JAKARTA, KOMPAS.com - Kulit bayi masih sangat sensitif. Bahkan goresan kecil pun dapat menyebabkan luka dan meninggalkan bekas pada kulitnya.
Namun demikian, jangan khawatir. Pada dasarnya luka dapat sembuh dan menghilang. Beberapa jenis luka mungkin cepat hilang. Tapi tak jarang, beberapa jenis lainnya meninggalkan bekas yang tak sedap dipandang.
Setiap jenis luka membutuhkan langkah penanganan yang berbeda. Oleh karena itu, dr Sally Palit Sp.A dari RS Lira Medika Karawang menyarankan agar Ayah-Bunda mengetahui jenis luka pada kulit bayi.
Misalnya saja luka cakar. Sally mengatakan, bayi kerap mencakar kulit tubuhnya sendiri tanpa sengaja. Jika hal ini terjadi, Ayah dan Bunda tak perlu panik. Luka ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Baca juga: Waspada, Perempuan Anemia Berisiko Tinggi Lahirkan Bayi Stunting
Lain halnya apabila luka pada kulit bayi timbul akibat tertusuk benda tajam atau gigitan hewan berbahaya. Ayah-Bunda perlu membersihkan luka Si Kecil terlebih dahulu dengan air mengalir dan sabun. Setelah itu, segera bawa bayi ke pusat kesehatan terdekat.
“Tapi kalau misalnya luka-luka yang lain kayak misal luka tusuk, itu tata laksana awal di rumah harus dibersihkan dengan air mengalir dan menggunakan sabun dan segera ke pusat kesehatan terdekat,” kata Sally melalui Live Instagram Doodle Exclusive Baby Care.
Sally menuturkan, waktu penyembuhan luka berbeda, tergantung dari jenisnya. Luka pada kulit bayi bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari goresan benda tajam, bekas gigitan binatang, alergi, penyakit kulit, dan sebagainya.
Bukan hanya itu, penyembuhan luka juga dipengaruhi oleh seberapa dalam lapisan kulit yang rusak. Semakin dalam lapisan kulit yang terkena, maka penyembuhan lukanya menjadi lebih lama. Selain itu, semakin dalam lapisan kulit yang rusak, maka risiko timbulnya bekas luka pun semakin besar.
Baca juga: Tak Hanya Fisik, Gangguan Mental Ibu Berpotensi Sebabkan Bayi Stunting
“Contohnya kalau luka robek atau tusuk dalam. Itu kalau dia kena semakin dalam, itu pasti akan lebih susah untuk sembuh, lebih lama. Dan memang untuk bekasnya, pasti lebih berbekas dibandingkan misalnya luka gigitan binatang atau nyamuk,” ucap Sally.
Menghilangkan Bekas Luka pada Kulit Bayi
Luka-luka tersebut terkadang meninggalkan bekas terutama jika lapisan kulit yang terkena luka lebih dalam. Bekas luka juga bisa semakin parah saat anak menggaruk area sekitar luka. Karena itu, Sally menyarankan agar orang tua mengoleskan lotion atau pelembap pada kulitnya.
Lotion untuk kulit bayi yang digunakn sebaiknya mengandung antioksidan serta vitamin E yang dapat membantu meregenerasi sel-sel kulit dengan cepat, sehingga mampu menyamarkan bekas luka pada kulit bayi.
Ia menambahkan, lotion kulit untuk bayi juga perlu mengandung Shea Butter yang bermanfaat sebagai antiinflamasi pada kulit.
Ada pula kandungan minyak almon yang kaya akan Vitamin E, sehingga mampu menutrisi dan meregenerasi kulit bayi.
Baca juga: Muncul Ruam Putih pada Kulit Bayi, Bahayakah?
“Kalau shea butter merupakan antioksidan tinggi dan dia berguna sebagai antiinflamasi pada kulit bayi. Jadi ini juga membantu perlindungab kulit bayi dari bakteri. Kemudian ada juga kandungan minyak almon. Dia kaya akan Vitamin E,' papar Sally.
Selain menyamarkan bekas luka, lotion juga mampu melembapkan kulit bayi dan mencegahnya menjadi kering yang dapat menimbulkan iritasi.
Sally pun menganjurkan orang tua yang memiliki bayi dengan kulit yang rawan terkena dermatitis atopik agar rajin mengoleskan lotion pada kulit buah hatinya. Ini dilakukan untuk mencegah kulit terkena tungau atau debu yang dapat membuat kulit bayi menjadi iritasi.
Empat Tahap Penyembuhan Luka
Sally mengatakan, ada empat tahapan penyembuhan luka. Tahap pertama adalah hemostasis atau pembekuan darah.
Pada fase ini, darah yang keluar dari luka akan menggumpal dan menutupi luka. Bekuan darah inilah yang mencegah tubuh kehilangan banyak darah. Nantinya, gumpalan darah tersebut akan berubah menjadi keropeng.
Baca juga: Teknik Mudah Memijat Bayi, Atasi Kelelahan Usai Mudik Lebaran
Tahap kedua adalah inflamasi atau peradangan. Ketika perdarahan sudah berhenti, pembuluh darah akan mengalir ke daerah luka yang bertujuan membantu proses penyembuhan.
Pada tahap ini, sel darah putih akan bekerja menghancurkan kuman serta mencegah agar tidak timbul infeksi.
“Sel darah putih ini akan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, kemudian baru mulai akan menutup lukanya,” kata Sally.
Setelah sel darah putih bekerja menutup luka, jaringan baru atau jaringan parut akan tumbuh pada bekas luka. Fase ini disebut proliferatif atau pembentukan jaringan baru.
Sally menuturkan, selama proses ini berlangsung, produksi kolagen pada area luka meningkat pesat.
Kolagen merupakan serat protein yang memberikan kekuatan dan tekstur elastis pada kulit. Serat inilah yang mendorong tepi luka untuk menyusut dan kemudian menutup. Setelah itu, pembuluh darah yang ada di sekitar luka akan memberi asupan aliran darah ke kulit.
Tahap terakhir adalah pematangan atau penguatan jaringan. Kendati luka sudah tertutup pada fase sebelumnya, namun proses penyembuhan masih berlanjut. Fase ini merupakan tahap penguatan jaringan yang biasanya memakan waktu hingga berbulan-bulan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya