Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KTT Keanekaragaman Hayati COP16 Bakal Tunjukkan Penjaga Biodiversitas Sebenarnya

Kompas.com - 26/10/2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Forest Watch Indonesia (FWI) Mufti Barri mengatakan, KTT Keanekaragaman Hayati COP16 yang berlangsung pekan ini di Cali, Kolombia, sangat relevan dengan Indonesia yang memiliki biodiversitas sangat tinggi.

Biodiversitas, ujar Barri, tak hanya mencakup satwa dan tanaman. Melainkan juga manusia, termasuk masyarakat adat yang juga menjadi bagian dari ekosistem itu sendiri.

"COP kali ini sangat penting untuk menunjukkan siapa sebenarnya penjaga keanekaragaman hayati atau biodiversitas di Bumi ini, dan juga untuk memastikan kehidupan yang selaras dengan alam," kata Barri sebagaimana dilansir Antara, Jumat (25/10/2024).

Baca juga: KTT Keanekaragaman Hayati COP16 Resmi Dimulai, Ini Daftar Agendanya

Ia mengingatkan, gangguan alam sekecil apa pun akan berdampak signifikan terhadap kehidupan manusia. Hal ini karena manusia sejatinya menjadi bagian dari ekosistem tersebut.

Barri mencontohkan Covid-19. Wabah tersebut terjadi karena adanya gangguan ekosistem dan rantai makanan, hingga memunculkan dan menyebarkan virus baru dan berdampak sangat besar terhadap kehidupan manusia.

Dalam COP16, tercatat lebih dari 190 negara berpartisipasi dalam konferensi tersebut. Kegiatan ini akan mempertemukan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, organisasi pemerhati, masyarakat adat, bisnis, akademisi, masyarakat sipil, hingga kelompok orang muda.

Berkaitan dengan peran orang muda, Life of Pachamama mengadakan sebuah program solidaritas dalam konferensi tersebut. Organisasi ini dibentuk oleh sekelompok orang muda di Kolombia yang menjadi penyelenggara COP16.

Kegiatan solidaritas ini merupakan platform yang dinamis untuk mengintegrasikan pengalaman dan memobilisasi pemimpin muda dalam isu biodiversitas yang kritis.

Baca juga: Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Mereka menekankan pentingnya partisipasi orang muda dari kawasan Global South dalam dialog tentang keadilan iklim dari wilayah dan komunitas mereka, sekaligus mendorong kerja sama dan solidaritas.

Adapun Indonesia mengirimkan enam delegasi muda dalam acara tersebut, dua di antaranya F Deliana Winki yang merupakan pendiri dan pengajar Sekolah Adat Arus Kualan dan Andi Reza Zulkarnain yang merupakan Co-chair Young People Action Team (YPAT) UNICEF East Asia and Pacific (EAPRO).

Selain itu, juga ada Novita Ayu Matoneng Oilsana yang merupakan Pendiri Komunitas BALENTA, Salma Zakiyah yang merupakan Program Officer Madani Berkelanjutan, Raja Mulkan Azhari yang merupakan Campaigner Yayasan Hutan Alam Lingkungan Aceh (HAkA), serta Naomi Waisimon yang merupakan social entrepreneur.

Co-leader COP16 Strategy Jose Fernando Palacio mengatakan, para delegasi muda Indonesia dipilih berdasarkan sejumlah pertimbangan.

Salah satu pertimbangannya yaitu representasi yang adil diupayakan dari seluruh wilayah Indonesia, dengan perhatian khusus pada daerah yang paling terdampak oleh perubahan iklim dan titik-titik keanekaragaman hayati yang teridentifikasi.

Baca juga: Mengenal KTT Keanekaragaman Hayati COP16 dan Urgensinya

Selain itu, delegasi juga harus menunjukkan keterlibatan aktif dalam kelompok-kelompok keadilan iklim di tingkat lokal, nasional, atau internasional.

Associate Director COP16 Juan David Amaya menegaskan, setiap delegasi memiliki peran penting. Selain berpartisipasi dalam sejumlah panel utama, mereka juga akan memiliki ruang untuk berinteraksi langsung dengan para pengambil keputusan global.

Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa suara masyarakat dan wilayah yang paling terdampak dipertimbangkan dalam diskusi keanekaragaman hayati.

Juan berharap para delegasi muda ini dapat melihat diri mereka tidak hanya sebagai pengamat, tetapi juga sebagai aktor transformatif.

Baca juga: Mayoritas Negara Belum Ajukan Rencana Pelestarian Jelang KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau