KOMPAS.com - Jejak karbon atau carbon footprint menjadi hal yang semakin diperhitungkan saat ini.
Pasalnya, jejak karbon menjadi salah satu elemen penting yang perlu dikendalikan untuk mengatasi pemanasan global.
Dilansir dari New York Times, jejak karbon atau carbon footprint adalah total emisi gas rumah kaca (GRK) dari sebuah produk atau jasa mulai dari produksi, pemakaian, hingga akhir masa pakainya.
Jejak karbon menghitung berbagai emisi GRK seperti karbon dioksida, metana, dinitrogen oksida, dan gas lain yang memerangkap panas di atmosfer.
Baca juga: Coldplay Sebut Jejak Karbon Tur Konser Turun 59 Persen
Sementara itu menurut profesor dari Lancaster University Mike Berners-Lee, jejak karbon adalah total seluruh emisi GRK dari suatu produk mulai dari awal produksinya hingga masa akhirnya.
Bahkan, masing-masing aktivitas dari produksi sebuah produk memiliki jejak karbon tersendiri.
Penghitungan jejak karbon juga diterapkan kepada manusia. Setiap aktivitas dari kita menghasilkan emisi GRK, sehingga perlu untuk dilacak dan dikurangi.
Contohnya seseorang yang sering menggunakan kendaraan pribadi akan memiliki jejak karbon yang lebih banyak daripada mereka yang menggunakan kendaraan umum.
Atau orang yang sering memanfaatkan perangkan elektronik pasti jejak karbonnya berbeda dengan orang-orang yang tidak bergantung dengan peranti tersebut.
Baca juga: DBS Indonesia dan Indorama Kolaborasi Keberlanjutan, Kurangi Jejak Karbon
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jejak karbon, ada dua jenis yang membedakan penghitungannya.
Kedua jenis tersebut adalah jejak karbon primer dan jejak karbon sekunder, sebagaimana dilansir Britannica.
Jejak karbon primer adalah emisi GRK di mana individu tertentu memiliki kontrol penuh atasnya.
Contohnya pemilihan transportasi, penggunaan energi di rumah, pemilihan peralatan elektronik, dan lain sebagainya.
Jejak karbon primer juga merujuk pada berapa banyak pembakaran bahan bakar yang diperlukan produsen untuk memproduksi sebuah produk.
Contohnya, proses industri dan manufaktur membutuhkan energi listrik atau bahan bakar untuk menggerakan mesinnya.
Proses tersebut termasuk dalam jejak karbon primer karena produsen memiliki kendali penuh atas alat dan kegiatan yang berlangsung atas aktivitas tersebut.
Baca juga: Jejak Karbon Urban Farming 6 Kali Lipat Lebih Besar dari Pertanian Konvensional
Jejak sekunder mencakup emisi GRK yang dihasilkan dari aktivitas individu namun tidak sepenuhnya memiliki kontrol atasnya.
Contohnya adalah pemilihan makanan dan gaya hidup. Individu tidak memiliki kontrol seberapa jauh pengangkutan makanan tersebut dari petani ke penjual.
Manufaktur dan transportasi barang konsumsi merupakan kontributor tambahan terhadap jejak karbon sekunder.
Contoh lain adalah jejak karbon dari sebotol air yang mencakup pembuatan produksi hingga transportasi hingga produk tersebut sampai ke tangan konsumen.
Baca juga: Jejak Karbon dan Pola Makan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya