KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pemerintah saat ini tengah menyusun peta jalan pemensiunan dini PLTU, berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
Sebanyak 13 PLTU direncanakan akan dipensiunkan dini secara bertahap. Rencana ini mempertimbangkan keekonomian, dan agar tidak menimbulkan gejolak kekurangan pasokan maupun kenaikan harga listrik.
"Sedangkan untuk PLTU yang beroperasi akan diterapkan teknologi Clean Coal Technology (CCT), antara lain dengan mengimplementasikan teknologi supercritical dan ultra-supercritical," ujar Bahlil, dikutip dari keterangan resmi, Selasa (10/9/2024).
Baca juga: Co-firing PLTU Upaya Tingkatkan Bauran EBT dengan Investasi Minim
Sebagai informasi, saat ini, hampir 60 persen atau sekitar 91 GW pembangkit listrik Indonesia masih berasal dari batubara.
Oleh karena itu, pemerintah menyadari bahwa pengurangan penggunaan batu bara sebagai sumber energi utama di Indonesia perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian.
Ia menegaskan, posisi pemerintah Indonesia dalam pemanfaatan batubara sebagai sumber energi, harus tetap sejalan dengan komitmen kebijakan Net Zero Emission (NZE).
Dengan demikian, terkait pemanfaatan batubara dalam pembangkit listrik, langkah yang akan diambil adalah pengurangan secara bertahap dan penerapan Clean Coal Technology (CCT) pada pembangkit yang masih beroperasi.
"Seiring dengan upaya Indonesia menuju net zero, kami berkomitmen untuk memastikan keamanan pasokan energi dalam negeri tetap terjaga. Batubara akan tetap memiliki perannya sesuai dengan bauran energi kita. Namun menuju net zero akan didukung oleh kebijakan, investasi, dan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ramah lingkungan," tuturnya.
Baca juga: Luhut Ungkap Rencana Pensiunkan PLTU Suralaya, ESDM: Tunggu EBT Dulu
Lebih lanjut, kata dia, terdapat tujuh tujuh PLTU batubara yang telah beroperasi menggunakan teknologi supercritical dan ultra supercritical dengan total kapasitas 5.455 MW.
Seperti PLTU Cirebon (660 MW), PLTU Paiton 3 (815 MW), PLTU Cilacap 3 (660 MW), PLTU Adipala (660 MW), PLTU Banten/LBE 1 (660MW), PLTU Jawa 7 Unit 1 (1.000 MW), dan PLTU Jawa 8 (1.000 MW).
Pemerintah juga berencana mengembangkan PLTU batubara dengan menggunakan teknologi boiler ultra-supercritical, pada sembilan lokasi di Pulau Jawa dengan total kapasitas sebesar 10.130 MW sampai dengan tahun 2028 atau sebesar 37,43 persen dari total perencanaan PLTU batubara.
Selain mendorong PLTU menggunakan teknologi ramah lingkungan seperti CCT, Kementerian ESDM juga mendorong pelaksanaan co-firing (pencampuran bahan bakar) PLTU batubara dengan biomassa.
Baca juga: Waspadai Risiko Greenwashing dari PLTU Batu Bara Captive
Apalagi, menurut Bahlil, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan sumber energi tersebut, lantaran memiliki perkebunan sawit yang dapat diolah menjadi biomassa.
"Strategi ini terbukti dapat mengurangi emisi yang dihasilkan oleh PLTU," pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya