Dulu, segala sesuatu dikelola secara tradisional khas Indonesia. Kerukunan dan kebersamaan dibangun melalui kerja bakti, makan bersama atau botram dan kegiatan sosial lainnya.
Bahkan ibu-ibu Desa Batulayang mendirikan kelompok yang diberi nama "Greenpink" (Gerakan Emak-emak Peduli Lingkungan).
Usaha tersebut tidak sia-sia. Pada 2017, Batulayang mendapatkan penghargaan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat dengan kategori kelompok konservasi karena kepedulian mereka terhadap lingkungan.
Masyarakat semakin sadar untuk menanam tumbuhan di sekitar desa wisata serta menjaga lingkungannya. Masyarakat sangat sadar bahwa jika alam dijaga, maka alam akan menjaganya.
Tahun 2018 menjadi titik balik bagi Desa Wisata Batulayang. Pendampingan dari Podomoro University, Jakarta, berhasil membawa desa ini ke level lebih tinggi.
Homestay distandardisasi, infrastruktur jalan diperbaiki, dan sekretariat dibangun. Desa Wisata Batulayang pun menginspirasi daerah sekitarnya dengan munculnya banyak penginapan, vila, dan homestay lainnya.
Penghargaan Desa Wisata Inovatif dari DLH Provinsi Jawa Barat, dan Juara Harapan 1 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk kategori "Community Based Tourism" (Komunitas Berbasis Pariwisata) menjadi bukti keseriusan usaha mereka.
Tahun 2019, Desa Wisata Batulayang kembali meraih penghargaan dari DLH Provinsi Jawa Barat dalam kategori "Ecovillage Berkelanjutan".
Bersama Podomoro University, mereka mendapatkan penghargaan pendampingan desa wisata dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta menjadi desa wisata yang berkelanjutan.
Namun ketika Covid-19 melanda Indonesia, desa ini tidak luput dari dampaknya. Beberapa aset desa dijual demi bertahan hidup.
Namun semangat warga tidak pernah padam. Mereka justru semakin gigih dan giat membangun desa dengan swadaya masyarakat, termasuk Pondok Wisata Cai Mandala yang berkembang dari satu pondokan menjadi tujuh pondokan dengan tarif sewa per malam antara Rp 900.000 hingga Rp 1.600.000.
Dengan keyakinan bahwa pandemi akan segera berlalu, fasilitas desa terus dibangun. Selain Cai Mandala, ada Pangojayan, kolam renang alami dari air gunung yang dulunya adalah tempat pembuangan sampah, tempat glamping, perkebunan agrowisata, dan lain-lain.
Tahun 2021, Batulayang masuk dalam 100 besar desa wisata di seluruh Indonesia pada Program Anugerah Desa Wisata Indonesia dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan pada 2022 mereka meraih juara kedua desa wisata di Kabupaten Bogor.
Puncaknya tahun 2023 lalu, Desa Wisata Batulayang masuk 8 besar UNWTO (United Nations World Tourism Organization) mewakili Indonesia.
Semua pencapaian ini tidak lepas dari jiwa wirausaha yang dimiliki masyarakat Desa Wisata Batulayang, mulai dari kecil hingga besar. Perbaikan lingkungan menjadi langkah awal sebelum "dijual" ke masyarakat luas.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya