Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapasitas Listrik EBT Naik 500 GW Pada 2023, Didominasi PLTS

Kompas.com - 15/08/2024, 08:23 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Organisasi Institute for Essential Services Reform (IESR) mencatat kontribusi penambahan energi terbarukan pada 2023 mencapai hampir 500 gigawatt (GW) di seluruh dunia, yang sebagian besar ditopang oleh energi surya.

Analis Sistem Ketenagakerjaan dan Energi Terbarukan IESR Alvin Putra S, mengatakan kontributor energi surya terbesar di dunia saat ini berasal dari Tiongkok.

“Tentu saja pemasangan terbesar berasal dari Tiongkok, itu hampir sekitar 60-70 persen itu berasal dari sana,” ujar Alvin, Selasa (13/8/2024).

Baca juga:

Namun demikian, terdapat beberapa negara berkembang lainnya seperti India dan Brasil, yang memang sebenarnya sudah sejak dulu cukup agresif untuk berkontribusi dalam energi surya, sekaligus semakin mengukuhkan statusnya sebagai salah satu big solar power hub di dunia.

Jika melihat dari perkembangan energi-energi lainnya, ia menyebutkan bahwa energi surya memiliki potensi yang paling cepat dan paling besar untuk diimplementasikan di seluruh dunia, baik di negara berkembang maupun negara maju.

Sementara itu, di kawasan Asia Tenggara, Vietnam dan Thailand masih mendominasi pengembangan energi surya. “Vietnam itu total energi surya sampai 17 gigawatt,” imbuhnya.

Peningkatan 3 Negara di Asia Tenggara

Namun, tak hanya kedua negara, ia mencatat pada 2-3 tahun terakhir, Filipina juga cukup masif mengembangkan energi surya. Filipina memiliki penambahan kapasitas energi surya sebesar 600 MW.

Bahkan, ia menilai Filipina mengalami penambahan signifikan dibandingkan dengan Vietnam dan Thailand yang bisanya lebih maju dalam energi surya di kawasan Asia Tenggara.

Salah satu faktor pendorong tingginya peningkatan energi surya di Filipina adalah karena didukung dengan kebijakan ekonomi yang konsisten, serta pasar para investor swasta yang melihat negara ini cukup stabil.

Baca juga:

Posisi selanjutnya, disusul oleh Malaysia dengan penambahan kapasitas energi surya sebesar 450 MW. Kemudian, ada Singapura yang memiliki penambahan energi surya 442 MW.

Sementara itu, posisi Indonesia pada 2-3 tahun terakhir juga telah menunjukkan perbaikan atau progres yang signifikan.

Kendati demukian, perkembangan energi surya di Indonesia memang masih menghadapi beberapa kendala. Salah satunya yakni harga modul lokal yang lebih mahal dari modul impor.

Berdasarkan analisis IESR, meskipun kapasitas produksi modul surya Indonesia cukup meningkat, mencapai 2,3 GW/tahun per Juni 2024, namun secara ukuran, efisiensi, harga dan kategori panel tier-1, Indonesia masih tertinggal dari modul surya impor.

Modul surya dalam negeri bahkan belum ada yang mendapatkan sertifikasi tier-1, sehingga sulit mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan internasional.

“Harga PLTS lokal juga 30-45 persen lebih tinggi dibandingkan PLTS impor,” ujar Alvin.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Tim Pemuda Sabet Kompetisi Kebijakan Energi Bersih Pertama di Indonesia

3 Tim Pemuda Sabet Kompetisi Kebijakan Energi Bersih Pertama di Indonesia

LSM/Figur
Dunia Habiskan 2,6 Triliun Dollar AS Per Tahun untuk Subsidi Aktivitas yang Sebabkan Pemanasan Global

Dunia Habiskan 2,6 Triliun Dollar AS Per Tahun untuk Subsidi Aktivitas yang Sebabkan Pemanasan Global

Pemerintah
Kiprah BNI Masuk 1.000 Perusahaan Terbaik Dunia Majalah TIME

Kiprah BNI Masuk 1.000 Perusahaan Terbaik Dunia Majalah TIME

BUMN
Pesan Jaga Lingkungan untuk Para Anak Muda

Pesan Jaga Lingkungan untuk Para Anak Muda

LSM/Figur
Perdana, Pertamina Pasok Bahan Bakar Berkelanjutan untuk Pesawat Australia

Perdana, Pertamina Pasok Bahan Bakar Berkelanjutan untuk Pesawat Australia

BUMN
Ekspor Tambang Pasir Laut Berdampak Buruk pada Ekonomi Keluarga di Pesisir

Ekspor Tambang Pasir Laut Berdampak Buruk pada Ekonomi Keluarga di Pesisir

LSM/Figur
Komitmen MMSGI Menyulap Lahan Pascatambang Jadi Taman Kehidupan di Bumi Mahakam

Komitmen MMSGI Menyulap Lahan Pascatambang Jadi Taman Kehidupan di Bumi Mahakam

Swasta
PBB Indonesia Luncurkan Laporan Capaian SDGs, Ini Rangkumannya

PBB Indonesia Luncurkan Laporan Capaian SDGs, Ini Rangkumannya

Pemerintah
Indonesia-Selandia Baru Kerja Sama Program Eksplorasi Panas Bumi

Indonesia-Selandia Baru Kerja Sama Program Eksplorasi Panas Bumi

Pemerintah
Integrasikan Keberlanjutan ke Strategi Perusahaan, Rybale al Hage Raih SDG Pioneer 2024

Integrasikan Keberlanjutan ke Strategi Perusahaan, Rybale al Hage Raih SDG Pioneer 2024

Pemerintah
Pengakuan Semu Nelayan Kecil, Muncul di Aturan tapi Tak Terlindungi

Pengakuan Semu Nelayan Kecil, Muncul di Aturan tapi Tak Terlindungi

LSM/Figur
Bank Dunia Ingatkan Indonesia Berpotensi Hadapi Masalah Ketahanan Pangan

Bank Dunia Ingatkan Indonesia Berpotensi Hadapi Masalah Ketahanan Pangan

Pemerintah
Djarum Foundation Bersama Mahasiswa Tanam 5.000 Mangrove di Tahura Ngurah Rai

Djarum Foundation Bersama Mahasiswa Tanam 5.000 Mangrove di Tahura Ngurah Rai

Pemerintah
Polandia Lirik Investasi di Jabar, Energi hingga Pertanian

Polandia Lirik Investasi di Jabar, Energi hingga Pertanian

Pemerintah
Fabiana Schaeffer, Gabungkan Keberlanjutan dalam Acara Skala Besar

Fabiana Schaeffer, Gabungkan Keberlanjutan dalam Acara Skala Besar

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau