Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/06/2023, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Upaya perlawanan pemanasan global dan krisis iklim terus digaungkan. Salah satunya adalah mengurangi emisi karbon dari sektor ketenagalistrikan.

Saat ini, sektor ketenagalistrikan di Indonesia menyumbang sekitar 40 persen dari total emisi karbon. Indonesia sendiri menargetkan dapat mencapai nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) pada 2060.

Pada 2022, Indonesia mendapatkan komitmen pendanaan dalam skema Just Energy Transition Partnership (JETP) dan ditargetkan dapat mencapai NZE pada 2050.

Baca juga: Pembatalan PLTU Batu Bara Efektif Pangkas Emisi, Ini Alasannya

Salah satu upaya mencapai emisi nol karbon dari ketenagalistrikan adalah menerapkan pensiun dini terhadap pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.

Dalam, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik, Indonesia memberi ruang bagi PLTU masih dapat beroperasi hingga 2050.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Akan tetapi, desakan untuk melakukan pensiun dini bagi sejumlah PLTU batu bara terus digaungkan oleh sejumlah pihak.

Sebagai langkah awal, lembaga think tank Institute for Essential Services Reform (IESR) telah mengkaji daftar PLTU batu bara yang bisa dipensiunkan lebih dini, antara 2022 hingga 2030.

Baca juga: Taksonomi Terbaru ASEAN Diluncurkan, Dukung Penutupan PLTU

Kajian tersebut disusun IESR atas kerja sama dengan University of Maryland (UMD) dengan judul Financing Indonesia’s coal phase-out: A just and accelerated retirement pathway to net-zero.

Berdasar kajian tersebut, ada 12 PLTU batu bara yang bisa dipensiunkan sedini mungkin antara 2022 hingga 2023.

Pasalnya, ke-12 PLTU batu bara ini masuk kategori low hanging fruits (LHF) karena secara teknis, ekonomi, dan dampak lingkungan, dinilai sangat buruk.

Berikut 12 PLTU batu bara yang bisa dipensiunkan dini tahun ini.

  1. Bangka Baru di Bangka-Belitung dengan kapasitas 60 megawatt (MW) (subcritical)
  2. Banten Suralaya di Banten dengan kapasitas 1.600 MW (subcritical)
  3. Merak di Banten dengan Kapasitas 120 MW (subcritical)
  4. Cilacap Sumber di Jawa Tengah dengan kapasitas 600 MW (subcritical)
  5. PLN Paiton di Jawa Timur dengan kapasitas 800 MW (subcritical)
  6. Tarahan di Lampung dengan kapasitas 100 MW (subcritical)
  7. Asam-Asam di Kalimantan Selatan dengan kapastas 260 MW (subcritical)
  8. Tabalog di Kalimantan Selatan dengan kapasitas 200 MW (subcritical)
  9. Tabalong Wisesa di Kalimantan Selatan dengan kapasitas 60 MW (circulating fluidized bed atau CFB)
  10. Bukit Asam Muara Enim di Sumatera Selatan dengan kapasitas 260 MW (subcritical)
  11. Cikarang Babelan di Jawa Barat dengan kapasitas 280 MW (subcritical)
  12. Ombilin di Sumatera Barat dengan kapasitas 200 MW (subcritical)

Baca juga: 50 Persen Listrik ASEAN Dipasok PLTU, Pensiun Dini Perlu Dikebut

Sebabkan risiko kesehatan

Dala 12 PLTU batu bara tersebut terdapat 30 unit pembangkit dengan total kapasitas terpasang 4,5 gigawatt (GW).

Menurut kajian IESR, beberapa PLTU batu bara itu dipensiunkan dini karena usianya yang menua dan sudah mencapai umur ekonomisnya.

Contohnya adalah Banten Suralaya dan PLN Paiton di sistem Jawa-Madura-Bali, Bukit Asam Muara Enim untuk sistem Sumatera, serta Asam-asam di sistem Kalimantan.

Sebagian lainnya menyebabkan masalah kualitas udara dan menimbulkan risiko kesehatan bagi masyarakat.

Contohnya PLTU Cilacap dan Ombilin yang sempat dikeluhkan warga karena adanya fly ash bottom ash (FABA) yang diketahui menyebabkan gangguan pernapasan.

Dengan memensiunkan ke-12 PLTU batu bara tersebut dapat mengurangi emisi sebesar 28,8 megaton karbon dioksida per tahun.

Selain itu memensiunkan ke-12 PLTU batu bara juga dapat membantu meningkatkan kualitas udara, kesehatan masyarakat, keamanan air, dan lain-lain.

Baca juga: PLTU Kawasan Industri Dinilai Hambat Indonesia Tarik Investasi Hijau

Pembatalan proyek PLTU

Tak hanya memensiunkan PLTU batu bara dalam waktu dekat, pembatalan proyek PLTU batu bara juga dirasa perlu untuk menekan emisi karbon.

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa dalam peluncuran laporan Delivering Indonesia’s Power Sector Transition di Jakarta pada Selasa (30/5/2023) menuturkan, pembatalan proyek PLTU batu bara menjadi cara paling cerdas untuk memangkas emisi dari sektor keenergian di Indonesia.

 

Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PPLN masih mengakomodasi 13,8 GW proyek PLTU batu bara.

Proyek-proyek tersebut kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori yakni proyek bernilai tinggi sebesar 2,92 GW, proyek bernilai sedang 0,2 GW, dan proyek bernilai rendah 10,6 GW.

Proyek bernilai tinggi dapat dilakukan pembatalan dengan pertimbangan ketidakjelasan capaian perkembangan, baik secara progres maupun status.

Sementara proyek bernilai sedang dan rendah dapat diberlakukan opsi penghentian operasi lebih dini setelah 20 tahun beroperasi.

Jika dibatalkan, proyek PLTU batu bara tersebut hanya berdampak minimal terhadap stabilitas dan keterjangkauan pasokan dan jaringan listrik serta dapat menghindari sekitar 295 juta ton emisi karbon dioksida.

Baca juga: Hutama Karya Gelar Aksi Bersih-bersih, Libatkan Pekerja PLTU 9-10

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Perusahaan Sawit Didenda Rp 282 Miliar Atas Kasus Kebakaran Lahan
Perusahaan Sawit Didenda Rp 282 Miliar Atas Kasus Kebakaran Lahan
Pemerintah
KKP Targetkan Produksi Ikan Naik Usai Revitalisasi Tambak Pantura
KKP Targetkan Produksi Ikan Naik Usai Revitalisasi Tambak Pantura
Pemerintah
DLH Jabar Denda Rp 3,5 Miliar Perusahaan yang Cemari Sungai Citarum
DLH Jabar Denda Rp 3,5 Miliar Perusahaan yang Cemari Sungai Citarum
Pemerintah
Kemenhut Dapat Dana Rp 4,93 Triliun, Terbesar untuk Konservasi SDA dan Ekosistem
Kemenhut Dapat Dana Rp 4,93 Triliun, Terbesar untuk Konservasi SDA dan Ekosistem
Pemerintah
Cegah Banjir di Jabodetabek, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca 24 Jam
Cegah Banjir di Jabodetabek, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca 24 Jam
Pemerintah
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Swasta
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
BUMN
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Pemerintah
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Pemerintah
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
LSM/Figur
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
LSM/Figur
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Pemerintah
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau