Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permafrost Arktik yang Mencair Bisa Lepaskan "Bom" Merkuri

Kompas.com - 01/09/2024, 09:23 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Ilmuwan menganalisis merkuri dalam sedimen yang dikumpulkan dari tepi sungai dan gundukan pasir yang memungkinkan mereka untuk memanfaatkan lapisan tanah yang lebih dalam.

Metode ini menawarkan gambaran yang lebih akurat tentang seberapa banyak merkuri yang dilepaskan dan seberapa banyak lagi yang dapat lolos saat lapisan tanah beku Arktik terus mencair.

Peneliti juga menggunakan data pengindraan jarak jauh dari satelit untuk melacak bagaimana jalur Yukon berubah seiring waktu.

Pergeseran ini penting karena memengaruhi seberapa banyak sedimen bermuatan merkuri yang terkikis dari tepi sungai sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas tentang potensi ancaman.

Baca juga: Suhu Daratan Antarktika Naik 10 Derajat Celsius pada Juli

“Dengan menganalisis sedimen ini, kita dapat memperoleh perkiraan yang lebih baik tentang total merkuri yang dapat dilepaskan dalam beberapa dekade mendatang.” kata Isabel Smith, penulis utama studi dari USC Dornsife.

Jumlah merkuri yang terkunci di lapisan es Arktik sangat mengejutkan, yang menurut peneliti dapat mengerdilkan jumlah yang ditemukan di lautan, tanah, atmosfer, dan biosfer secara bersamaan.

Merkuri tidak terakumulasi secara kebetulan. Sirkulasi atmosfer alami planet ini cenderung memindahkan polutan ke garis lintang tinggi yang mengakibatkan penumpukan merkuri di Arktik.

Karena perilaku kimianya yang unik, banyak polusi merkuri berakhir di sini, tempat merkuri terperangkap di lapisan es selama ribuan tahun.

Dampak Merkuri

Hal ini menimbulkan risiko yang signifikan bagi lima juta orang yang tinggal di zona Arktik. Pasalnya, saat merkuri di lepaskan ke lingkungan, logam ini memasuki rantai makanan dan bisa terakumulasi pada ikan dan hewan buruan, makanan pokok masyarakat Arktik tradisional.

Potensi bahaya tersebut cukup signifikan. Dalam beberapa dekade mendatang, seiring dengan semakin banyaknya lapisan tanah beku yang mencair dan semakin banyak merkuri yang dilepaskan, dampak kumulatifnya bisa sangat parah.

Baca juga: Suhu Panas Sebabkan 47.000 Kematian di Eropa Tahun 2023

Ini juga bukan hanya masalah bagi Arktik. Merkuri dapat bergerak melalui atmosfer dan rantai makanan, yang pada akhirnya mencapai ekosistem dan populasi manusia yang jauh dari Arktik.

Peneliti pun menyebut memahami ancaman merkuri merupakan langkah awal yang penting. Dengan mengembangkan metode yang lebih akurat untuk mengukur merkuri di lingkungan, mereka bisa menawarkan alat yang berharga untuk penelitian dan pembuatan kebijakan di masa mendatang.

Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Para ilmuwan perlu terus memantau situasi, terutama karena krisis iklim mempercepat pencairan lapisan tanah beku Arktik.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

LSM/Figur
Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

BUMN
Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Pemerintah
Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Pemerintah
Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Swasta
Google Beli 100.000 Sertifikat Karbon dari Proyek 'Biochar' di India

Google Beli 100.000 Sertifikat Karbon dari Proyek "Biochar" di India

Swasta
Bencana Hidrometeorologi Ekstrem Risiko Terbesar 10 Tahun ke Depan

Bencana Hidrometeorologi Ekstrem Risiko Terbesar 10 Tahun ke Depan

LSM/Figur
Mencairnya Es Antarktika Bisa 'Bangunkan' 100 Gunung Berapi Bawah Laut

Mencairnya Es Antarktika Bisa "Bangunkan" 100 Gunung Berapi Bawah Laut

LSM/Figur
Grab-BYD Kerjasama Sediakan 50.000 GrabCar Listrik di Asia Tenggara

Grab-BYD Kerjasama Sediakan 50.000 GrabCar Listrik di Asia Tenggara

Swasta
Menteri Lingkungan Hidup: Limbah Makan Bergizi Gratis Akan Jadi Kompos

Menteri Lingkungan Hidup: Limbah Makan Bergizi Gratis Akan Jadi Kompos

Pemerintah
Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Anjlok 50 Persen akibat Perubahan Iklim

Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Anjlok 50 Persen akibat Perubahan Iklim

LSM/Figur
Perdagangan Karbon Internasional di RI Sempat Terkendala Peraturan Ini

Perdagangan Karbon Internasional di RI Sempat Terkendala Peraturan Ini

Pemerintah
Perdagangan Karbon, Upaya Pemerintah Ubah 'Aset Hijau' Jadi Pendorong Ekonomi Berkelanjutan

Perdagangan Karbon, Upaya Pemerintah Ubah "Aset Hijau" Jadi Pendorong Ekonomi Berkelanjutan

Pemerintah
Tanam Mangrove Ditarget 1.500 Hektare Lahan Setahun ke Depan

Tanam Mangrove Ditarget 1.500 Hektare Lahan Setahun ke Depan

Pemerintah
2,48 Juta Karbon dari Indonesia Dijual ke Luar Negeri Mulai 20 Januari

2,48 Juta Karbon dari Indonesia Dijual ke Luar Negeri Mulai 20 Januari

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau