Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bergantung Daur Ulang Saja Tak Cukup Atasi Sampah Plastik

Kompas.com - 06/07/2023, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Upaya daur ulang saja dinilai tidak cukup mengatasi masalah sampah plastik yang ada.

Pasalnya, produk plastik yang dapat didaur ulang hanya sebagian kecil saja, yakni sekitar sembilan hingga 12 persen dari yang diproduksi.

Hal tersebut disampaikan Pengkampanye Polusi dan Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Abdul Ghofar.

Baca juga: Danone Sasar Pengurangan Sampah Plastik Melalui Ekonomi Sirkular

“Bergantung pada daur ulang saja itu sama sekali tidak cukup, karena ada 90 persen plastik yang diproduksi itu berakhir mencemari lingkungan, dibakar, dan menjadi polusi udara, jadi emisi gas beracun, dan jadi mikroplastik yang tercecer ke mana-mana,” kata Ghofar kepada Antara, Selasa (4/7/2023).

Untuk itu, menurut Ghofar, daur ulang harus diiringi dengan upaya lain.

Dia mengatakan, pada 2022 negara-negara di dunia telah bersepakat membuat perjanjian untuk menangani masalah sampah plastik yang disebut Global Plastic Treaty.

Perjanjian tersebut merancang penanganan masalah sampah plastik dari hulu ke hilir. Di hulu, upaya yang didorong adalah pembatasan produksi plastik.

Baca juga: Wali Kota Batam Larang Gunakan Plastik untuk Daging Kurban karena Sulit Terurai

“Jenis plastik seperti polistirena, styrofoam, sachet, tas kresek, itu akan dilarang atau sudah dilarang di beberapa negara dan seharusnya dilarang di negara-negara lain juga termasuk Indonesia,” kata Ghofar.

“Mustahil kan mengatasi pencemaran kalau sumber pencemarannya tidak dibatasi,” sambungnya.

Sedangkan di tengah, perlu ada upaya untuk mendorong bisnis yang lebih ramah lingkungan, seperti mengganti kemasan sachet menjadi kemasan lain yang lebih mudah didaur ulang atau mudah terurai oleh alam.

“Pelaku usaha yang terlibat dalam mata rantai plastik baik sebagai material tunggal maupun kemasan produk, dia harus transisi untuk tidak lagi menggunakan jenis plastik tertentu seperti polistirena, sachet, multilayer sachet,” tuturnya.

Baca juga: Dunia Darurat Sampah Plastik Sekali Pakai

Sementara di hilir, perlu ada penguatan upaya untuk meningkatkan collection rate atau pengumpulan sampah plastik guna meningkatkan recycling rate atau tingkat daur ulang.

“Problem selama ini, orang bicara produknya bisa didaur ulang, tapi siapa yang mengumpulkan? siapa yang daur ulang? enggak dibicarakan,” ucap Ghofar.

“Makanya, di hilirnya, dinaikkan lagi collection rate dengan sistem retur misalnya, deposit, lalu naikkan angka recycle-nya,” yambahnya Ghofar.

Menurutnya, upaya-upaya tersebut harus dilakukan secara beriringan agar penanganan masalah sampah plastik dapat lebih efektif.

“Tiga layer itu (harus dilakukan). Kalau hanya satu layer, tidak akan menyelesaikan persoalan. Kalau cuma di hilir mengumpulkan dan daur ulang tapi produksinya enggak dibatasi dan pelaku usaha enggak berubah, ya, berat di hilirnya,” ucapnya.

Baca juga: Kita Olah Banderol Sampah Plastik hingga Rp 10.000 Per Kilogram

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com