KOMPAS.com - Peluang pekerjaan berbasis kelestarian lingkungan (green job) makin besar seiring dengan upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Sayangnya, saat generasi mulai melirik potensi tersebut, antusiasme itu belum dibarengi dengan pemahaman dan kemampuan tentang SDGs.
Michael Susanto, Head of Leadership Development & Scholarship Tanoto Foundation mengungkapkan setelah memasuki dunia kerja banyak mahasiswa kerap bertanya apakah yang mereka pelajari selama ini dapat berguna untuk masa depan.
Baca juga: Subsidi Hijau Miliki Biaya Tersembunyi yang Ancam Keberhasilan Keberlanjutan
“Kita sering bilang bahwa green job terkotak-kota pada pekerjaan tertentu. Padahal sebenarnya banyak pekerjaan yang berhubungan dengan green economy,” kata Michael.
Selain kurang pemahaman, tak bisa dimungkiri bahwa banyak pula lulusan pendidikan tinggi belum memiliki kemampuan mendukung yang berkaitan dengan SDGs.
“Hanya 1 dari 8 orang yang memiliki skill yang cukup untuk mendukung green economy. Mereka yang sudah bekerja, ada 60 persen pekerja yang ingin masuk bidang sustainability tapi mereka takut karena tidak memiliki skill yang mumpuni. Akhirnya karir mereka tidak berkembang ke depan,” ujarnya.
Hal ini membuat Tanoto Foundation berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas generasi muda dalam bidang-bidang SDGs.
Dalam keterangan resminya, komitmen itu dijalankan melalui SDG Academy Indonesia (SDG AI), sebuah platform pembelajaran mengenai SDGs dan pengintegrasiannya.
Baca juga: RI-Australia Sediakan Dana Riset Berkelanjutan di Bidang Perubahan Iklim
Platform ini merupakan hasil kerja sama Tanoto Foundation dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), dan UNDP.
SDG AI yang berfokus dalam menciptakan pemimpin-pemimpin masa depan yang memiliki integritas tinggi serta komitmen yang kuat untuk mempercepat pencapaian target TPB/SDGs di Indonesia.
Michael menjelaskan juga SDG AI menargetkan keterlibatan semua pemangku kepentingan SDGs, yakni pemerintah, akademisi, swasta, filantropi, organisasi masyarakat, dan media.
Dalam even SDGs Annual Conference 2024 (SAC 2024) Senin (7/10/2024), Michael mengemukakan pula ajakannya untuk fokus pada salah satu bidang SDGs, yakni bidang prioritas ke-11, penciptaan kota dan komunitas berkelanjutan.
Di bidang ini, banyak unsur yang harus diwujudkan di antaranya perumahan yang aman dan terjangkau, sistem transportasi publik yang baik, hingga penyediaan ruang publik yang inklusif.
Di bidang-bidang tersebut, banyak persoalan yang sebenarnya dapat diatasi melalui pendekatan SDGs dan green economy namun belum menemukan solusi.
Baca juga: Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk
Contohnya, baru 56 persen masyarakat yang mempunyai akses ke transportasi publik atau permasalahan sampah yang 90 persen berasal dari rumah tangga yang belum dikelola dengan baik.
“Jika lulusan perguruan tinggi mempunyai perspektif SDGs, mereka akan membuat solusi-solusi di bidang tersebut sehingga banyak SDGs terpenuhi” kata Michael.
Ia menjelaskan, pendekatan pendidikan berkelanjutan tengah dikembangkan di sejumlah perguruan tinggi dan menargetkan perubahan perilaku, sikap, dan kompetensi lulusannya sesuai prinsip SDGs.
Penerapannya pun tak berhenti sebatas pada aspek fisik, seperti pendirian bangunan hijau atau penggunaan energi baru terbarukan.
Pendidikan berkelanjutan juga perlu masuk di kurikulum akademik dan pembelajaran langsung di lapangan untuk mencari solusi-solusi atas berbagai persoalan nyata.
Baca juga: Tanoto Foundation Ungkap Urgennya Peran Pendidikan Anak Usia Dini
“Mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, tapi juga ada learning experience, belajar secara multidisipliner, dilengkapi berbagai keahlian yang relevan,” katanya.
“Melalui pendidikan, kita kembangkan skill SDGs yang selama ini belum mumpuni. Ke depan, kita perlu membangun talenta-talenta pembangunan berkelanjutan untuk masa depan,” tandas Michael.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya