Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

40,7 Persen Spesies Amfibi Terancam Punah karena Perubahan Iklim

Kompas.com - 05/10/2023, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – 40,7 persen spesies amfibi di seluruh dunia terancam punah karena perubahan iklim. Temuan tersebut disampaikan dalam penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal ilmiah Nature.

Menurut penelitian tersebut, amfibi yang sangat terancam berada di kawasan neotropik, wilayah yang membentang dari gurun Meksiko ke Amerika Selatan hingga zona subantarktika.

Persentase tertinggi spesies amfibi yang terancam terkonsentrasi di kepulauan Karibia, Mesoamerika, Andes Tropis, pegunungan dan hutan di Kamerun bagian barat dan Nigeria bagian timur, Madagaskar, Ghats Barat, Sri Lanka, serta China tengah dan selatan.

Baca juga: Penanggulangan Perubahan Iklim Perlu Fokus ke Desa Pesisir dan Pulau

Lebih dari 1.000 pegiat konservasi dan pakar bekerja sama dalam melakukan asesmen terhadap 8.011 spesies amfibi yang masuk dalam “Daftar Merah Spesies Terancam Punah” yang disusun oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).

Berdasarkan penilaian, salamander dan kadal air 60 persen terancam punah, katak dan kodok 39 persen terancam punah, serta amfibi tak berkaki 16 persen terancam punah.

Asesmen tersebut juga menunjukkan bahwa hingga 222 spesies amfibi mungkin sudah punah, sebagaimana dilansir Earth.org.

Di satu sisi, amfibi berperan penting dalam mengurangi jumlah serangga perusak tanaman dan hama penyakit.

Baca juga: Ketegangan Geopolitik Dunia Ancam Penanganan Perubahan Iklim

Karena sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, amfibi seringkali menjadi indikator kesehatan ekosistem.

Ketika katak dan spesies amfibi lainnya terancam, ini merupakan peringatan bahwa seluruh ekosistem berada dalam bahaya.

Katak juga merupakan spesies kunci, spesies yang menyatukan ekosistem. Dalam rantai makanan, mereka berperan sebagai predator dan mangsa.

Mereka adalah pengendali hama karena memangsa berbagai serangga seperti nyamuk dan lalat. Pada gilirannya, mereka juga menjadi makanan bagi hewan yang lebih besar seperti burung dan reptil.

Baca juga: Perubahan Iklim Pengaruhi Pariwisata, Wisatawan Diminta Ikut Peduli

Perubahan iklim

Di antara berbagai penyebab penurunan populasi amfibi, para peneliti mengidentifikasi perubahan iklim menjadi faktor terbesarnya. Perubahan iklim bertanggung jawab atas 39 persen penurunan populasi amfibi sejak 2004.

Selain itu, hilangnya habitat juga berkontribusi besar terhadap 37 persen penurunan populasi amfibi. Kehilangan habitat tersebut seperti alihfungsi lahan, kegiatan pertanian, penebangan kayu, serta pembangunan infrastruktur.

Amfibi sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, salah satunya karena mereka bernapas melalui kulitnya,” kata Kelsey Neam, ahli konservasi dari Re:wild sekaligus salah satu penulis dalam penelitian tersebut.

Berbagai dampak dari perubahan iklim seperti meningkatnya cuaca ekstrem, perubahan kelembapan dan suhu, kenaikan permukaan laut, dan kebakaran membuat amfibi kehilangan tempat untuk berkembang biak.

Baca juga: Mayoritas Partai Politik Kurang Serius Sikapi Perubahan Iklim

“(Berbagai dampak itu menyebabkan) peningkatan angka kematian, degradasi habitat, dan pergeseran habitat yang mengakibatkan mempersulit amfibi untuk menemukan tempat tinggal yang cocok,” tambah Neam.

Upaya konservasi besar-besaran terhadap kelangsungan hidup amfibi perlu dilakukan untuk mencegah merosotnya populasi mereka.

