan, Kurangi Jejak Karbon

Jenis jejak karbon

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jejak karbon, ada dua jenis yang membedakan penghitungannya.

Kedua jenis tersebut adalah jejak karbon primer dan jejak karbon sekunder, sebagaimana dilansir Britannica.

  • Jejak karbon primer

Jejak karbon primer adalah emisi GRK di mana individu tertentu memiliki kontrol penuh atasnya.

Contohnya pemilihan transportasi, penggunaan energi di rumah, pemilihan peralatan elektronik, dan lain sebagainya.

Jejak karbon primer juga merujuk pada berapa banyak pembakaran bahan bakar yang diperlukan produsen untuk memproduksi sebuah produk.

Contohnya, proses industri dan manufaktur membutuhkan energi listrik atau bahan bakar untuk menggerakan mesinnya.

Proses tersebut termasuk dalam jejak karbon primer karena produsen memiliki kendali penuh atas alat dan kegiatan yang berlangsung atas aktivitas tersebut.

Baca juga: Jejak Karbon Urban Farming 6 Kali Lipat Lebih Besar dari Pertanian Konvensional

  • Jejak karbon sekunder

Jejak sekunder mencakup emisi GRK yang dihasilkan dari aktivitas individu namun tidak sepenuhnya memiliki kontrol atasnya.

Contohnya adalah pemilihan makanan dan gaya hidup. Individu tidak memiliki kontrol seberapa jauh pengangkutan makanan tersebut dari petani ke penjual.

Manufaktur dan transportasi barang konsumsi merupakan kontributor tambahan terhadap jejak karbon sekunder.

Contoh lain adalah jejak karbon dari sebotol air yang mencakup pembuatan produksi hingga transportasi hingga produk tersebut sampai ke tangan konsumen.

Baca juga: Jejak Karbon dan Pola Makan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

LSM/Figur
PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

Pemerintah
BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah
Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Pemerintah
IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

Swasta
WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

LSM/Figur
Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Pemerintah
Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Pemerintah
5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

Pemerintah
UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

Pemerintah
Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

LSM/Figur
Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

LSM/Figur
90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Pemerintah
Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

LSM/Figur
Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau