Sebelumnya, Pjs. General Manager Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang, Hendrik K. Sinaga menilai, PLTP lebih tahan terhadap krisis iklim dibandingkan dari sumber energi baru terbarukan (EBT) lainnya.
Misalnya, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
PLTP merupakan satu-satunya pembangkit listrik EBT base load.
Sebagai pembangkit listrik base load, PLTP bisa beroperasi secara terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
PLTP berkapasitas tinggi dapat menyuplai listrik kepada PLN secara stabil atau relatif tidak mudah terganggu faktor eksternal.
"Artinya, tidak naik turun. Sedangkan EBT lain seperti PLTS, PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu), dan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) akan dipengaruhi oleh cuaca, iklim. Ketika matahari redup, produksi listrik dari PLTS menjadi tidak stabil," ucap Hendrik, Kamis (6/11/2025).
"Jadi pembangkit EBT lain yang notabene produknya tidak stabil itu biasanya digunakan sebagai peak load saja. Sedangkan base load digunakan dalam jumlah besar karena produksinya stabil. Yang biasanya untuk base load ini PLTP dan PLTU (pembangkit listrik tenaga uap), untuk EBT itu hanya di PLTP," tambah dia.
Baca juga:
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya