Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 29 November 2024, 16:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Konferensi tinggi melawan penggurunan atau Conference of the Parties (COP) United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD) kembali digelar tahun ini, masuki pertemuan ke 16 atau COP16.

Untuk diketahui, UNCCD adalah salah satu perjanjian mayor yang lahir dari Konvensi Rio pada 1992.

Dua pakta mayor lain dari Konvensi Rio adalah United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang membahas perubahan iklim dan Convention on Biological Diversity (CBD) yang mencakup keanekaragaman hayati.

Baca juga: 500 Juta Orang Tinggal di Daerah Penggurunan, Kehidupan Terancam

Ketiga pakta tersebut bersama-sama bertujuan untuk memastikan bahwa lahan, iklim, dan keanekaragaman hayati mendapat manfaat dari pendekatan bersama untuk memulihkan keseimbangan manusia dengan alam.

COP dalam UNCCD merupakan konferensi dua tahunan yang bertujuan melawan desertifikasi, degradasi lahan, dan dampak dari kekeringan.

Konferensi ini juga bertujuan untuk mengkoordinasikan aksi memperbaiki lahan terdegradasi dan pemantauannya. COP UNCCD juga merupakan konferensi mengenai lahan yang terbesar di dunia.

Baca juga: Penggurunan Lahan: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya

Tempat dan waktu

Tahun ini, UNCCD memasuki pertemuan tinggi ke-16 alias COP16 yang bakal digelar di Riyadh, Arab Saudi, dengan tema Our Land Our Future mulai 2 Desember-13 Desember.

COP16 ini akan menandai peringatan 30 tahun UNCCD. Selain itu, COP16 akan agenda COP UNCCD pertama yang diselenggarakan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

COP16 akan mempertemukan 197 pihak yang meratifikasi perjanjian tersebut, terdiri dari 196 negara dan satu organisasi negara yakni Uni Eropa.

Pembicaraan-pembicaraan dalam COP16 akan membahas seputar bagaimana cata mengatasi penggurunan, degradasi lahan, dan kekeringan.

COP16 tahun ini digadang akan menjadi konferensi UNCCD yang terbesar di dunia dibandingkan 15 pertemuan sebelumnya.

Baca juga: 17 Juni, Hari Memerangi Penggurunan dan Kekeringan Sedunia

Momen penting

Ilustrasi gurun.wirestok/freepik Ilustrasi gurun.

Untuk diketahui, jazirah Arab menjadi salah satu kawasan paling gersang dan paling cepat memanas di dunia.

Bagi negara-negara yang terletak di kawasan tersebut, COP16 bukan sekadar pertemuan global, melainkan momen penting.

82 persen lahan di kawasan tersebut terdampak degradasi, 20 persen bahkan berisiko mengalami penggurunan.

Selain itu, ekstraksi air di sana delapan kali lipat lebih besar daripada sumber daya yang terbarukan. Di sisi lain, kelangkaan air, kerawanan pangan, dan pola cuaca ekstrem semakin meningkat.

COP16 menyediakan platform untuk mengangkat tantangan unik kawasan tersebut dan mendorong solusi yang disesuaikan untuk melindungi masyarakat dan ekosistemnya.

Baca juga: Sektor Swasta Perlu Terlibat Melawan Degradasi Lahan

Agenda

Untuk pertama kalinya dalam sejarah gelaran COP UNCCD, konferensi di Riyadh kali ini akan menghadirkan Zona Hijau atau Green Zone.

Zona Hijau digelar bertujuan untuk semakin meningkatkan kesadaran global tentang degradasi lahan.

Selain itu, Zona Hijau akan menghubungkan para pengambil keputusan utama dari komunitas ilmiah, LSM, politik, bisnis, dan yang berisiko.

Sasarannya adalah untuk mengembangkan dan mendanai solusi yang berkelanjutan.

Sementara Zona Biru merupakan area konferensi utama yang secara khusus ditujukan untuk berbagai negosiasi dan dialog antara negara anggota dan pengamat terakreditasi.

Akan ada tujuh hari tematik yang digelar baik di Zona Hijau dan Zona Biru.

Ketujuh hari tematik tersebut adalah Hari Lahan, Hari Sistem Pangan, Hari Tata Kelola Lahan, Hari Rakyat, Hari Sains dan Teknologi, Hari Ketahanan, dan Hari Keuangan.

Baca juga: Degradasi Lahan: Pengertian, Akibat, dan Penyebabnya

Hari Lahan akan menyoroti inisiatif pemulihan lahan dan solusi berbasis alam. Hari Keuangan akan membahas kesenjangan pembiayaan dalam memerangi degradasi lahan.

Hari Tata Kelola akan berfokus pada peningkatan hak atas tanah bagi perempuan dan menangani isu kebijakan mendesak seputar penguasaan lahan dan tata kelola sumber daya.

Hari Sistem Pangan dan Pertanian akan membahas ketahanan pangan, ketahanan tanaman, dan praktik pertanian berkelanjutan.

Hari Ketahanan akan membahas kelangkaan air, ketahanan terhadap kekeringan, dan sistem peringatan dini untuk badai pasir.

Hari Rakyat akan menampilkan kaukus pemuda yang membahas peran penting kaum muda, kaukus gender, dan diskusi tentang peningkatan partisipasi kelompok berisiko.

Hari Sains, Teknologi, dan Inovasi akan menekankan peran sains dalam pemulihan lahan dan pencegahan degradasi lebih lanjut.

Baca juga: Program Persemaian, Langkah KLHK dalam Menanggulangi Degradasi Lahan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
Pemerintah
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau