Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paus Pembunuh Dilaporkan Muncul di Perairan Kaimana

Kompas.com - 15/01/2025, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Tim peneliti yang dipimpin Konservasi Indonesia dan Conservation International menemukan kemunculan paus pembunuh (Orcinus orca) serta ketertarikan cetacea atau mamalia laut dengan bagan apung di Kaimana, Papua Barat.

Focal Species Conservation Program Konservasi Indonesia Iqbal Herwata menuturkan, timnya mengidentifikasi adanya lima spesies cetacea yang hidup di laut di wilayah perairan Kaimana.

Dalam penelitian yang dilakukan selama periode Mei 2021-Maret 2023 tersebut, terpantau interaksi cetacea dengan perikanan bagan di Kaimana.

Baca juga: Jaga Habitat Hiu Paus, Teluk Saleh di NTB Diupayakan Jadi Kawasan Lindung Laut

Penelitian itu juga mencatat keberadaan, jumlah, dan pola makan cetacea.

"Hasil penelitian menunjukkan bahwa lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik memiliki keterkaitan kuat dengan perikanan bagan. Mereka sering terlihat memakan ikan teri yang berada di luar jaring bagan pada pagi hari," kata Iqbal, sebagaimana dilansir Antara, Selasa (14/1/2025).

Dari lima spesies tersebut, Iqbal menyoroti paus pembunuh merupakan catatan baru yang sebelumnya tidak dilaporkan keberadaannya di wilayah Kaimana.

Di perairan tropis seperti Indonesia, jelasnya, keberadaan paus pembunuh terbilang rendah, sekitar 0-0,10 individu per 100 kilometer persegi karena terbatasnya peluang mencari makan dan ancaman dari aktivitas manusia.

Baca juga: Akibat Krisis Iklim, Risiko Tabrakan Hiu Paus dengan Kapal Semakin Tinggi

"Sementara itu, spesies lain terlihat lebih jarang. Hal ini dapat disebabkan oleh preferensi kuat spesies tersebut terhadap habitat pesisir, yang beririsan dengan area operasi perikanan bagan di Kaimana," tambahnya.

Dia menjelaskan, pemahaman tentang ekologi cetacea penting untuk upaya konservasi dan pengelolaan termasuk di Kaimana.

Pasalnya, pada 2018, Kaimana teridentifikasi sebagai Important Marine Mammal Area (IMMA) atau habitat penting mamalia laut karena populasi lumba-lumba dan paus yang mencari makan di sana.

Termasuk di antaranya lumba-lumba bungkuk Australia (Sousa sahulensis), lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus), lumba-lumba pemintal (Stenella longirostris), dan paus Bryde (Balaenoptera edeni).

Baca juga: Rumah Sakit Apung Hingga Konservasi Hiu Paus Bikin PIS Sabet Penghargaan TJSL

Lebih lanjut, Iqbal menilai Pemerintah Provinsi Papua Barat perlu memastikan langkah-langkah pengelolaan perikanan di kawasan tersebut.

Langkah tersebut perlu dilakukan mengingat sebagian besar interaksi antara perikanan bagan dan cetacea ini terjadi di luar Kawasan Konservasi Perairan (Marine Protected Area) Kaimana.

"Pemerintah lokal harus dapat memastikan keberlanjutan stok ikan teri, yang tidak hanya penting bagi masyarakat dan industri perikanan tangkap, tetapi juga sebagai sumber makanan bagi populasi paus Bryde, lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik, dan lumba-lumba bungkuk Australia," ujar Iqbal.

Baca juga: Akhirnya, Bangkai Paus Sperma 4 Ton di Teluk Balikpapan Dibakar

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau