Rencananya, 2000 liter per detik akan dialirkan ke IKN dan 500 liter per detik lainnya untuk Kota Balikpapan.
Namun, debit sebesar itu dirasa belum cukup untuk memenuhi kebutuhan air bagi kota sekelas IKN dengan jumlah penduduk awal mencapai 1,5 juta jiwa.
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) membagi lagi standar kebutuhan air minum tersebut berdasarkan lokasi wilayah.
Untuk kota metropolitan sekelas IKN kebutuhan air bersihnya sebesar 150 liter/per kapita/hari. Dengan demikian, kebutuhan air bersih untuk IKN dengan penduduk 1,5 juta jiwa membutuhkan air bersih minimal 225 juta liter/per kapita/hari.
Sementara bendungan Sepaku Semoi hanya mampu menyediakan air sebesar 172,8 juta liter/per kapita/hari. Itupun dalam kondisi bendungan mampu menampung air hujan secara penuh (maksimal) pada musim hujan.
Namun, bendungan itu belum tentu dapat menghasilkan debit sebesar 2000 liter/detik pada musim kemarau karena daya tampung akan menyusut drastis sepanjang tutupan hutannya (forest coverage) tidak/belum berfungsi dengan baik.
Sayangnya juga, kawasan IKN tidak termasuk bagian dari wilayah sungai DAS Mahakam yang mempunyai daerah tangkapan air (catchment area) seluas 85.236 KM persegi yang hulunya berada di Kabupaten Mahakam Ulu dan Kutai Barat (Kalimantan Timur) dan Kabupaten Malinau (Kalimantan Utara).
Sementara wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara yang masuk dalam DAS Mahakam hanya seluas 3.376 KM persegi saja.
Terdapat dua sub DAS kecil yang berada di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, yakni DAS Riko dengan luas 588 KM persegi dan DAS Tunan dengan luas 751 KM persegi .
Dua DAS tersebut tentu saja kurang dapat diharapkan sebagai pemasok air bersih untuk kawasan IKN karena daya tampung airnya sangat kecil dibandingkan DAS Mahakam.
Ketersediaan air bersih bagi kawasan IKN akan lebih banyak tergantung pada konsep kota hutan yang mempunyai tutupan hutan 70 persen dapat berfungsi secara sempurna, mampu menyerapkan air hujan kedalam tanah sebanyak-banyaknya (secara maksimal) sebagai cadangan air tanah untuk melengkapi sumber air dari bendungan Sepaku Semoi yang debit airnya dianggap tidak mencukupi untuk kebutuhan air bersih.
Membuat waduk-waduk dan embung-embung air merupakan upaya untuk tabungan air di saat menghadapi musim kemarau.
Secara geografi letak dan kedudukan kawasan IKN yang mempunyai ketinggian 60-80 meter di atas permukaan laut (dpl), membuat kawasan IKN aman dari banjir rob (air pasang dari lautan), tidak seperti yang terjadi di Jakarta.
Fenomena instrusi air laut yang dapat menembus sampai di bawah Monas di Jakarta tidak akan terjadi di IKN Nusantara. Karena pembangunan IKN Nusantara dimulai dari nol, maka pengaturan drainase air kota akan lebih mudah merancangnya.
Konsep kota spons yang memiliki sistem perairan sirkuler yang menggabungkan arsitektur, desain tata kota, infrastruktur dan prinsip keberlanjutan bukanlah suatu angan-angan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya