KOMPAS.com - Pemakaian teknologi harian yang tampaknya tidak berbahaya ternyata dapat menimbulkan biaya yang lebih tinggi terhadap lingkungan dari pada yang dipikirkan penggunanya.
Dunia menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida yang berkontribusi terhadap peningkatan suhu global.
Namun, penggunaan teknologi seperti mengirimkan email, memantau TikTok dan Reels, bergantung pada energi yang disuplai oleh industri bahan bakar fosil untuk operasionalnya.
Mengutip Independent, Kamis (31/10/2024) pada tahun 2019, jejak karbon teknologi digital menyumbang 3,7 persen dari emisi global.
Baca juga:
Sementara itu lembaga think tank dari Prancis, The Swift Project, persentase itu diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun 2025.
Dan sekarang para peneliti telah mengukur dampak spesifik yang mungkin ingin dipertimbangkan pengguna sebelum memanfaatkan teknologi digital itu.
Salah satu contoh dampak teknologi digital ini adalah email tahunan yang dikirim karyawan untuk pekerjaan mereka. Itu setara dengan jumlah emisi karbon dioksida yang dihasilkan dengan berkendara sejauh 8 kilometer dengan mobil bertenaga bensin.
CloudZero, platform pengoptimalan biaya dalam laporan mereka menyebut email menghasilkan 2.028 gram emisi karbon dioksida setiap tahun.
“Mengirim email kantor telah menjadi bagian rutin dari hari-hari kita sehingga kita sering tidak memikirkannya. Meskipun mungkin tampak seperti aktivitas yang tidak berbahaya, dampak lingkungan dari aktivitas ini jauh lebih besar dari yang kita sadari,” tulis mereka.
CloudZero juga menganalisis jejak praktik lain yang tampaknya tidak berbahaya yang bergantung pada teknologi, seperti menggulir media sosial dan mengirim pesan teks.
Baca juga:
Satu orang yang menggulir media sosial dalam sehari menghasilkan 968 gram karbon dioksida. Jumlah yang sama dengan mengendarai mobil sejauh 3,8 kilometer.
Setiap tahun penggunaan media sosial oleh satu orang menghasilkan 353.466 gram karbon.
Lebih jauh lagi, berselancar di aplikasi berbagi video TikTok setara dengan menghasilkan 2,63 gram emisi karbon dioksida per menit.
Platform lain seperti Instagram, Facebook, dan YouTube ditemukan menghasilkan kurang dari 2 gram. Instagram menghasilkan 1,52 gram per menit, sedangkan Facebook dan YouTube sama-sama menghasilkan emisi karbon kurang dari satu gram.
Laporan CloudZero juga mengatakan mengirim lebih dari 60 pesan teks ke teman dan keluarga dalam sehari, menghasilkan 310 gram karbon setiap tahun.
Jumlah tersebut sama dengan mengisi daya ponsel sebanyak 32 kali. Dan, setiap pesan teks yang dikirim sama dengan menghasilkan 0,84 gram emisi.
Baca juga:
Gen Z Paling Banyak
Gen Z menghasilkan karbon paling banyak dengan mengirim pesan teks setiap tahun. Dampak lingkungan dari kelompok usia tersebut, sekitar 652 gram karbon dioksida dari rata-rata 124 teks setiap hari.
Bagi mereka yang berusia antara 25 dan 34 tahun, angka tersebut hampir setengahnya.
Mengurangi jejak karbon digital pun perlu dilakukan. Orang dapat melakukannya dengan memastikan bahwa mereka tidak mengonsumsi energi secara tidak perlu, mengurangi penggunaan energi, dan menggunakan situs web yang dihosting di server hemat energi.
Namun, industri teknologi sendiri melihat jejak karbonnya melonjak karena condong ke usaha kecerdasan buatan yang haus listrik.
AI yang telah dipromosikan sebagai solusi perubahan iklim yang potensial ternyata memerlukan biaya yang besar.
Pusat data membutuhkan listrik dalam jumlah besar untuk memenuhi permintaan penggunaan AI.
Untuk mengurangi dampak ini, perusahaan raksasa seperti Google, Amazon, dan Microsoft beralih ke energi nuklir. Langkah-langkah ini dilakukan karena permintaan listrik melonjak di seluruh dunia.
sumber https://www.independent.co.uk/climate-change/email-tiktok-environment-climate-change-b2637645.html
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya