Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara Bikin Bingung Serangga Penyerbuk Temukan Bunga

Kompas.com - 15/08/2024, 20:26 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Polusi udara diketahui dapat memberi dampak buruk bagi ekosistem. Sebuah penelitian kembali mengungkap bagaimana polusi udara tersebut memengaruhi lingkungan.

Dalam studi yang dipublikasikan di Science, peneliti menyebut polusi udara dapat mengurangi aroma khas beberapa bunga yang mekar di malam hari sehingga memengaruhi penyerbukan.

Akibatnya, mengutip Science News, Kamis (15/8/2024) penyerbuk nokturnal seperti ngengat bakal mengalami kesulitan untuk mendeteksi aroma yang menuntunnya ke bunga.

Baca juga: 60 Persen Penyakit pada Seseorang Disebabkan Polusi Udara

Temuan ini menyoroti bagaimana polusi udara tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia tapi benar-benar berdampak lebih luas, memengaruhi ekosistem dan ketahanan pangan.

Kesulitan mendeteksi aroma bunga

Meningkatnya industrialisasi telah memompa ozon, nitrogen oksida dan polutan lainnya ke udara.

Baca juga: Waspada, Polusi Udara Berisiko Tinggi Sebabkan Stunting

Pada siang hari, sinar matahari biasanya memecah ozon. Namun pada malam hari, polutan tersebut terakumulasi dan bereaksi dengan nitrogen dioksida untuk menghasilkan radikal nitrat.

Penelitian menunjukkan bahwa molekul reaktif ini dapat memengaruhi aroma tanaman tetapi detailnya tidak jelas.

Nah, untuk mengetahui lebih jelas, dalam studi ini peneliti mengumpulkan molekul aroma dari bunga evening primrose pucat (Oenothera pallida) dan melepaskan aroma tersebut ke terowongan angin yang berisi ngengat elang.

Para ilmuwan dapat melihat ngengat tersebut dengan mudah terbang melawan arah angin dan melacak baunya.

Namun, ceritanya berbeda ketika para peneliti menambahkan seperti ozon dan nitrogen dioksida ke dalam campuran aroma itu. Ngengat elang terbang dalam pola zig-zag, sering kali mencari petunjuk aroma tanpa hasil.

Menguji di alam

Lalu untuk menguji temuan di alam, ahli ekologi Jeremy Chan, menanam ladang bunga primrose asli dan palsu sekitar 280 kilometer di sebelah timur Seattle.

Baca juga: Polusi Udara Pembunuh Nomor 2 di Dunia

Beberapa bunga palsu mengeluarkan aroma bunga primrose buatan laboratorium sementara yang lain mengeluarkan aroma serta bahan kimia yang bereaksi di udara untuk menghasilkan radikal nitrat.

Hasilnya, ngengat akan mengunjungi bunga asli da palsu yang mengeluarkan aroma bunga primrose murni dua hingga tiga kali dalam semalam.

Sementara bunga palsu dengan aroma yang tercemar polutan, jumlah rata-rata kunjungan pada malam hari kurang dari sekali.

Ilmuwan lebih lanjut perlu mempelajari bagaimana perilaku serangga itu dapat memengaruhi mereka dalam mencari makan.

Pasalnya, jika serangga menjadi makin bingung di tempat-tempat yang polusi udaranya makin parah hal tersebut akan memengaruhi penyerbukan, produksi tanaman, dan kesehatan spesies tanaman asli.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

15 Juta Mobil Listrik Ditarget Mengaspal Tahun 2030

15 Juta Mobil Listrik Ditarget Mengaspal Tahun 2030

Pemerintah
Air Bersih dan Sanitasi Wilayah Pesisir Masih Perlu Perhatian

Air Bersih dan Sanitasi Wilayah Pesisir Masih Perlu Perhatian

LSM/Figur
Jadi Pemeran dalam Web Series tentang Lingkungan, Eks Vokalis Serieus Berpesan agar Lingkungan Lestari

Jadi Pemeran dalam Web Series tentang Lingkungan, Eks Vokalis Serieus Berpesan agar Lingkungan Lestari

Swasta
Lazada Indonesia Mulai Manfaatkan PLTS untuk Suplai Listrik di Gudang Utama

Lazada Indonesia Mulai Manfaatkan PLTS untuk Suplai Listrik di Gudang Utama

Swasta
Zimbabwe dan Namibia Buru Ratusan Gajah untuk Warganya yang Kelaparan

Zimbabwe dan Namibia Buru Ratusan Gajah untuk Warganya yang Kelaparan

Pemerintah
Jalankan Program Pelestarian Lingkungan, Djarum Foundation Libatkan 10.500 Mahasiswa

Jalankan Program Pelestarian Lingkungan, Djarum Foundation Libatkan 10.500 Mahasiswa

Swasta
Dunia Kekurangan Tenaga Kerja dengan Green Skill

Dunia Kekurangan Tenaga Kerja dengan Green Skill

Pemerintah
Miutiss Luncurkan Tisu Bambu Putih Pertama di Tanah Air, Ramah Lingkungan dan Aman untuk Kulit Sensitif

Miutiss Luncurkan Tisu Bambu Putih Pertama di Tanah Air, Ramah Lingkungan dan Aman untuk Kulit Sensitif

Swasta
Jaringan Listrik Lintas ASEAN Penting Penetrasi Energi Terbarukan

Jaringan Listrik Lintas ASEAN Penting Penetrasi Energi Terbarukan

LSM/Figur
Ajak Pemuda Jaga Lingkungan, Djarum Foundation Hadirkan Web Series 'Kami Memohon'

Ajak Pemuda Jaga Lingkungan, Djarum Foundation Hadirkan Web Series "Kami Memohon"

Swasta
Investasi Pembangkit Panas Bumi Naik 8 Kali Lipat dalam 10 Tahun

Investasi Pembangkit Panas Bumi Naik 8 Kali Lipat dalam 10 Tahun

Pemerintah
Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Pemerintah
Teknologi Elektrolit Diklaim Bisa Tingkatkan Penyimpanan Energi Terbarukan

Teknologi Elektrolit Diklaim Bisa Tingkatkan Penyimpanan Energi Terbarukan

Pemerintah
Daur Ulang Plastik Bikin Shiva Diganjar SDG Pioneers 2024 dari PBB

Daur Ulang Plastik Bikin Shiva Diganjar SDG Pioneers 2024 dari PBB

Swasta
Secercah Harapan dari KLHK di Tengah Gempuran Kriminalisasi Pejuang Lingkungan Hidup

Secercah Harapan dari KLHK di Tengah Gempuran Kriminalisasi Pejuang Lingkungan Hidup

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau