Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/07/2024, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyampaikan, setidaknya ada tiga inisiasi yang diperlukan untuk merealisasikan transportasi hijau di Indonesia.

Kepala Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan Kemenhub Pandu Yunianto menuturkan, ketiga inisiatif tersebut adalah aksi mitigasi pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), peningkatan fasilitas integrasi antarmoda dan angkutan pengumpan, dan penggunaan alternatif pada sarana transportasi.

Pandu menyampaikan, transportasi hijau sangat penting untuk menekan emisi dan polusi yang dihasilkan dari sektor transportasi.

Baca juga: Transportasi Publik Perlu Terintegrasi dan Humanis

"Transportasi hijau meliputi berbagai prinsip dan praktik yang bertujuan untuk mengurangi emisi GRK, meningkatkan kualitas udara, menghemat energi, dan meminimalkan dampak lingkungan yang terkait ransportasi," kata Pandu dalam webinar yang digelar Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (31/7/2024).

Dalam inisiasi pertama, Kemenhub mengeluarkan Keputusan Menteri (Kepmen) Perhubungan Nomor KM 8 Tahun 2023 sebagai regulasi aksi mitigasi pengurangan emisi GRK di sektor transportasi.

Kepmen tersebut mengatur efisiensi energi pada transportasi dan pemanfaatan energi terbarukan.

Moda transportasi yang diatur mencakup semua medan mulai dari perhubungan darat, pehubungan laut, hingga perhubungan udara.

Baca juga: Pengamat: Transportasi Umum Jakarta Setara Kota Besar Dunia

Sedangkan inisiasi kedua, Kemenhub mendorong adanya peningkatan fasilitas integrasi antarmoda dan angkutan pengumpan.

Menurut Pandu, integrasi antarmoda dan angkutan pengumpan di Indonesia sangat minim, termasuk di wilayah DKI Jakarta.

Dia mencontohkan di DKI Jakarta, penumpang yang turun dari kereta rel listrik (KRL) langsung disambut kendaraan pribadi, apakah itu mobil atau sepeda motor atau bahkan ojek online (ojol).

"Sementara angkutan feeder (pengumpan) belum dikembangkan. Ini menjadi masalah. Masyarakat agak enggan menggunakan angkutan umum," tutur Pandu.

Baca juga: Transportasi Cerdas Jadi Solusi di Perkotaan, Mulai dari Jakarta

Pandu menuturkan, angkutan pengumpan penting untuk mengoneksikan penumpang ke moda transportasi umum yang lain agar terintegrasi dan mudah.

Sementara itu dalam inisiasi ketiga, Kemenhub mendorong penggunaan bahan bakar alternatif pada sarana transportasi.

Pasalnya, sebagian besar sarana transportasi saat ini mengunakan bahan bakar fosil dan menjadi penyumbang polusi udara.

Menurut publikasi Institute for Essential Services Reform (IESR), emisi GRK dari sektor transportasi mencapai 26 persen atau terbesar kedua sebagai penyumbang polusi.

Bahan bakar alternatif yang dimaksud Pandu adalah bahan bakar gas atau beralih ke kendaraan listrik.

Baca juga: Forum ITS 2024 Teken Tiga Inisiatif Transportasi Berkelanjutan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank DBS Indonesia Luncurkan Kartu Kredit Daur Ulang, Diklaim Ramah Lingkungan

Bank DBS Indonesia Luncurkan Kartu Kredit Daur Ulang, Diklaim Ramah Lingkungan

Swasta
15 Juta Mobil Listrik Ditarget Mengaspal Tahun 2030

15 Juta Mobil Listrik Ditarget Mengaspal Tahun 2030

Pemerintah
Air Bersih dan Sanitasi Wilayah Pesisir Masih Perlu Perhatian

Air Bersih dan Sanitasi Wilayah Pesisir Masih Perlu Perhatian

LSM/Figur
Jadi Pemeran dalam Web Series tentang Lingkungan, Eks Vokalis Serieus Berpesan agar Lingkungan Lestari

Jadi Pemeran dalam Web Series tentang Lingkungan, Eks Vokalis Serieus Berpesan agar Lingkungan Lestari

Swasta
Lazada Indonesia Mulai Manfaatkan PLTS untuk Suplai Listrik di Gudang Utama

Lazada Indonesia Mulai Manfaatkan PLTS untuk Suplai Listrik di Gudang Utama

Swasta
Zimbabwe dan Namibia Buru Ratusan Gajah untuk Warganya yang Kelaparan

Zimbabwe dan Namibia Buru Ratusan Gajah untuk Warganya yang Kelaparan

Pemerintah
Jalankan Program Pelestarian Lingkungan, Djarum Foundation Libatkan 10.500 Mahasiswa

Jalankan Program Pelestarian Lingkungan, Djarum Foundation Libatkan 10.500 Mahasiswa

Swasta
Dunia Kekurangan Tenaga Kerja dengan Green Skill

Dunia Kekurangan Tenaga Kerja dengan Green Skill

Pemerintah
Miutiss Luncurkan Tisu Bambu Putih Pertama di Tanah Air, Ramah Lingkungan dan Aman untuk Kulit Sensitif

Miutiss Luncurkan Tisu Bambu Putih Pertama di Tanah Air, Ramah Lingkungan dan Aman untuk Kulit Sensitif

Swasta
Jaringan Listrik Lintas ASEAN Penting Penetrasi Energi Terbarukan

Jaringan Listrik Lintas ASEAN Penting Penetrasi Energi Terbarukan

LSM/Figur
Ajak Pemuda Jaga Lingkungan, Djarum Foundation Hadirkan Web Series 'Kami Memohon'

Ajak Pemuda Jaga Lingkungan, Djarum Foundation Hadirkan Web Series "Kami Memohon"

Swasta
Investasi Pembangkit Panas Bumi Naik 8 Kali Lipat dalam 10 Tahun

Investasi Pembangkit Panas Bumi Naik 8 Kali Lipat dalam 10 Tahun

Pemerintah
Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Pemerintah
Teknologi Elektrolit Diklaim Bisa Tingkatkan Penyimpanan Energi Terbarukan

Teknologi Elektrolit Diklaim Bisa Tingkatkan Penyimpanan Energi Terbarukan

Pemerintah
Daur Ulang Plastik Bikin Shiva Diganjar SDG Pioneers 2024 dari PBB

Daur Ulang Plastik Bikin Shiva Diganjar SDG Pioneers 2024 dari PBB

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau