KOMPAS.com - Laporan dari Linkedln mengungkap bahwa dunia kekurangan tenaga kerja yang memiliki keterampilan ramah lingkungan (green skill).
Data tersebut menyebut meski permintaan tenaga kerja dengan green skill meningkat, rupanya hanya satu dari delapan pekerja yang memiliki setidaknya satu ketrampilan ramah lingkungan yang diperlukan untuk mewujudkan ambisi keberlanjutan.
Mengutip Green Economy, Rabu (18/9/2024) data Linkedln ini menganalisis basis keanggotaan mereka yang berjumlah 930 juta pengguna di 48 negara untuk mengungkap kesenjangan di pasar green skill.
Baca juga: Survei: Satu dari Lima Pekerja Tertarik Pelajari Green Skill
Antara tahun 2022 hingga 2023, tenaga kerja dengan green skill sebanyak 12,3 persen, sementara lowongan pekerjaan yang membutuhkan setidaknya ketrampilan ramah lingkungan selama periode yang sama ini lebih tinggi yakni 22,4 persen.
Jika diperpanjang selama periode lima tahun, katakan antara tahun 2018 hingga 2023, talenta dengan green skill tumbuh 5,4 persen sedangkan pekerjaan yang membutuhkan setidaknya satu keterampilan hijau tumbuh sebesar 9,4 persen.
Laporan ini menyoroti tiga sektor utama yang akan menjadi poros pengurangan karbon dan pencapaian nol emisi. Sektor yang dimaksud adalah energi, transportasi, dan keuangan.
Sektor energi terbarukan merupakan sektor pertumbuhan utama. Antara tahun 2015 dan 2023, lapangan kerja di sektor energi terbarukan tumbuh di semua 48 negara.
Dan setiap 100 pekerja yang meninggalkan industri energi terbarukan, akan ada 120 pekerja masuk yang menggantikannya.
Sementara itu di sektor transportasi, ledakan kendaraan listrik meningkatkan pertumbuhan lapangan kerja di sektor tersebut.
Baca juga: Gibran: Pengembangan Hilirisasi Bisa Buka 5 Juta Lapangan Kerja Green Job
Pekerja otomotif dengan keterampilan kendaraan listrik tertentu meningkat rata-rata 61 persen selama periode lima tahun.
Hingga Maret 2023, Swedia memiliki jumlah pekerja tertinggi dengan keterampilan kendaraan listrik, yaitu 8,1 persen, diikuti oleh Inggris dengan 7,3 persen, dan Jerman dengan 6,1 persen.
Industri keuangan memiliki jumlah pekerja dengan green skill yang lebih rendah daripada rata-rata.
Sementara konsentrasi talenta green skill rata-rata berada di angka 12,3 persen di semua industri, namun sektor keuangan hanya memiliki konsentrasi sebesar 6,8 persen, yang setara dengan hanya satu dari setiap 15 pekerja yang memiliki keterampilan ramah lingkungan.
Hal ini menempatkan keuangan di posisi paling bontot dalam hal ketersediaan tenaga kerja dengan green skill.
Lebih lanjut, rata-rata tingkat perekrutan LinkedIn untuk pekerja dengan setidaknya satu keterampilan ramah lingkungan adalah 29 persen lebih tinggi daripada rata-rata tenaga kerja.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya