Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 6 Desember 2024, 14:05 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sektor swasta dan perusahaan didesak untuk memperkuat investasi kesehatan lahan dalam Konferensi Para Pihak ke-16 (COP16) Convention to Combat Desertification (UNCCD) di Riyadh, Arab Saudi.

Perwakilan dari perusahaan yang bergerak di berbagai sektor mulai dari makanan, keuangan, fesyen, hingga farmasi dihadirkan dalam COP16 untuk menyampaikan peran mereka dalam pengelolaan lahan dan air yang berkelanjutan.

Pertemuan mereka dalam COP16 tersebut menjadi bagian dari ForumBusiness 4 Land (B4L), sebuah inisiatif yang diluncurkan oleh UNCCD awal tahun ini di Davos.

Baca juga: Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

Sekretaris Eksekutif UNCCD Ibrahim Thiaw mengatakan, kehadiran sektor swasta memberikan momentum penting untuk menjadikan pengelolaan lahan berkelanjutan sebagai bagian inti dari strategi perusahaan.

"Beralih ke operasi, rantai pasokan, dan investasi yang positif terhadap alam, tidak hanya tentang keberlanjutan lingkungan, tetapi tentang profitabilitas dan ketahanan bisnis jangka panjang," ujar Thiaw.

Dalam forum B4L lebih dari 40 perusahaan yang menyadari kebutuhan mendesak untuk mengatasi degradasi lahan dan kekeringan.

Mereka juga mengakui tanggung jawab mereka dalam memastikan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan sebagai keharusan bisnis dan sosial.

Gim Huay Neo dari World Economic Forum (WEF) berujar, lebih dari setengah produk domestik bruto (PDB) global atau sekitar 44 triliun dollar AS terancam akibat hilangnya alam.

Baca juga: Warga di Berau Manfaatkan Lahan Hutan Mangrove untuk Bertambak

"Sangat penting bagi bisnis untuk mengeksplorasi inovasi yang dapat menghentikan dan membalikkan degradasi lahan sambil membuka peluang bagi pertumbuhan bisnis," kata Huay Neo.

Dia menambahkan, sektor swasta dapat mempercepat kemajuan pemulihan lahan dengan berkolaborasi bersama pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.

Andre Hoffmann selaku anggota komite penasihat tingkat tinggi COP16 menuturkan, sektor swasta dapat memainkan peran penting dalam transisi berkelanjutan.

"Kita harus melihat alam bukan sebagai sumber daya untuk dieksploitasi, tetapi sebagai sistem pendukung kehidupan kita," papar Hoffmann.

Dia menambahkan, forum B4L merupakan kesempatan untuk membentuk koalisi baru guna memulihkan lahan dan membangun ketahanan.

Baca juga: COP16 Riyadh: Investasi Restorasi Lahan Berdampak Ekonomi 30 Kali Lipat

"Dengan beralih dari ekstraksi ke kolaborasi, kita dapat mendorong investasi dalam solusi berbasis alam yang menjamin kesejahteraan manusia dan kesehatan planet," paparnya.

CEO MIROVA Philippe Zaouati, perusahaan yang begerak di pembiayaan berkelanjutan, menuturkan ada banyak keuntungan yang diperoleh apabila swasta menerapkan praktik berkelanjutan.

Dia menambahkan, penerapan praktik berkelanjutan tidak hanya mengurangi dampak buruk terhadap alam, tetapi juga untuk memanfaatkan peluang ekonomi yang muncul.

"Memobilisasi pendanaan untuk restorasi lahan memerlukan upaya bersama oleh sektor publik dan swasta," ujar Zaoiati.

Sementara itu, CSO Danone Henri Bruxelles berujar, kolaborasi lintas sektor masyarakat sangat penting untuk mengatasi tantangan iklim dan air yang saling terkait.

Baca juga: COP16 Riyadh Hasilkan Janji Rp 191 Triliun Atasi Kekeringan dan Degradasi Lahan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau