Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/12/2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sepanjang 2023, dunia menghadapi berbagai fenomena akibat perubahan iklim. Tahun ini juga terjalin kerja sama penting untuk penguatan perlawanan pemanasan global.

Dunia tidak boleh diam saja saat krisis iklim makin menjadi dan semakin mengancam kehidupan semua makhluk di Bumi.

Dilansir dari Earth.org, berikut lima kabar besar mengenai perubahan iklim sepanjang 2023.

Baca juga: Apa Saja yang Dikatakan Capres-Cawapres soal Perubahan Iklim dan Transisi Energi?

1. 2023 diprediksi jadi tahun terpanas

Tahun 2023, Bumi diprediksi mengalami tahun terpanasnya sepanjang sejarah, di mana suhu rata-rata tahunan lebih tinggi 1,4 derajat celsius dibandingkan masa praindustri.

Tahun 2023 pula, suhu Bumi diperkirakan 0,13 derajat celsius lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahun 2016 sebagai pemegang rekor tahun terpanas sebelumnya.

Bahkan, bulan Juli tahun ini sudah dinobatkan sebagai bulan terpanas dalam sejarah. Sepanjang Juli, lebih dari 6,5 miliar orang menghadapi panas ekstrem yang disebabkan perubahan iklim.

Suhu rata-rata global antara Juni hingga Agustus tercatat 16,77 derajat celsius. Suhu ini 0,66 derajat celsius di atas rata-rata tahun 1990-2020.

Baca juga: Siapa Capres-Cawapres yang Fokus Bahas Perubahan Iklim dan Transisi Energi?

2. COP28 sepakati transisi dari energi fosil

Sesi pleno COP28 di Dubai pada Rabu (13/12/2023). Negara-negara mengadopsi perjanjian iklim yang  menyerukan dunia untuk bertransisi dari bahan bakar fosil. AFP/GIUSEPPE CACACE Sesi pleno COP28 di Dubai pada Rabu (13/12/2023). Negara-negara mengadopsi perjanjian iklim yang menyerukan dunia untuk bertransisi dari bahan bakar fosil.

KTT iklim COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), berakhir pada 13 Desember. Para perwakilan dari hampir 200 negara sepakat untuk bertransisi dari bahan bakar fosil.

Frasa yang disepakati dalam keputusan tersebut adalah: bertransisi dari bahan bakar fosil ke dalam sistem energi, dengan cara yang adil, bertahap, dan merata sehingga dapat mencapai nol emisi pada 2050 sesuai dengan sains.

Meskipun perjanjian tersebut tidak mewajibkan dunia untuk menghentikan penggunaan batu bara, minyak, dan gas perjanjian tersebut tetap menyerukan negara-negara untuk berkontribusi dalam transisi.

Hal ini menandai pertama kalinya seluruh bahan bakar fosil, penyebab utama krisis iklim, menjadi sasaran perjanjian COP.

Presiden COP28 Sultan Al Jaber menyebut kesepakatan itu bersejarah. Akan tetapi, dia menegaskan keberhasilan sebenarnya dari kesepakatan tersebut terletak pada implementasinya.

Baca juga: Tahukah Anda? Gajah Afrika Berperan Penting Lawan Perubahan Iklim

3. Laut alami suhu panas ekstrem

Lautan mengalami rata-rata suhu terpanasnya sepanjang 2023. Rekor suhu harian dipecahkan setiap hari dari tanggal 31 Juli hingga 31 Agustus.

Menurut penelitian yang didukung Uni Eropa dan diterbitkan pada Oktober, peningkatan pesat suhu laut dan permukaan air akibat perubahan iklim mempunyai dampak luas terhadap kehidupan laut dan sistem cuaca global..

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com