Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Kompas.com - 10/10/2024, 20:41 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber esgdive

KOMPAS.com - Kemasan produk telah mengalami perubahan besar dalam beberapa dekade, salah satunya didorong oleh upaya dan undang-undang keberlanjutan.

Namun, perubahan itu tidak mudah dan sering kali memicu kebingungan bagi konsumen.

Hal ini disebabkan karena informasi berlimpah dan berbeda dari perusahaan pada kemasan produk yang mengirimkan pesan membingungkan.

Baca juga: Subsidi Hijau Miliki Biaya Tersembunyi yang ncam Keberhasilan Keberlanjutan

Sebagian dari masalahnya adalah kurangnya definisi tunggal untuk berkelanjutan baik itu dari perspektif merek maupun konsumen.

Para ahli pun menyebut sudah saatnya bagi industri untuk menjelaskan hal-hal terkait kemasan yang berkelanjutan itu.

Kebingungan Konsumen

Mengutip ESG Dive, Kamis (10/10/2024) Kasra Eskandari, associate director penjualan untuk kemasan di Nielsen IQ mengatakan perusahaan mencantumkan banyak sekali pesan berorientasi keberlanjutan yang berbeda pada kemasannya.

"Beberapa kategori memiliki jumlah klaim yang sangat banyak pada kemasannya dan terus bertambah," katanya.

Baca juga: Kemiskinan Naik di Daerah Tambang, Pertumbuhan Ekonomi Hanya di Atas Kertas

Itu sebenarnya sangat membingungkan bagi konsumen. Apa sebenarnya arti semua hal ini?

Kemasan bukanlah salah satu dampak terbesar terhadap jejak karbon perusahaan untuk sebagian besar produk, dibandingkan dengan rantai nilai lainnya.

Namun bukan itu kesan yang didapat konsumen. Apa yang dipahami konsumen adalah kemasan merupakan salah satu penyumbang besar jejak karbon perusahaan.

Ini yang akhirnya konsumen mulai makin fokus pada kemasan.

Misalnya saja soal istilah daur ulang pada kemasan. Menurut NielsenIQ, itu merupakan area yang membingungkan karena orang-orang memiliki persepsi berbeda tentang apa arti daur ulang atau dapat didaur ulang.

Selain itu juga kepercayaan konsumen terhadap daur ulang makin memudar.

Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap konsumen Amerika Serikat, sebanyak 32 persen responden tidak lagi percaya bahwa barang yang mereka masukkan ke tempat sampah daur ulang akan didaur ulang. Angka itu naik 14 persen dari empat tahun sebelumnya.

Baca juga: CFO Punya Peran Penting dalam Pelaporan Keberlanjutan di Asia Pasifik

Hidup Berkelanjutan

Data NielsenIQ menyebut ada keinginan dari konsumen untuk hidup dengan cara yang lebih berkelanjutan. Dan sebanyak 69 persen mengatakan keberlanjutan menjadi lebih penting bagi mereka dalam dua tahun terakhir.

Namun informasi yang membingungkan atau tidak tersedia pada produk dapat menghambat tindakan mereka dalam pembelian produk dengan kemasan yang berkelanjutan.

Retail pun perlu membantu masyarakat dalam memilah semua klaim dengan cara yang jujur.

"Konsumen membutuhkan produsen untuk mendidik mereka tentang dampak produk mereka. Bahasa yang distandarisasi pada kemasan akan membantu," kata Eskandari.

Itu mungkin saja bisa terjadi seiring dengan diberlakukannya peraturan seperti tanggung jawab produsen yang diperluas.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Pemerintah
Kekayaan Sumber Daya di Indonesia: Antara Berkah dan Kutukan
Kekayaan Sumber Daya di Indonesia: Antara Berkah dan Kutukan
Pemerintah
Ketidakpastian Ekonomi Hambat Investasi Mineral Kritis
Ketidakpastian Ekonomi Hambat Investasi Mineral Kritis
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau