Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/01/2024, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Setiap momen pergantian tahun, perayaan tahun baru identik dengan pesta kembang api.

Mulai dari perayaan skala besar hingga paling kecil seperti individu, menyalakan kembang api membuat perayaan tahun baru menjadi semarak.

Akan tetapi, meski indah dipandang, kembang api memiliki dampak buruk terhadap manusia, hewan, dan lingkungan.

Baca juga: Meriahnya Pesta Kembang Api di Solo, Bersamaan Saat Anoman Membakar Alengka

Dilansir dari BBC Science Focus, saat kembang api meletus di udara, ledakannya mengeluarkan campuran bahan kimia ke atmosfer.

Banyak di antara bahan kimia tersebut dapat membahayakan manusia dan lingkungan.

Warna-warni yang cerah dalam kembang api berasal dari senyawa logam seperti barium atau aluminium yang dapat berdampak negatif pada kesehatan hewan dan manusia.

Kembang api juga mengeluarkan kepulan asap halus dan partikel, sehingga mempengaruhi kualitas udara setempat.

Baca juga: Pesta Kembang Api di Ancol Selesai, Motor Antre 1 Kilometer untuk Keluar

Dampak kembang api terhadap udara

IlustrasiSHUTTERSTOCK Ilustrasi

Bahan-bahan kimia dari kembang api tidak hilang begitu saja ketika terbakar, sebagaimana dilansir Earth.org.

Ketika terbakar dan meledak di atmosfer, kembang api melepaskan sejumlah kontaminan yang memengaruhi kualitas udara.

Beberapa kontaminan dalam kembang api seperti karbon dioksida, karbon monoksida, nitrogen, sulfur dioksida, dan particulate matter (PM).

Kabut dari ledakan kembang api dihasilkan oleh PM, kombinasi zat padat dan cair berukuran sangat kecil yang ditemukan di udara.

Yang paling berbahaya adalah PM2.5, partikel halus yang dapat terhirup dengan diameter 2,5 mikrometer atau lebih kecil.

Baca juga: Sorak-sorai Lengkapi Kemeriahan Pesta Kembang Api Tahun Baru 2024 di Ancol

Zat ini dianggap sebagai polutan udara yang berbahaya karena kemampuannya memengaruhi paru-paru dan jantung manusia.

Selain itu menimbulkan polusi udara yang ikut menyebabkan kerusakan lingkungan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com