Koordinator otoritas daftar merah IUCN Amphibian Specialist Group Jennifer Luedtke menyampaikan, amfibi adalah sekutu manusia dalam memahami kesehatan planet Bumi.

“Ketika kita melindungi amfibi, kita melindungi dan memulihkan ekosistem darat dan perairan. Kita menjaga keanekaragaman genetik di planet kita dan kita berinvestasi untuk masa depan di mana semua kehidupan,” ucap Luedtke.

Baca juga: Kurang dari Separuh Warga Asia Tenggara Yakini Perubahan Iklim Ancaman Serius Bagi Negara

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

WIKA Luncurkan Platform WISE, Komitmen Perkuat Tata Kelola ESG

WIKA Luncurkan Platform WISE, Komitmen Perkuat Tata Kelola ESG

BUMN
Pakai Kapal Canggih, OceanX Bakal Eksplorasi Lautan Indonesia

Pakai Kapal Canggih, OceanX Bakal Eksplorasi Lautan Indonesia

Pemerintah
Sejak Perjanjian Paris, Bank Masih Gelontorkan Rp 110 Kuadriliun ke Industri Energi Fosil

Sejak Perjanjian Paris, Bank Masih Gelontorkan Rp 110 Kuadriliun ke Industri Energi Fosil

Pemerintah
Model 'Community-Supported Agriculture', Solusi 'Food Loss and Waste'

Model "Community-Supported Agriculture", Solusi "Food Loss and Waste"

Pemerintah
BW Kehati Data Keanekaragaman Hayati di Perkotaan

BW Kehati Data Keanekaragaman Hayati di Perkotaan

Pemerintah
Gelombang Panas di Filipina Tak Mungkin Terjadi Tanpa Krisis Iklim

Gelombang Panas di Filipina Tak Mungkin Terjadi Tanpa Krisis Iklim

LSM/Figur
IPA Convex 2024 Digelar, Jadi Momentum Ketahanan Energi Berkelanjutan

IPA Convex 2024 Digelar, Jadi Momentum Ketahanan Energi Berkelanjutan

Swasta
BRIN: Indonesia Terlindungi dari Gelombang Panas karena Awan

BRIN: Indonesia Terlindungi dari Gelombang Panas karena Awan

Pemerintah
Pemberdayaan Perempuan Jadi Kunci Atasi Kemiskinan Ekstrem

Pemberdayaan Perempuan Jadi Kunci Atasi Kemiskinan Ekstrem

Pemerintah
60 Inovator ASEAN Blue Economy Innovation Bakal Dapat 40.000 Dollar AS

60 Inovator ASEAN Blue Economy Innovation Bakal Dapat 40.000 Dollar AS

Pemerintah
Groundbreaking Proyek RDF, WIKA Siap Reduksi Sampah 2.500 Ton per Hari

Groundbreaking Proyek RDF, WIKA Siap Reduksi Sampah 2.500 Ton per Hari

BUMN
Potensi Devisa Rp 1,3 Triliun, Oleh-oleh Sandiaga dari UEA dan Korsel

Potensi Devisa Rp 1,3 Triliun, Oleh-oleh Sandiaga dari UEA dan Korsel

Pemerintah
Komnas Perempuan Minta Pemerintah Bentuk Pemantau Femisida

Komnas Perempuan Minta Pemerintah Bentuk Pemantau Femisida

Pemerintah
Dicari, Inovator di 10 Negara ASEAN dan Timor Leste untuk Proyek Blue Economy

Dicari, Inovator di 10 Negara ASEAN dan Timor Leste untuk Proyek Blue Economy

Pemerintah
Konsisten Berdayakan Peternak Sapi, Human Initiative Torehkan Jejak Manis di NTT

Konsisten Berdayakan Peternak Sapi, Human Initiative Torehkan Jejak Manis di NTT

Advertorial
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com