Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penggunaan AI Berpotensi Sebabkan Dunia Dibanjiri Limbah Elektronik

Kompas.com - 30/10/2024, 19:33 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber RFI

KOMPAS.com - Peneliti memperingatkan penggunaan kecerdasan buatan (AI) dapat menyebabkan peningkatan besar sampah elektronik (e-waste) yang memperburuk krisis sampah beracun global.

Pertumbuhan eksplosif AI yang menciptakan konten seperti teks, gambar, audio, dan data sintesis ini diperkirakan akan menambah hingga 5 juta ton per tahun pada 2030 sampah elektronik.

Peningkatan sampah elektronik ini disebabkan oleh perluasan pesat aplikasi AI dan pusat data, yang menuntut peningkatan produksi perangkat keras komputasi berkinerja tinggi secara berkala.

Baca juga:

Mengutip RFI, Rabu (30/10/2024) siklus hidup yang pendek untuk prosesor dan peralatan penyimpanan canggih berarti perangkat bakal sering diganti untuk memenuhi permintaan yang meningkat. Hal ini mengakibatkan lonjakan barang elektronik yang dibuang.

Jika tidak ditangani, peneliti memperingatkan bahwa sampah elektronik dapat meningkat, yang selanjutnya berkontribusi terhadap polusi lingkungan di seluruh dunia.

Sumber Daya Intensif

Model AI generatif memerlukan server, prosesor, dan solusi penyimpanan yang kuat agar dapat beroperasi secara efektif.

Seiring dengan perusahaan teknologi besar yang berlomba-lomba mengembangkan model dan perangkat keras yang lebih canggih, hal tersebut akan membuat limbah elektronik dari peralatan yang dibuang semakin menumpuk.

Limbah elektronik dari AI generatif pun diperkirakan dapat mencapai antara 1,2 dan 5 juta metrik ton per tahun pada tahun 2030, peningkatannya seribu kali lipat dari tingkat saat ini.

Para peneliti menyebut bahwa lonjakan limbah ini sebagian besar terkait dengan aplikasi seperti ChatGPT, yang berjalan pada perangkat keras dengan masa pakai yang diharapkan hanya dua hingga lima tahun.

Selain itu, limbah elektronik terkait AI sering kali mengandung bahan berbahaya seperti timbal, kromium, dan merkuri, yang menimbulkan risiko kesehatan dan lingkungan yang serius jika tidak dikelola dengan baik. Secara global, hanya lebih dari 12 persen limbah elektronik yang didaur ulang.

Baca juga:

Menuju Ekonomi Sirkular

Untuk mengatasi meningkatnya gelombang limbah elektronik, para peneliti merekomendasikan untuk bergerak menuju ekonomi sirkular dengan memperpanjang masa pakai perangkat keras, membuat ulang komponen, dan mendaur ulang bahan dari perangkat lama.

Menerapkan praktik-praktik ini dapat mengurangi limbah elektronik terkait AI hingga 86 persen.

Asaf Tzachor, salah satu penulis studi dari Reichman University, Israel mengatakan memperpanjang masa pakai teknologi dengan menggunakan peralatan lebih lama adalah salah satu cara paling efektif untuk mengurangi limbah elektronik.

“Memperbarui dan menggunakan kembali komponen juga dapat memainkan peran penting, seperti halnya merancang perangkat keras dengan cara yang membuatnya lebih mudah untuk didaur ulang dan ditingkatkan,” kata Tzachor.

“Bagi perusahaan dan produsen, mengambil tanggung jawab atas dampak lingkungan dan sosial dari produk mereka sangatlah penting. Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa teknologi yang kita andalkan tidak mengorbankan kesehatan manusia dan planet ini,” ungkap Tzachor lagi.

Baca juga:

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Sony akan Pangkas Emisi Rantai Pasokan Sebesar 25 Persen dalam Lima Tahun
Sony akan Pangkas Emisi Rantai Pasokan Sebesar 25 Persen dalam Lima Tahun
Swasta
Dukungan Aksi Iklim Sering Diremehkan, Bisa Hambat Perubahan Penting
Dukungan Aksi Iklim Sering Diremehkan, Bisa Hambat Perubahan Penting
LSM/Figur
Inisiatif Bank DBS Bantu Indonesia Hadapi Tantangan Sosial Ekonomi, dari Siapkan Talenta Digital hingga Dukung Wirausaha
Inisiatif Bank DBS Bantu Indonesia Hadapi Tantangan Sosial Ekonomi, dari Siapkan Talenta Digital hingga Dukung Wirausaha
BrandzView
Masyarakat Adat Enggros Papua Mulai Budi Daya Ikan Nila di Air Laut
Masyarakat Adat Enggros Papua Mulai Budi Daya Ikan Nila di Air Laut
LSM/Figur
Menteri LH: Emisi Energi Naik hingga 2035, Pertambangan Mutlak Berkelanjutan
Menteri LH: Emisi Energi Naik hingga 2035, Pertambangan Mutlak Berkelanjutan
Pemerintah
Kakatua Tanimbar, Spesies Cerdas Asal Maluku yang Populasinya Kian Terancam
Kakatua Tanimbar, Spesies Cerdas Asal Maluku yang Populasinya Kian Terancam
Pemerintah
IPB dan Kemenhut Bangun Pusat 'Bayi Tabung' untuk Satwa Liar yang Terancam Punah
IPB dan Kemenhut Bangun Pusat "Bayi Tabung" untuk Satwa Liar yang Terancam Punah
Pemerintah
Krisis Iklim, PLTS Berpotensi Kurangi Emisi 6 Juta Ton CO2 per Tahun
Krisis Iklim, PLTS Berpotensi Kurangi Emisi 6 Juta Ton CO2 per Tahun
LSM/Figur
Aliansi PKTA Desak Hentikan Kekerasan pada Anak, Soroti Meninggalnya Pelajar dalam Aksi 29 Agustus
Aliansi PKTA Desak Hentikan Kekerasan pada Anak, Soroti Meninggalnya Pelajar dalam Aksi 29 Agustus
LSM/Figur
Kemenhut-IPB Kembangkan Teknologi Reproduksi untuk Konservasi Satwa Dilindungi
Kemenhut-IPB Kembangkan Teknologi Reproduksi untuk Konservasi Satwa Dilindungi
Pemerintah
Proyek PLTS untuk Koperasi Merah Putih, IESR Ingatkan Risiko Mangkrak
Proyek PLTS untuk Koperasi Merah Putih, IESR Ingatkan Risiko Mangkrak
LSM/Figur
Limbah Usaha Kuliner Jadi PR Atasi Pencemaran Sungai Ciliwung
Limbah Usaha Kuliner Jadi PR Atasi Pencemaran Sungai Ciliwung
Pemerintah
Pelanggaran HAM Kebun Sawit, Kriminalisasi hingga Ancaman Keselamatan
Pelanggaran HAM Kebun Sawit, Kriminalisasi hingga Ancaman Keselamatan
Pemerintah
AQUA dan InJourney Perkuat Komitmen Wujudkan Wisata Sehat dan Berkelanjutan
AQUA dan InJourney Perkuat Komitmen Wujudkan Wisata Sehat dan Berkelanjutan
BrandzView
Indonesia Tertinggal dalam Pengembangan PLTS Dibanding Negara Tetangga
Indonesia Tertinggal dalam Pengembangan PLTS Dibanding Negara Tetangga
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau