Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/07/2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Ketika belahan dunia menghadapi cuaca panas dan kering, beberapa wilayah justru mengalami tingkat curah hujan yang jauh lebih tinggi dari biasanya.

Baca juga: Senin 3 Juli, Bumi Alami Hari Terpanas Sepanjang Sejarah

Dampak El Nino

El Nino adalah fenomena alami di Samudra Pasifik. Seringkali, fenomena alam ini menyebabkan gelombang panas, kekeringan, dan banjir di seluruh dunia.

El Nino terjadi rata-rata setiap dua hingga tujuh tahun sekali. Sekali terjadi, fenomenanya berlangsung antara sembilan hingga 12 bulan.

Profesor ilmu sistem bumi di Chinese University of Hong Kong, Francis Tam, mengungkapkan bahwa pemanasan global terbukti telah menyebabkan kemungkinan terjadinya peristiwa suhu ekstrem.

Dan fenomena El Nino dapat semakin memperparah terjadinya gelombang panas yang parah di beberapa daerah.

“Namun, secara akurat mengukur kontribusi masing-masing dari pemanasan global yang disebabkan manusia dan El Nino terhadap peristiwa panas masih menantang secara ilmiah,” kata Tam, sebagaimana dilansir South China Morning Post.

Pada Juni, cuaca panas melanda China utara. Beijing mencatatkan suhu tinggi setiap harinya setidaknya 35 derajat celsius pada 16 hari selama Juni, memuncak pada 22 Juni dengan rekor 41,1 derajat celsius.

Baca juga: Perbedaan Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Ambang batas

Di bawah Perjanjian Paris pada 2016, para pemimpin dunia berkomitmen untuk menahan kenaikan suhu Bumi agar tidak sampai naik 2 derajat celsius.

Secara ambisius, mereka menargetkan bahwa suhu Bumi tidak boleh naik 1,5 derajat celsius dengan menerapkan kebijakan dekarbonisasi.

Akan tetapi, proyeksi berkata lain.

WMO memprediksi suhu Bumi bakal lebih sering melampaui ambang batas 1,5 derajat celsius dalam lima tahun ke depan.

Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Hujan Makin Lebat dan Cuaca Ekstrem, Bencana Mengintai

WMO menyebutkan dalam rilisnya pada Mei bahwa ada kemungkinan 66 persen bahwa rata-rata suhu global dalam satu tahun antara 2023 hingga 2027 akan lebih dari 1,5 derajat celsius.

Selain itu ada kemungkinan 98 persen persen bahwa setidaknya satu tahun dari lima tahun ke depan akan menjadi tahun terpanas.

Di tengah kebijakan yang sudah ditetapkan oleh berbagai negara, suhu Bumi diperkirakan malah akan naik 2,7 derajat celsius menurut Climate Action Tracker.

Jika suhu Bumi menghangat di atas 2 derajat celsius, bencana yang terjadi akan semakin buruk seperti kekeringan, banjir, serta gelombang panas ekstrem.

Kenaikan suhu Bumi di atas 2 derajat celsius juga mengakibatkan kerawanan pangan, krisis air, serta menyebabkan kemiskinan bagi jutaan orang di seluruh dunia.

Baca juga: Laut Berubah Warna dari Biru Jadi Makin Hijau, Peringatan Serius dari Ilmuwan

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com