Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai TBC Laten, Ini Kelompok yang Rentan Tertular

Kompas.com - 06/03/2024, 20:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Jakarta Faiza Hatim mengimbau masyarakat mewaspadai bahaya tuberkulosis (TBC) laten yang bisa timbul tanpa gejala.

TBC laten merupakan kondisi di mana sistem pertahanan tubuh tidak mampu mengeliminasi kuman TBC secara sempurna.

Dalam TBC laten, sistem pertahanan tubuh mampu mengontrol sehingga kuman yang menginfeksi seakan tidur namun bisa bangkit kembali saat daya tahan tubuh melemah.

Baca juga: Begini Perbedaan Batuk Pneumonia, Asma, dan TBC pada Anak Menurut Ahli

"Benar ya, ada yang namanya infeksi TBC laten. Infeksi TBC laten umumnya ditemukan di individu-individu yang berisiko tinggi," kata Faiza, sebagaimana dilansir Antara, Rabu (6/3/2024)

Dia mengatakan, TBC laten umumnya dialami oleh kelompok berisiko tinggi seperti petugas kesehatan.

Selain itu, TBC laten juga bisa dialami orang-orang di rumah yang melakukan kontak erat dengan pasien TBC serta penghuni rumah yang sama.

Risiko juga bisa terjadi bila penghuni rumah ada pasien yang melakukan cuci darah secara rutin, penderita diabetes, serta anak dengan usia di bawah lima tahun.

Orang-orang berisiko tersebut, kata dia, diketahui melalui investigasi kontak yang dilakukan pada saat berobat.

Baca juga: Setiap Harinya, 385 Pasien TBC di Indonesia Meninggal Dunia

Faiza mengimbau masyarakat yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC untuk memeriksakan diri ke puskesmas terdekat.

Mereka perlu menjalani tes tuberkulin untuk mengetahui adanya TBC laten dalam tubuh. Jika positif, mereka bisa mendapat penanganan penyakit engan segera.

Tes tuberkulin, katanya, merupakan tes yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat ke bagian bawah kulit sampai membentuk benjolan yang kemudian dianalisis oleh dokter 48 jam kemudian.

"Nanti akan dilihat apakah ukurannya lebih dari 5 cm atau lebih dari 10 cm, itu nanti interpretasinya juga berbeda pada kelompok orang tertentu," ujar Faiza.

"Kalau misalnya memang orang yang ada kontak erat (dengan pasien TBC), dia dengan ukuran yang 5 cm benjolannya sudah bisa kita nyatakan ada TBC laten," sambungnya.

Baca juga: Informasi Obat Pencegah TBC Diluncurkan, Jurus WHO Tekan Kasus Global

Hal yang harus ditekankan, ungkap Faiza, TBC laten itu tidak bergejala.

"Jadi kalau misalnya memang pasien ada gejala, kita tidak boleh melakukan tes tuberkulin," paparnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia berkomitmen meningkatkan sistem deteksi dini TBC hingga mencapai 900.000 pada 2024 dari angka perkiraan kasus TBC di Indonesia sekitar satu juta kasus.

Dia menilai eliminasi TBC akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Budi menuturkan, Kementerian Kesehatan berkolaborasi dengan masyarakat dan kader kesehatan menyaring 2,2 juta populasi berisiko tinggi TBC.

"Kami melibatkan masyarakat untuk membentuk TBC Army, sebuah komunitas terlatih bagi para penyintas TBC yang membantu mendeteksi dan mengawasi pasien multidrug-resistant tuberculosis," ujarnya.

Baca juga: Komitmen Indonesia Lawan TBC, Buat Komunitas Bantu Penyintas

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com