Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Peringatkan Bumi Makin Tidak Layak Huni

Kompas.com - 01/11/2024, 15:41 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Dengan makin meningkatnya pemanasan di masa mendatang, diperkirakan 10 persen populasi Bumi akan mengalami efek peningkatan suhu tersebut. Namun mereka yang berada di belahan Bumi selatan lebih rentan daripada yang lain.

Wanita hamil, anak-anak serta calon bayi juga bakal menghadapi peningkatan risiko dari iklim ekstrem, seperti panas dan banjir.

Mereka yang hidup dalam tingkat kemiskinan tinggi dan norma gender "mengakar" yang mencegah perempuan mengubah praktik yang dapat membuat mereka terpapar pada kondisi tersebut, terkena dampak yang tidak proporsional.

Kerusakan Amazon

Lebih lanjut, keanekaragaman hayati dan ekosistem di Bumi juga menderita. Contohnya saja di Amazon yang telah merasakan berbagai iklim ekstrem tahun ini.

"Karena perubahan iklim, hutan Amazon mendekati berbagai ambang batas (terkait dengan suhu, curah hujan, dan musim), yang jika melampaui ambang batas tersebut dapat memicu perubahan ekologi yang signifikan, yang berpotensi menyebabkan keruntuhan hutan skala besar," kata laporan tersebut.

Amazon, yang merupakan rumah bagi miliaran pohon yang menyerap karbon dioksida, menghasilkan 20 persen oksigen Bumi. Namun, ratusan juta pohon telah ditebang untuk memberi ruang bagi peternak sapi.

Baca juga: Bank Belum Siap Hadapi Perubahan Iklim

The International Union for Conservation of Nature Red List mengatakan bahwa lebih dari sepertiga spesies pohon di dunia terancam punah dan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan spesies menghilang 10 hingga 100 kali lebih cepat daripada dalam 10 juta tahun terakhir, dengan tiga perempat daratan Bumi diubah oleh manusia.

Para ilmuwan mengatakan infrastruktur manusia yang penting juga semakin terekspos dan rentan terhadap bahaya karena perubahan iklim.

Perubahan iklim juga menimbulkan kekhawatiran tentang pola iklim yang lebih ekstrem serta runtuhnya sistem arus penting yang mengalirkan air di dalam Samudra Atlantik yang membawa air hangat ke utara dan air dingin ke selatan.

Runtuhnya sistem tersebut bisa terjadi jauh lebih cepat dari perkiraan dan berpotensi berdampak menimbulkan bencana seperti kekeringan yang meluas, banjir, dan suhu yang menurun drastis di Eropa.

"Dampaknya terhadap iklim global, pola cuaca, dan kesejahteraan manusia akan sangat parah," kata laporan tersebut.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Dorong Irigasi Berkelanjutan, Balai Teknik Irigasi Kementerian PU Jalin Kerja Sama dengan MRC

Dorong Irigasi Berkelanjutan, Balai Teknik Irigasi Kementerian PU Jalin Kerja Sama dengan MRC

Pemerintah
Dorong Pemakaian EV, Penempatan Stasiun Pengisian Listrik Perlu Diperhatikan

Dorong Pemakaian EV, Penempatan Stasiun Pengisian Listrik Perlu Diperhatikan

Pemerintah
Ilmuwan Peringatkan Bumi Makin Tidak Layak Huni

Ilmuwan Peringatkan Bumi Makin Tidak Layak Huni

Pemerintah
Greenpeace: Restorasi Lahan Gambut 10 Tahun Terakhir Tidak Memuaskan

Greenpeace: Restorasi Lahan Gambut 10 Tahun Terakhir Tidak Memuaskan

LSM/Figur
Presiden Prabowo Didorong Jadikan Transisi Energi Misi Nasional

Presiden Prabowo Didorong Jadikan Transisi Energi Misi Nasional

LSM/Figur
Di COP16 Kolombia, Masyarakat Sipil Desak Pemerintah RI Batasi Produksi Nikel

Di COP16 Kolombia, Masyarakat Sipil Desak Pemerintah RI Batasi Produksi Nikel

LSM/Figur
Kali Pertama dalam 130 Tahun Gunung Fuji Telat Bersalju, Pertanda Buruk?

Kali Pertama dalam 130 Tahun Gunung Fuji Telat Bersalju, Pertanda Buruk?

Pemerintah
Perubahan Iklim Bikin Ekonomi Negara Asia dan Pasifik Rugi Besar

Perubahan Iklim Bikin Ekonomi Negara Asia dan Pasifik Rugi Besar

LSM/Figur
Jaga Keanekaragaman Hayati, Masyarakat Adat Kalimantan Bersuara di COP 16

Jaga Keanekaragaman Hayati, Masyarakat Adat Kalimantan Bersuara di COP 16

LSM/Figur
Nol Emisi Kini Bukan Sekedar Mimpi Ibu Pertiwi...

Nol Emisi Kini Bukan Sekedar Mimpi Ibu Pertiwi...

Swasta
Dana Infrastruktur Transisi Energi Terkumpul 215 Miliar Dollar AS Sejak 2014

Dana Infrastruktur Transisi Energi Terkumpul 215 Miliar Dollar AS Sejak 2014

Pemerintah
Mengalirkan Harapan Energi Bersih Berkelanjutan pada Ratusan PLTA di Negeri Kaya Air

Mengalirkan Harapan Energi Bersih Berkelanjutan pada Ratusan PLTA di Negeri Kaya Air

BUMN
Tiap Pengiriman E-mail dan Posting di Medsos Berpotensi Merusak Lingkungan

Tiap Pengiriman E-mail dan Posting di Medsos Berpotensi Merusak Lingkungan

LSM/Figur
10 Negara dengan Kapasitas Baterai Paling Besar di Dunia, China Nomor Wahid

10 Negara dengan Kapasitas Baterai Paling Besar di Dunia, China Nomor Wahid

Pemerintah
19 Persen Kawasan Ekosistem Esensial Ada di Dalam HGU

19 Persen Kawasan Ekosistem Esensial Ada di Dalam HGU

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau