Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Tahun Bank Sampah Unsyiah Aceh, Sulap Limbah Jadi Rupiah

Kompas.com - 11/01/2024, 16:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menangani permasalahan sampah yang kian membuat resah, Universitas Syiah Kuala di Aceh, meminta masyarakat bergerak untuk mengatasi masalah ini. Salah satu caranya dengan melalui Bank Sampah Unsyiah atau biasa disebut BSU. 

Kehadiran BSU tidak hanya berdampak baik bagi lingkungan, namun juga limbah-limbah sampah tersebut bisa diubah menjadi berkah. 

Ketua Bank Sampah Unsyiah Rama Herawati menjelaskan, banyak relawan yang didominasi mahasiswa turut memberikan edukasi kepada masyarakat, terkait penyortiran sampah dan mempromosikan keberadaan bank sampah.

Baca juga:

Menurutnya, dibutuhkan edukasi sejak dini untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada di masyarakat.

"Permasalahan kita sebenarnya di Indonesia itu adalah sampah organik. Ini sebetulnya tidak jadi masalah, sampah organik kalau diselesaikan dengan cepat, ini akan menjadi emas, ini akan menjadi vitamin-vitamin tanah kita. tidak perlu ada kimia, campuran kimia," ujar Herawati, dikutip dari Antara, Kamis (11/1/2024). 

Lebih lanjut, kata dia, total 70 persen sampah yang diproduksi merupakan sampah organik. Seandainya sampah tersebut dipilah dari awal, dari sumbernya, urusan sampah tentu tidak akan menimbulkan masalah lagi.

Hasilkan rupiah

Sistem pengolahan sampah di Bank Sampah Unsyiah, Aceh. Dok. Antara Sistem pengolahan sampah di Bank Sampah Unsyiah, Aceh.
Rama berharap, BSU yang sudah diiniasi sejak 2019 lalu dapat menjadi cara mengatasi permasalahan sampah. Salah satunya menangani kapasitas sampah yang sudah melebihi kapasitas tempat pembuangan akhir (TPA) di setiap daerah.

"11 unit sampah dapat dibawa ke BSU, mulai dari limbah rumah tangga, plastik, kertas, besi tua, wadah plastik, hingga beberapa jenis sampah lainnya," ujar dia. 

Baca juga: Berapa Lama Sampah dapat Terurai?

Untuk pengolahan sampah di BSU, nasabah diwajibkan memilah sampah terlebih dahulu dengan memisahkan sampah organik dengan plastik.

Selanjutnya, sampah akan ditimbang sesuai jenisnya, dan uang dapat dicairkan jika telah mencapai nominal Rp 50.000.

"Saat ini BSU sendiri telah memiliki ratusan nasabah aktif dari berbagai kalangan, di antaranya perkantoran, pondok pesantren, hingga mahasiswa," tutur Herawati. 

Setiap bulannya, BSU mampu mengelola sekitar 20.000 ton berbagai jenis sampah, baik dari Kota Banda Aceh maupun Kabupaten Aceh Besar.

 Baca juga: Potret Sampah 6 Kota, Ini Paparan Litbang Kompas dan Net Zero Waste Management Consortium

 

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com