Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/07/2023, 13:00 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

“Sebenarnya dulu pernah ada perintah dari pimpinan untuk dikaji semua potensi gas rawa se-Jateng. Tapi belum selesai, terus ada pandemi Covid-19. Prioritas anggaran ke sana. Akhirnya, sampai sekarang belum semuanya (terpetakan). Nah, ini kebetulan di Jateng sudah ada Brida. Untuk kajian-kajian ini sebaiknya memang di sana. Mereka expert-nya,” beber Eni.

Meski demikian, Dinas ESDM tetap membutuhkan peran serta dari masyarakat dalam melaporkan temuan potensi gas rawa untuk dapat ditindaklanjuti.

Prosedur pelaporan cukup gampang. Warga bisa melapor lewat Pemdes setempat atau menghubungi Kantor Cabang Dinas ESDM terdekat. Di Jateng, ada 12 cabang Dinas ESDM.

Tentang gas rawa

Manager Program Akses Energi Berkelanjutan Institute for Essential Services Reform (IESR) Marlistya Citraningrum  menerangkan, gas rawa (marsh gas atau swamp gas) adalah hasil dekomposisi senyawa organik yang umumnya ditemui di lapisan tanah dangkal. Oleh karenanya, gas ini telah jamak disebut juga sebagai biogenic shallow gas.

Bahan gas rawa sebenarnya sama dengan bahan pembentukan minyak dan gas alam. Hanya, kata dia, dua sumber energi yang terakhir itu terbentuk karena ada tekanan dan suhu tinggi pulua.

Gas rawa umumnya disebut biogenic, yakni hasil dekomposisi bakteri. Sedangkan minyak dan gas alam itu thermogenic, ada faktor suhu dan tekanan,” jelas Citra saat dimintai informasi.

Dia menyebut, komposisi utama gas rawa adalah metana (umumnya lebih dari 95 persen), sehingga bisa digunakan sebagai bahan bakar.

Karena terletak di permukaan, sangat mungkin gas rawa ini "terlepas" ke atmosfer dan tidak terakumulasi dalam jumlah besar. Itu berbeda dengan minyak dan gas alam yang terletak lebih dalam.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar gas rawa bisa dimanfaatkan secara optimum di suatu lokasi. Pertama, pengumpulan volume dilakukan secara signifikan karena letaknya tersebar.

Kedua, perlu dimurnikan jika terdapat kandungan impurities yang tinggi, misalnya uap air. Ketiga, diubah tekanannya atau ditinggikan sehingga bisa disalurkan.

Menurut Citra, prinsip kerjanya mirip dengan jaringan gas kota (jargas).

“Jika prasyarat di atas tidak terpenuhi, sulit menjadikan gas rawa sebagai sumber energi pengganti elpiji yang sifatnya komunal dan biasanya cenderung sulit pula digunakan individu. Untuk level individu atau beberapa KK di arean yang memang memiliki banyak ternak, biogas dari kotoran hewan atau sampah organik bisa jadi lebih efektif (dikembangkan) dan sekaligus menyelesaikan persoalan limbah,” pendapat Citra.

Baca juga: Wujudkan Pilar ke-7 SDGs, LSPR dan Panasonic Pasang Panel Surya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com