KOMPAS.com - Studi baru mengungkap bahwa miliuner bisa membantu untuk mempercepat transisi menuju teknologi rendah karbon.
Namun semua itu, menurut penelitian yang dipublikasikan di Plos Climate, bisa terwujud ketika The Have siap mengekang konsumsi berlebih untuk menurunkan jejak karbon mereka.
Kesimpulan tersebut di dapat setelah tim peneliti gabungan dari University of Bath dan University of Oxford di Inggris menyurvei orang kaya di Inggris.
Seperti dikutip dari Guardian, Jumat (7/3/2025), peneliti menemukan 10 persen orang terkaya di Inggris cenderung berinvestasi pada kendaraan listrik, pompa panas, dan alternatif energi bersih lainnya, dan lebih cenderung mendukung kebijakan hijau.
Tapi peneliti juga menemukan bahwa orang kaya menggunakan lebih banyak energi di rumah, cenderung menggunakan moda transportasi pesawat terbang, dan meremehkan dampak karbon dari perilaku mereka sendiri.
Baca juga: UE Longgarkan Target Emisi Produsen Mobil
Akibatnya, banyak orang kaya terperangkap dalam kontradiksi. Mereka secara vokal mendukung aksi iklim sementara pada saat yang sama secara material memperburuk kerusakan iklim.
Sebelumnya, penelitian oleh lembaga amal anti-kemiskinan Oxfam menemukan bahwa dalam 25 tahun antara tahun 1990 dan 2015, sebanyak 10 persen orang terkaya menyumbang lebih dari setengah emisi karbon dioksida.
Bahkan di Inggris, di mana kesenjangan kekayaan relatif lebih kecil, penelitian menunjukkan emisi rumah tangga dari 10 persen orang terkaya tiga kali lipat dari 10 persen orang termiskin.
Namun, dampak yang tak proporsional ini juga berarti bisa memiliki efek positif yang sangat besar jika ada perubahan pada masyarakat kaya tersebut.
Untuk itu peneliti kemudian meneliti hubungan individu yang lebih kaya dengan perilaku terkait emisi karbon untuk menyelidiki kapasitas mereka untuk berubah.
"Yang kami temukan adalah meskipun orang kaya memang memiliki emisi karbon yang lebih tinggi daripada populasi umum, mereka juga berada dalam posisi yang sangat kuat untuk mengurangi tidak hanya emisi mereka sendiri tetapi juga emisi orang lain," kata Hettie Moorcroft, penulis utama studi ini.
Moorcroft dan rekan-rekannya menyurvei lebih dari 1.000 orang, termasuk kelompok sasaran yang terdiri dari 43 orang kaya dengan penghasilan lebih dari 150.000 poundsterling setahun. Mereka kemudian melakukan wawancara mendalam.
Mereka menemukan bahwa orang kaya tidak hanya memiliki akses yang lebih besar ke teknologi rendah karbon dengan biaya awal yang tinggi, seperti pompa panas dan kendaraan listrik, tetapi lebih santai dalam membuat pilihan yang lebih ramah lingkungan.
Baca juga: Pembiayaan Aksi Iklim Harus Dipandang sebagai Investasi
Orang-orang kaya juga lebih terinformasi dan peduli tentang perubahan iklim, dengan 81 persen dari kelompok kaya mengatakan tindakan mendesak diperlukan untuk mengatasinya.
Namun, tim tersebut juga menemukan sejumlah hambatan terhadap penerapan perilaku rendah karbon di kalangan orang kaya.
"Orang kaya cenderung memiliki emisi karbon yang lebih tinggi karena pendapatan dan konsumsi cukup banyak mengikuti banyak hal. Hal itu menghalangi mereka berkontribusi secara positif," kata Moorcroft.
Orang-orang kaya juga lebih cenderung menghubungkan peningkatan konsumsi dengan kesejahteraan mereka. Misalnya, salah satu narasumber mengatakan ia tidak suka membeli barang bekas.
Akan tetapi, terlepas dari ketidakkonsistenan yang tampak ini, para peneliti mengatakan mereka bisa membantu percepatan perubahan positif dalam meningkatkan aksi iklim.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya