Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Masa Depan, Peluang Pekerjaan Berbasis Kelestarian Lingkungan Sangat Besar

Kompas.com, 12 Oktober 2024, 14:19 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peluang pekerjaan berbasis kelestarian lingkungan (green job) makin besar seiring dengan upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Sayangnya, saat generasi mulai melirik potensi tersebut, antusiasme itu belum dibarengi dengan pemahaman dan kemampuan tentang SDGs.

Michael Susanto, Head of Leadership Development & Scholarship Tanoto Foundation mengungkapkan setelah memasuki dunia kerja banyak mahasiswa kerap bertanya apakah yang mereka pelajari selama ini dapat berguna untuk masa depan.

Baca juga: Subsidi Hijau Miliki Biaya Tersembunyi yang Ancam Keberhasilan Keberlanjutan

“Kita sering bilang bahwa green job terkotak-kota pada pekerjaan tertentu. Padahal sebenarnya banyak pekerjaan yang berhubungan dengan green economy,” kata Michael.

Selain kurang pemahaman, tak bisa dimungkiri bahwa banyak pula lulusan pendidikan tinggi belum memiliki kemampuan mendukung yang berkaitan dengan SDGs.

“Hanya 1 dari 8 orang yang memiliki skill yang cukup untuk mendukung green economy. Mereka yang sudah bekerja, ada 60 persen pekerja yang ingin masuk bidang sustainability tapi mereka takut karena tidak memiliki skill yang mumpuni. Akhirnya karir mereka tidak berkembang ke depan,” ujarnya.

Hal ini membuat Tanoto Foundation berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas generasi muda dalam bidang-bidang SDGs.

Dalam keterangan resminya, komitmen itu dijalankan melalui SDG Academy Indonesia (SDG AI), sebuah platform pembelajaran mengenai SDGs dan pengintegrasiannya.

Baca juga: RI-Australia Sediakan Dana Riset Berkelanjutan di Bidang Perubahan Iklim

Platform ini merupakan hasil kerja sama Tanoto Foundation dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), dan UNDP.

SDG AI yang berfokus dalam menciptakan pemimpin-pemimpin masa depan yang memiliki integritas tinggi serta komitmen yang kuat untuk mempercepat pencapaian target TPB/SDGs di Indonesia.

Michael menjelaskan juga SDG AI menargetkan keterlibatan semua pemangku kepentingan SDGs, yakni pemerintah, akademisi, swasta, filantropi, organisasi masyarakat, dan media.

Pendekatan Pendidikan Berkelanjutan

Dalam even SDGs Annual Conference 2024 (SAC 2024) Senin (7/10/2024), Michael mengemukakan pula ajakannya untuk fokus pada salah satu bidang SDGs, yakni bidang prioritas ke-11, penciptaan kota dan komunitas berkelanjutan.

Di bidang ini, banyak unsur yang harus diwujudkan di antaranya perumahan yang aman dan terjangkau, sistem transportasi publik yang baik, hingga penyediaan ruang publik yang inklusif.

Di bidang-bidang tersebut, banyak persoalan yang sebenarnya dapat diatasi melalui pendekatan SDGs dan green economy namun belum menemukan solusi.

Baca juga: Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Contohnya, baru 56 persen masyarakat yang mempunyai akses ke transportasi publik atau permasalahan sampah yang 90 persen berasal dari rumah tangga yang belum dikelola dengan baik.

“Jika lulusan perguruan tinggi mempunyai perspektif SDGs, mereka akan membuat solusi-solusi di bidang tersebut sehingga banyak SDGs terpenuhi” kata Michael.

Ia menjelaskan, pendekatan pendidikan berkelanjutan tengah dikembangkan di sejumlah perguruan tinggi dan menargetkan perubahan perilaku, sikap, dan kompetensi lulusannya sesuai prinsip SDGs.

Penerapannya pun tak berhenti sebatas pada aspek fisik, seperti pendirian bangunan hijau atau penggunaan energi baru terbarukan.

Pendidikan berkelanjutan juga perlu masuk di kurikulum akademik dan pembelajaran langsung di lapangan untuk mencari solusi-solusi atas berbagai persoalan nyata.

Baca juga: Tanoto Foundation Ungkap Urgennya Peran Pendidikan Anak Usia Dini

“Mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, tapi juga ada learning experience, belajar secara multidisipliner, dilengkapi berbagai keahlian yang relevan,” katanya.

“Melalui pendidikan, kita kembangkan skill SDGs yang selama ini belum mumpuni. Ke depan, kita perlu membangun talenta-talenta pembangunan berkelanjutan untuk masa depan,” tandas Michael.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau