Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

466 Juta Anak Terancam Panas Ekstrem karena Perubahan Iklim

Kompas.com - 20/08/2024, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Menurut analisis terbaru yang dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 466 juta anak di seluruh dunia terancam panas ekstrem akibat perubahan iklim.

Analisis tersebut dilakukan dan dipublikasikan oleh badan PBB yang fokus terhadap anak, UNICEF.

UNICEF membandingkan data temperatur dari tahun 1960-an dengan suhu rata-rata dari tahun 2020-2024. 

Baca juga: Pemanasan Global: Venezuela Kehilangan Gletser Terakhirnya

Dalam prosesnya, mereka menemukan adanya peningkatan jumlah hari yang sangat panas dengan suhu di atas 35 derajat celsius.

Peningkatan jumlah hari yang panas ini menimbulkan ancaman serius bagi banyak orang, khususnya anak-anak dan kelompok rentan yang tinggal di daerah yang tidak memiliki infrastruktur atau fasilitas untuk mengatasi suhu panas ekstrem.

Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell mengatakan, suhu panas ekstrem kini semakin sering terjadi.

"Lonjakan suhu panas ekstrem ini mengganggu kesehatan, kesejahteraan, dan kehidupan sehari-hari anak-anak," kata Russell sebagaimana dilansir Euronews, Jumat (16/8/2024).

Baca juga: Ahli Beberkan Tip Kurangi Konsumsi Makanan dan Minuman Manis pada Anak

Analisis UNICEF menunjukkan di 16 negara, anak-anak kini mengalami lebih dari sebulan hari-hari yang sangat panas setiap tahun dibandingkan dengan 60 tahun yang lalu. 

Di Sudan Selatan, jumlah rata-rata hari yang sangat panas meningkat dari 110 hari pada 1960-an menjadi 165 hari saat ini. 

Di Paraguay, jumlah hari terpanas meningkat hampir dua kali lipat dari 36 menjadi 71. 

Anak-anak yang tinggal di Afrika Barat dan Tengah menghadapi paparan tertinggi terhadap hari-hari yang sangat panas ini dan jumlahnya terus meningkat. 

Baca juga: Kota Lokasi Penyelenggaraan Olimpiade di Tahun 2050 akan Terlalu Panas

Di wilayah-wilayah yang disebutkan itu saja, analisis menunjukkan bahwa sekitar 123 juta anak menderita suhu ekstrem selama lebih dari sepertiga tahun. 

Sejumlah negara seperti Senegal, Niger, Mali, dan Sudan menjadi wilayah yang sangat terpengaruh oleh suhu ekstrem.

Di sana, anak-anak terpaksa menanggung rata-rata sedikitnya 195 hari yang sangat panas setiap tahun. 

Sebanyak 48 juta anak lainnya yang tinggal di Amerika Latin dan Karibia saat ini tinggal di daerah-daerah di mana jumlah hari yang sangat panas meningkat berlipat ganda.

Baca juga: Suhu Panas Sebabkan 47.000 Kematian di Eropa Tahun 2023

Dampak panas ekstrem

Paparan terhadap suhu ekstrem menimbulkan risiko kesehatan yang unik, khususnya bagi anak-anak dan ibu hamil.

Tanpa intervensi pendinginan yang tepat, tekanan panas dapat menyebabkan komplikasi yang parah, mulai dari kekurangan gizi hingga meningkatnya kerentanan terhadap penyakit seperti malaria dan demam berdarah.

Paparan suhu yang sangat tinggi dalam jangka panjang juga dapat berdampak pada perkembangan saraf, kesehatan mental, dan kesejahteraan anak secara keseluruhan.

Dampak bahaya terkait iklim pada anak-anak semakin diperparah oleh berbagai faktor seperti kerusakan infrastruktur, ketidakamanan pangan dan air, serta pengungsian.

Baca juga: Sekjen PBB: Dunia Semakin Panas dan Berbahaya bagi Semua

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

15 Juta Mobil Listrik Ditarget Mengaspal Tahun 2030

15 Juta Mobil Listrik Ditarget Mengaspal Tahun 2030

Pemerintah
Air Bersih dan Sanitasi Wilayah Pesisir Masih Perlu Perhatian

Air Bersih dan Sanitasi Wilayah Pesisir Masih Perlu Perhatian

LSM/Figur
Jadi Pemeran dalam Web Series tentang Lingkungan, Eks Vokalis Serieus Berpesan agar Lingkungan Lestari

Jadi Pemeran dalam Web Series tentang Lingkungan, Eks Vokalis Serieus Berpesan agar Lingkungan Lestari

Swasta
Lazada Indonesia Mulai Manfaatkan PLTS untuk Suplai Listrik di Gudang Utama

Lazada Indonesia Mulai Manfaatkan PLTS untuk Suplai Listrik di Gudang Utama

Swasta
Zimbabwe dan Namibia Buru Ratusan Gajah untuk Warganya yang Kelaparan

Zimbabwe dan Namibia Buru Ratusan Gajah untuk Warganya yang Kelaparan

Pemerintah
Jalankan Program Pelestarian Lingkungan, Djarum Foundation Libatkan 10.500 Mahasiswa

Jalankan Program Pelestarian Lingkungan, Djarum Foundation Libatkan 10.500 Mahasiswa

Swasta
Dunia Kekurangan Tenaga Kerja dengan Green Skill

Dunia Kekurangan Tenaga Kerja dengan Green Skill

Pemerintah
Miutiss Luncurkan Tisu Bambu Putih Pertama di Tanah Air, Ramah Lingkungan dan Aman untuk Kulit Sensitif

Miutiss Luncurkan Tisu Bambu Putih Pertama di Tanah Air, Ramah Lingkungan dan Aman untuk Kulit Sensitif

Swasta
Jaringan Listrik Lintas ASEAN Penting Penetrasi Energi Terbarukan

Jaringan Listrik Lintas ASEAN Penting Penetrasi Energi Terbarukan

LSM/Figur
Ajak Pemuda Jaga Lingkungan, Djarum Foundation Hadirkan Web Series 'Kami Memohon'

Ajak Pemuda Jaga Lingkungan, Djarum Foundation Hadirkan Web Series "Kami Memohon"

Swasta
Investasi Pembangkit Panas Bumi Naik 8 Kali Lipat dalam 10 Tahun

Investasi Pembangkit Panas Bumi Naik 8 Kali Lipat dalam 10 Tahun

Pemerintah
Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Karena Pemanasan Global, Spanyol Bisa Berubah Jadi Iklim Gurun

Pemerintah
Teknologi Elektrolit Diklaim Bisa Tingkatkan Penyimpanan Energi Terbarukan

Teknologi Elektrolit Diklaim Bisa Tingkatkan Penyimpanan Energi Terbarukan

Pemerintah
Daur Ulang Plastik Bikin Shiva Diganjar SDG Pioneers 2024 dari PBB

Daur Ulang Plastik Bikin Shiva Diganjar SDG Pioneers 2024 dari PBB

Swasta
Secercah Harapan dari KLHK di Tengah Gempuran Kriminalisasi Pejuang Lingkungan Hidup

Secercah Harapan dari KLHK di Tengah Gempuran Kriminalisasi Pejuang Lingkungan Hidup

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau