KOMPAS.com - Guru besar bidang gizi masyarakat dan sumberdaya keluarga dari Fakultas Pertanian IPB University Profesor Ali Khomsan membagikan cara mengurangi makanan dan minuman manis pada anak.
Ali menuturkan, cara untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis pada anak semestinya dilakukan secara bertahap.
"Pengurangan konsumsi gula tentu dilakukan secara bertahap," kata Ali, sebagaimana dilansir Antara, Senin (19/8/2024).
Baca juga: Kopi Kenangan Turut Tingkatkan Pendidikan dan Pemberdayaan Petani Gula Aren di Garut
Dia mengemukakan, anak yang terbiasa mengonsumsi makanan dan minuman manis bisa tantrum jika asupan gula mereka langsung dikurangi secara drastis.
Ali menyampaikan, asupan gula dapat memengaruhi tingkat energi dan suasana hati anak.
Sehingga penurunan asupan gula secara mendadak dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman, membuat anak gelisah, dan mudah marah.
Oleh karena itu, pengurangan gula sebaiknya dilakukan secara bertahap agar anak lebih mudah beradaptasi dan tidak mengalami stres berlebihan.
Baca juga: Jaga Pola Hidup Sehat, Ini Batas Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak Harian
Ali menyarankan orangtua mengurangi takaran gula pada minuman anak sedikit demi sedikit serta memilih produk yang rendah gula saat membeli minuman dalam kemasan.
"Kalau orang tua yang membuat minuman manis itu, maka bisa mengurangi gula dalam minuman anak. Tapi, untuk minuman kemasan, coba pilih yang less sugar," ucap Ali.
Dia juga menyampaikan, kebiasaan orangtua, utamanya ibu, dalam mengonsumsi makanan dan minuman manis bisa memengaruhi pola konsumsi gula anak.
Oleh karena itu, para orangtua juga sebaiknya mengedukasi diri dan meningkatkan pengetahuan tentang gizi agar bisa menjadi contoh baik dalam menerapkan pola makan sehat di rumah.
Baca juga: Selain Padi dan Jagung, Krisis Iklim Kini Mengancam Gula
"Edukasi gizi di tingkat rumah tangga perlu. Dan ibu menjadi panutan utama anak, sehingga seorang ibu dianjurkan melek gizi," ucap Ali.
Dia menyampaikan bahwa konsumsi gula anak usia sekolah normalnya 25 gram per hari.
"Ini bisa dilihat berapa gram belanja gula per bulan di rumah tangga, dibagi jumlah anggota rumah tangga. Kalau makanan kemasan bisa dilihat di label gizi," katanya.
Konsumsi gula pada anak perlu menjadi perhatian serius. Sebab bila melampaui batas, penyakit diabetes mengintai
Anak usia 12 hingga 18 tahun yang mengalami diabetes tipe 1 cenderung meningkat. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut kenaikannya mencapai 70 persen dari tahun 2010 hingga 2023.
Baca juga: Stok Beras dan Gula di Bangka Mencukupi Libur Natal dan Tahun Baru
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya